Evolusi Komplit Abnormalitas CT Scan pada Pneumonia Berat Covid-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: alodokter

Pada akhir bulan Desember 2019 dilaporkan beberapa kasus pneumoni yang belum diketahui penyebabnya di beberapa rumah sakit di kota Wuhan, China, akhirnya penyakit infeksi akut respirasi tersebut diketahui disebabkan oleh infeksi coronavirus (nCoV2) dan WHO secara resmi memberi nama corona virus disease 2019 (COVID-19). 

COVID-19 bisa menyerang bayi sampai usia lanjut dengan manifestasi klinis asimptomatik sampai berat. Manifestasi klinis berupa batuk tanpa dahak, nyeri tenggorokan,sesak napas,demam,badan nyeri,penciuman berkurang dan tidak jarang dengan manifestasi saluran cerna seperti mual, diare. Berdasar data awal yang telah dirilis mayoritas COVID-19 (sekitar 80%) tanpa keluhan atau dengan gejala ringan sisanya (20%) berat dan kritis. Pada kasus COVID berat sering mengalami penyulit gagal napas dengan manifestasi ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) dan syok.septik Penderita COVID-19 yang mengalami penyulit gagal napas sering berakhir dengan kematian karena angka kematian yang tinggi.Untuk penderita yang berhasil melewati masa kritis, kesembuhan sering disertai sequelae (gejala sisa) salah satunya adalah fibrosis paru.

Pneumoni berat COVID-19 dengan penyulit ARDS

Pneumopni berat COVID-19  umumnya dijumpai pada individu usia lanjut dan disertai penyakit penyerta (komorbid) seperti DM,hipertensi,penyakit jantung,Penyakit Paru Obstruksi  Kronik (PPOK). Perjalanan penyakit tergolong dramatis umumnya dimulai awal minggu ke 2 sejak onset gejala,yang ditandai oleh sesak napas yang terus bertambah sampai gagal napas dan atau syok septik. Manifestasi klinis ditandai oleh pernapasan cepat, lemes,pada pemeriksaan radiologi baik dengan foto toraks yang ditandai oleh gambaran putih seperti kabut bilateral dan pada pemeriksaan CT scan toraks dengan gambaran GGO (ground glass opacification) dengan karakteristik bilateral,perifer dan dibagian basal (bawah). Gambaran kelainan radiologi tersebut makin luas seiring dengan bertambah berat penyakit COVID-19. CT scan toraks merupakan salah satu modalitas penting untuk diagnose pneumoni COVID dan monitoring sequale paru paska pneumoni COVID.   

Bagaimana mekanisme kejadian pneumonia berat pada COVID-19 belum diketahui secara pasti tetapi diyakini karena terjadi disfungsi respons imun. Pada individu dengan komorbid bila terinfeksi virus SARS-CoV2 sering timbul reaksi inflamasi berlebihan.Virus SARS-CoV2 yang masuk dalam tubuh akan menghadapi perlawanan respons imun alamiah yang diperankan oleh sel makrofag dan neutrophil,dan respons imun adaptip yang diperankan oleh sel T. Interaksi tersebut menghasilkan berbagai mediator, sitokin masif  dengan manifestasi klinis berat yang dikenal sebagai badai sitokin.

Pada pneumonia berat COVID-19  dengan penyulit ARDS yang mengalami kesembuhan sering disertai gejala sisa pada pada organ paru, saraf, jantung. Pada organ paru manifestasi sequale berupa fibrosis paru. Fibrosis paru  luas akan menimbulkan gangguan fungsi paru sebagai organ pertukaran gas sehingga pasien masih mengeluh sesak napas, cepat lelah bila aktivitas.  Fibrosis paru paska pneumoni COVID dapat dijelaskan sebagai berikut. Infeksi virus SARS-CoV2 pada saluran napas dan paru akan menimbulkan keradangan. Proses keradangan akan diikuti oleh proses penyembuhan. Proses repair dimulai dengan migrasi sel progenitor ke tempat keradangan,selanjutnya diikuti migrasi fibroblast sampai akhir proses healing.Pada proses repair yang sempurna, lokasi inflamasi akan kembali seperti semula.Pada disregulasi proses healing akan timbul fibrosis. Pada infeksi SARS-CoV2 terjadi peningkatan ekspresi TGF-β1,yang diikuti oleh rangkaian proses molekuler dan akan berakhir pada fibrosis paru.Virus SARS-CoV2 dikenal sebagai virus bersifat fibrogenik.

Manifestasi fibrosis paru bila diperiksa dengan CT scan toraks tanpa kontras akan ditemukan GGO,fibrotic band,traction bronkiektasis sedang keparahan fibrosis dapat diketahui dari skor yang terentang dari 0 sampai 15.Nol berarti tanpa fibrosis sedang skor 15 diartikan sebagai fibrosis luas/berat. Sampai  berapa lama fibrosis paru paska COVID-19 menetap,belum dapat diketahui secara pasti. Merujuk pada SARS (Severe Acure Respiratory Syndrome) yang disebabkan oleh SARS-CoV yang mirip SARS-CoV2 fibrosis paru dilaporkan menetap sempai beberapa tahun. Apakah fibrosis paska COVID-19 akan seperti SARS belum diketahui. Satu laporan kasus fibrosis paru paska COVID-19 pada individu muda dengan komorbid mengalami evolusi lengkap dari evaluasi CT scan toraks pada hari ke 60 sejak onset gejala. Untuk lebih lengkap bisa dilihat pada artikel rujukan.

Penulis: Daniel Maranatha

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini,https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2213007121000046

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp