Hubungan Inaktifitas Fisik dan Kecemasan dengan Faktor Risiko Kardiovaskular

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Anlene

Selama periode pandemi penyakit corona virus 2019 (COVID-19), masyarakat diwajibkan mematuhi instruksi protokol kesehatan untuk tinggal di rumah. kondisi Pandemi ini akan mempengaruhi berbagai aspek biologis, psikologis, sosial, dan budaya. Demikian juga yang terjadi pada populasi  penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2). Sebagian besar dari mereka harus tinggal di rumah dan melakukan lebih banyak bergaya hidup sedentary daripada sebelumnya. Padahal pada populasi ini, olah raga dan aktifitas fisik banyak memberi efek positif dalam pencegahan dampak negatif dari komplikasi akibat penyakit yang menahun. Keterbatasan mereka dalam beraktivitas, bersosialisasi, dan melakukan aktivitas sehari-hari di luar ruangan membuat kesehatan mereka terganggu. Kondisi keterbatasan ini juga berdampak pada peningkatan risiko penyakit kardiovaskular pada pasien diabetes.

Banyak penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko kardiovaskular. Dalam penelitian lain, kondisi stres seperti bencana pasca gempa, terorisme, atau kehilangan pasangan dapat meningkatkan kejadian buruk kardiovaskular dan kematian. Pasien DMT2 akan meningkat dua sampai empat kali lipat kemungkinannya untuk menderita penyakit kardiovaskular.  Berbagai data penelitian berskala besar menyatakan bahwa pada populasi DMT2, penyakit kardiovaskular tetap menjadi faktor morbiditas dan mortalitas yang paling banyak dijumpai. Selanjutnya, ketidak aktifan fisik dan kondisi stres dapat berdampak berbahaya pada pengendalian berat badan yang menyebabkan obesitas, kontrol glukosa darah yang terganggu serta meningkatnya risiko kardiovaskular.

Studi kami ini berfokus pada dampak pembatasan aktivitas akibat pandemi ini pada risiko Kardio-metabolik pada populasi DMT2. Kami mengumpulkan catatan medis dari klinik endokrin rawat jalan. Periode pengumpulannya tiga bulan sebelum pandemi sampai tiga bulan setelah pandemi dimulai. Data yang kami kumpulkan berupa data demografis, berat badan, dan tinggi badan. Indeks massa tubuh (IMT) memakai kriteria WHO, tekanan darah, dan beberapa hasil laboratorium untuk mengidentifikasi risiko kardio-metabolik  termasuk kendali glukosa darah. Pada akhir kunjungan mereka, kami mengundang mereka untuk mengisi kuesioner aktivitas harian dan mengisi skoring untuk skala kecemasan dengan memakai Generalized Anxiety Disorder 7-item (GAD-7). Distribusi data risiko kardio-metanolik seperti IMT, profil lipid kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL-C), kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL-C), trigliserida (TG), dan kolesterol total (TC), kendali glukosa darah, dan tekanan darah dianalisis untuk normalitas. Ketika data tidak berdistribusi normal (p <0,05), dianalisis menggunakan uji Krus-kal wallis. sementara mereka biasanya terdistribusi, kami menggunakan uji ANOVA (p> 0,05).

Dari hasil pengumpulan data didapatkan 76 pasien yang memenuhi kriteria, dengan 55% adalah perempuan, dan 45% adalah laki-laki. Untuk distribusi usia antara 38 sampai 76 tahun. Sebagian dari mereka, 49 (64,5%), masih karyawan dan masih aktif bekerja, 20 (26,3%) dalam posisi pensiun, dan 7 (9,2%) adalah ibu rumah tangga. Terjadi sedikit peningkatan sedikit peningkatan kolesterol total (TC) dari awal pandemi 201,28±15,3mg/dL menjadi  206,99±16,58mg/dL pada tiga bulan pandemi COVID-19. Hal ini juga terjadi pada LDL-C yang meningkat dari 96,98±16,86 mg/L menjadi 103,17±18,50 mg/dL; TG dari 237,57±47,63 mg/dL menjadi 251,42 ± 37,31 mg/dL. Dari data tekanan darah menunjukkan adanya peningkatan dari 122,04±9,21 mmHg menjadi 129,81±12,63 mmHg untuk sistolik dan 76,67±7,98 mmHg menjadi 83,77±8,57 mmHg untuk tekanan diastolik. Kami menganalisis apakah ada korelasi antara perubahan faktor risiko Kardio-metabolik pada pasien DMT2 dan aktivitas fisik mereka. Kami menemukan korelasi antara aktivitas fisik harian dan perubahan faktor risiko kardio-metabolik selama periode pengamatan. Dua komponen faktor risiko terlihat menunjukkan korelasi yang signifikan dengan aktivitas fisik. Kami menemukan bahwa kadar TG (p = 0,006) dan glukosa darah postprandial (p = 0,028) secara signifikan berkorelasi dengan ketidak-aktifan selama pandemi. Kami juga menemukan hubungan antara tingkat kecemasan dan perubahan ke arah perburukan faktor risiko kardi-metabolik untuk pasien DMT2. Namun hanya perubahan pada kontrol glukosa darah yang diwakili HbA1C dan kadar glukosa darah prandial yang terbukti bermakna (p <0,05).

Pada penelitian ini terjadi peningkatan tekanan darah, TC, LDL-C, dan TG yang kami golongkan sebagai faktor risiko kardio-metabolik pada subjek yang kami amati selama pandemi COVID-19, terkait kondisi mereka yang harus melakukan sebagian besar aktifitasnya di rumah yang berdampak menurunnya aktifitas  fisik mereka. Pada beberapa negara Asia, pandemi ini mengubah kesehatan mental, menyebabkan gangguan kecemasan akibat penyebaran cepat infeksi COVID-19. Kecemasan dapat berkembang menjadi depresi, kesulitan tidur, paranoia, kelebihan berat badan, dan perilaku yang menetap. Semua ini dapat menjadi faktor risiko utama untuk meningkatknya risiko penyakit kardio-vaskular utamanya pada penyakit jantung koroner. Penelitian ini mengungkapkan bahwa peningkatan kecemasan terkait dengan peningkatan faktor risiko kardio-metabolik. dari beberapa penelitian terdahulu diungkapkan bahwa, hubungan antara kecemasan dan faktor risiko kardio-metabolik bersifat timbal balik. Kecemasan dapat meningkatkan faktor risiko kardio-metabolik seperti sindrom metabolik dan diabetes, namun sindrom metabolik dan diabetes juga dapat menyebabkan gangguan kecemasan dan depresi.

Sebagai ringkasan, dari penelitian kami disimpulkan bahwa Pandemi COVID-19 ini berdampak pada memburuknya faktor risiko kardio-metabolik pada populasi pasien DMT2 karena keterbatasan aktivitas fisik dan tingkat kecemasan yang secara signifikan terkait dengan peningkatan nilai TG dan HbA1C.

Penulis: Jongky Hendro Prajitno

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

https://www.ysmu.am/website/documentation/files/d45cb018.pdf

Physical Inactivity And Anxiety With Cardiometabolic Risk Factor In Type 2 Diabetes Mellitus Patients During Coronavirus Disease 2019 Pandemic. Prajitno J.H., Susanto H., Soelistijo S.A.

THE NEW ARMENIAN MEDICAL JOURNAL, Vol. 14 (2020), No 4, p.82-87

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp