Pengaruh Infeksi Streptococcus Agalactiae Terhadap Gambaran Hematologi Ikan Wader Pari (Rasbora argyrotaenia)

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Ikan wader pari merupakan salah satu jenis ikan air tawar lokal Indonesia, dari anggota famili Cyprinidae yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan wader pari sebagai sumber protein hewani memiliki kandungan nilai gizi yang sangat tinggi, harga yang terjangkau dan digemari oleh masyarakat sehingga sering digunakan sebagai ikan konsumsi. Permintaan pasar yang tinggi tersebut tidak didukung dengan upaya pemenuhannya karena masih mengandalkan stok dari alam, untuk memenuhi permintaan pasar tersebut dilakukan adanya kegiatan budidaya ikan wader pari. Suatu usaha budidaya perikanan tidak terlepas dari adanya masalah atau kendala dalam proses budidaya. Kendala dalam proses budidaya ikan dapat disebabkan oleh adanya penyakit bakterial dan jenis bakteri yang biasa menyerang ikan di kawasan Asia-pasifik adalah bakteri Streptococcus agalactiae yang dapat menyebabkan penyakit Streptococcosis.

Streptococcosis dapat menyebabkan angka kematian yang  tinggi lebih dari 50%  selama 3 sampai 7 hari pasca infeksi dengan menunjukkan gejala klinis ikan berenang tidak beraturan, berenang whirling (memutar), tubuh membentuk huruf ‘C’, perubahan pada warna tubuh, dan buka tutup operculum menjadi lebih cepat. Kemampuan S. agalactiae dalam menginfeksi ikan dikarenakan adanya kandungan toksin yang terlarut pada extracellular product (ECP). Toksin yang dihasilkan berupa hemolysin/cytolysin dan CAMP faktor yang bersifat patogen pada ikan yaitu dapat menyebabkan meningoensefalitis yang ditandai dengan terjadinya penebalan pembuluh darah yang padat dan sel-sel inflamasi infiltrasi, serta terjadinya septicemia pada ikan.

Indikator ikan yang sakit dapat dilihat dari hasil pemeriksaan darah (hematologi) untuk mendiagnosis suatu penyakit dan penentuan kesehatan ikan. Ikan yang terserang S. agalactiae mengalami perubahan pada konsentrasi hemoglobin, jumlah leukosit total, dan jumlah eritrosit serta kadar glukosa darah mengalami peningkatan.

Metode infeksi bakteri Streptococcus agalactiae pada penelitian ini dilakukan secara intramuskular pada ikan wader pari. Dosis infeksi bakteri yang digunakan yaitu 104 CFU/ml, 106 CFU/ml, 108 CFU/ml, dan 1010 CFU/ml. Parameter yang diamati pada penelitian yaitu total eritrosit, total limfosit, kadar hemoglobin, diferensial leukosit (neutrofil, monosit, dan limfosit), dan kadar glukosa darah.

Hasil penelitian menunjukkan dosis infeksi bakteri S. agalactiae pada ikan wader pari yang memberikan perubahan hematologi secara signifikan yaitu pada dosis 1010 CFU/ml. Infeksi bakteri S. agalactiae berpengaruh terhadap profil hematologi ikan wader pari (R. argyrotaenia) antara lain pada persentase neutrofil, dan monosit, total eritrosit, Hb, total leukosit, dan persentase limfosit.

Berdasarkan hasil perhitungan total nilai neutrofil pada semua perlakuan menunjukkan hasil 28±1-33,6±0,5% yang lebih tinggi dari nilai normalnya (31,4-33,26%). Peningkatan persentase sel neutrofil pada seluruh perlakuan menunjukkan sel neutrofil menyerang bakteri yang masuk ke dalam tubuh ikan wader pari. Sel neutrofil dalam darah mengalami peningkatan dapat mengindikasikan terjadinya peradangan akibat masuknya agen penyakit ataupun benda asing yang masuk kedalam tubuh. Selain itu, peningkatan jumlah neutrofil diduga karena tubuh ikan telah terbentuk sistem pertahanan tubuh sehingga saat infeksi bakteri, neutrofil diproduksi oleh limfa untuk dikirim ke tempat terjadinya infeksi. Pada saat terjadi infeksi bakteri biasanya jumlah neutrofil meningkat disebabkan oleh limfoid yang melepaskan leukosit untuk melawan infeksi, sedangkan menurunnya persentase sel neutrofil disebabkan karena sel neutrofil bekerja untuk mengeliminasi patogen yang masuk kedalam jaringan pada tubuh ikan.

Berdasarkan hasil perhitungan persentase total monosit pada semua perlakuan berkisar 29,5±0,5-37±0% yang lebih tinggi dari nilai normal (29,12-30,81%). Monosit berperan sebagai makrofag dan banyak ditemukan pada daerah yang terjadi peradangan atau infeksi. Pada saat terjadi infeksi oleh benda asing, maka monosit akan bergerak cepat meninggalkan pembuluh darah menuju daerah terinfeksi untuk melakukan kegiatan fagositosis. Peningkatan jumlah monosit terjadi karena adanya infeksi dari bakteri S. agalactiae sehingga terjadi penambahan jumlah monosit dalam darah ikan.

Jumlah eritrosit pasca infeksi oleh bakteri S. agalactiae menunjukkan nilai yang lebih rendah dari normal pada semua perlakuan berkisar 0,2±0,009 – 0,8±0,031 x 106 sel/ml, kecuali pada kontrol negatif (P0) yaitu 1,2±0,006 x 106 sel/ml. Hasil penelitian serupa melaporkan bahwa ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan mas strain Majalaya (Cyprinus carpio L) pasca infeksi bakteri S.agalactiae menunjukkan penurunan pada total eritrosit. Hal ini disebabkan karena S. agalactiae dapat memproduksi toksin hemolysin/cytolysin yang mampu melisiskan sel eritrosit sehingga nilai eritrosit pada ikan uji menunjukkan adanya penurunan dari rerata nilai eritrosit normal ikan Cyprinidae. Toksin hemolysin/cytolysin dan CAMP factor yang dihasilkan oleh S. agalactiae dapat melisiskan sel eritrosit yang terdapat pada ginjal ikan, mendorong invasi seluler yang dapat memicu terjadinya proinflamasi sitokin, dan menginduksi apoptosis. Lisisnya sel eritrosit dapat menyebabkan kematian sel melalui mekanisme peningkatan apoptosis. Kondisi sitokin yang tidak terkontrol akan menyebabkan terjadinya peradangan sel, jika berlangsung lama dapat menyebabkan kematian sel. CAMP factor bekerja dengan mengganggu sistem imun dalam ginjal ikan melalui terjadinya peningkatan fragmen Fc dari immunoglobulin.

Konsentrasi hemoglobin (Hb) dalam darah berkorelasi kuat dengan jumlah eritrosit. Semakin rendah jumlah eritrosit, maka semakin rendah pula konsentrasi hemoglobin didalam darah. Ikan yang menunjukkan rendahnya jumlah hemoglobin terjadi karena adanya pendarahan pada ikan, rendahnya konsentrasi pada hemoglobin menunjukkan terjadinya anemia dalam tubuh ikan. Pendapat lain juga menyatakan ikan yang mengalami anemia memiliki konsentrasi Hb yang rendah akibat penurunan jumlah eritrosit. Penelitian lain melaporkan kadar hemoglobin dalam darah berkaitan dengan keseimbangan osmolaritas plasma darah, diduga S. agalactiae mensekresikan toksin hemolysin/cytolysin yang mempengaruhi kestabilan hemoglobin. Toksin tersebut dapat menyebabkan osmolaritas plasma darah menurun dan lisisnya eritrosit yang menyebabkan kadar Hb menurun serta energi yang dihasilkan menjadi rendah.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai total leukosit berkisar antara 9,1±0,085 – 11,5±0,004 x 104 sel/ml yang lebih rendah dari kisaran normal. Total leukosit yang rendah diduga karena sel leukosit yang telah masuk akan berpindah masuk ke dalam jaringan, dan leukosit bersifat sementara dengan mengikuti aliran darah yang beredar ke seluruh tubuh. Apabila terjadi peradangan pada jaringan tubuh sel leukosit akan berpindah menuju jaringan yang mengalami peradangan dengan cara sel leukosit menembus dinding kapiler. Rendahnya total leukosit pada perlakuan injeksi bakteri S. agalactiae 1010 CFU/ml diduga karena adanya toksin CAMP Faktor yang menyerang leukosit dapat menganggu sistem imun dalam ginjal melalui terjadinya peningkatan fragmen Fc, berfungsi sebagai perantara dengan berbagai macam efek fisiologis dari antibody.

Perlakuan injeksi bakteri S. agalactiae 1010 CFU/ml menunjukkan nilai terjadinya penurunan limfosit pada konsentrasi yang tinggi, diduga karena meningkatnya kadar kortisol dalam darah sebagai upaya ikan yang sakit memulihkan diri dari keadaan stress akibat terinfeksi bakteri S. agalactiae. Selain itu, penurunan sel limfosit terjadi karena sel-sel limfosit terdiri dari sel T dan Sel B yang didistribusikan ke daerah yang mengalami luka dan infeksi untuk melisiskan dan menetralkan toksin dari antigen.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa profil hematologi dan kadar glukosa darah pada ikan wader pari (R. argyrotaenia) yang diinfeksi bakteri S. agalactiae menunjukkan terjadinya peningkatan pada nilai glukosa darah, persentase neutrofil dan monosit serta menunjukkan terjadinya penurunan pada total eritrosit, hemoglobin, total leukosit dan persentase limfosit.

Penulis: Mohammad Faizal Ulkhaq, S.Pi., M.Si.

Informasi detail riset ini dapat dilihat pada tulisan di :

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/718/1/012031

W A Nugrahani, R Kusdarwati, M F Ulkhaq. 2020. Experimental infection of Streptocccus agalactiae in silver rasbora (Rasbora argyrotaenia): Effect to hematological profile from infected fish. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, Volume 718, 012031, The 3rd International conference on Fisheries and Marine Sciences 10 September 2020, Surabaya, Indonesia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp