Regurgitasi aorta terjadi karena adanya penutupan yang kurang sempurna dari daun katup aorta yang dapat diakibatkan oleh kelainan pada katup aorta, struktur pendukung katup (aorta dan annulus), atau keduanya. Penyakit yang sering mengenai daun katup meliputi bikuspid aorta, dan kelainan kongenital lainnnya, degenerasi aortaklerosis, endokarditis infektif, penyakit jantung reumatik, penyakit jaringan ikat atau inflamasi, sindrom antifosfolipid. Penyakit yang sering menyebabkan kelainan pada anulus atau pangkal aorta meliputi dilatasi pangkal aorta idiopatik, ectasi artoannular, sindrom Marfan, sindrom Ehler Danlos, osteogenesis imperfecta, diseksi aorta, aortitis sifilis atau berbagai penyakit jaringan ikat. Penyebab paling umum dilatasi aorta adalah arterosclerosis dan nekrosis medial.
Regurgitasi aorta akut paling sering disebabkan oleh endokarditis bakteri, diseksi aorta, atau trauma dada tumpul. Penyebab lain yang kuran g umum meliputi endokarditis nonbakterial, laserasi aorta dan komplikasi dari prosedur invasif seperti valvuloplasti aorta dan percutaneous balloon dilatation. Regurgitasi aorta yang akut memiliki prognosis yang buruk. Pada regurgitasi aorta yang tidak dikoreksi, dapat terjadi perburukan. American Heart Association membagi stadium dari perjalanan regurgitasi aorta. Stadium ini selain berguna untuk menilai keparahan juga berguna dalam menentukan terapi yang akan dilakukan, apakah dilakukan secara medikamentosa atau melalui pembedahan.
Prevalensi regurgitasi aorta kronis jauh lebih tinggi dari regurgitasi aorta akut, serta memiliki etiologi yang berbea. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dujardin, diketahui bahwa 35% tidak diketahui penyebabnya, 26% dilatasi pangkal aorta idiopatikm 13% kelainan bawaan, 12% penyakit jantung reumatik, 10 % endokarditis infektif, dan 7% penyakit katup degeneratif. Angka-angka ini hanya merupakan perkiraan kasar karena adanya perubahan demografis pada umur penduduk, lokasi geografis serta status sosial ekonomi padat mempengaruhi prevalensi penyakit, seperti penyakit jantung rematik. Mengenai penyakit jantung reumatik sendiri, manifestasi kelainan katup lebih banyak terjadi pada katup mitral. Sekitar 60 persen keterlibatan penyakit katup pada penyakit jantung rematik adalah mitral stenosis. Untuk aorta regurgitasi sendiri, lebih sering diakibatkan oleh endokarditis daripada penyakit jantung rematik.
Regurgitasi aorta menyebabkan refluks darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi ventrikel. Pada prinsipnya, jaringan perifer dan ventrikel kiri beresaing unutk mendapatkan darah yang keluar dari ventrikel selama sistolik. Besarnya aliran darah ke depan ke perifer terhadap aliran retrograd ke ventrikel bergantung pada derajat penutupan katup dan resistensi relatif terhadap aliran darah antara pembuluh darah perifer dan ventrikel. Resistensi pembuluh darah perifer biasanya rendah pada insufisiensi aorta. Hal ini merupakan kompensasi untuk memaksimalkan aliran darah ke depan. Namun pada stadium lanjut resistensi perifer akan meningkat, sehingga juga meningkatkan aliran retrograd melalui katup aorta dan mempercepat perkembangan penyakit.
Pada auskultasi pasien dengan Aorta regurgitasi kronis yang ringan atau sedang, terjadi murmur diastolik frekuensi tinggi, dekresendo yang biasanya terdengar di ruang antar iga ketiga atau keempat di perbatasan sternum kiri. Kerasnya suara murmur berhubungan dengan beratnya penyakit sampai batas tertentu. Pada regurgitasi yang berat, didapatkan pula murmur sistolik akibat peningkatan stroke volume yang seringkali terdengar lebih jelas daripada murmur diastolik. Pada beberapa pasien dapat terjadi mumur saat pertengahan dan akhir diastolik (Austin-flint murmur), hal ini terjadi karena getaran pada daun katup mitral anterior akibat benturan dengan jet regurgitasi aorta yang mengarah ke posterior. Pada auskultasi juga daoat ditemukan suara jantung kedua yang melemah, dan adanya suara jantung ketiga.
Tujuan utama terapi medis adalah mengurangi hipertensi sistolik yag terkait dengan AR kronis berat, sehingga mengurangi tegangan pada dinding ventrikel dan memperbaiki fungsi ventrikel kiri. Pilihan terapi yang dapat digunakan antara lain ACE inhibitors, ARBs, atau golongan Ca blocker. ACE inhibitors juga menjadi pilihan dimana terdapat disfungsi ventrikel kiri yang berlanjut setelah operasi, juga pada pasien yang mempunyai kontraindikasi untuk dilakukan operasi. Atas dasar American Heart Associaton indikasi tindakan penggantian katup aorta adalah pasien dengan gejala AR berat terlepa dari fungsi sistolik ventrikel kiri (tahap D), pasien tanpa gejala dengan AR kronis berat dan disfungsi sistolik ventrikel kiri (LVEF <50%) saat istirahat (tahap C2), jika tidak ada penyebab disfungsi sistolik lain yang teridentifikasi dan pasien dengan AR berat (tahap C atau D) saat menjalanai operasi jantung untuk indikasi lain.
Pasien dengan regurgitasi aorta akut memiliki prognosis yang buruk. Pasien dengan regurgitasi kronis yang parah dengan gejala juga memiliki prognosis jangka panjang yang buruk. Setelah gejala muncul, kematian angka pada pasien tanpa perawatan operasi bisa mencapai 10-20% per tahun, sedangkan pada pasien dengan regurgitasi parah kronis tanpa gejala dan fungsi ventrikel kiri normal, kematian cukup rendah. Penatalaksanaan regurgitasi aorta sangat penting berdasarkan kondisi
Penulis: Nanda Rachmad Putra Gofur drg,.M.Biomed
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://clinicsofsurgery.com/uploads/IMG_147234.pdf
Nanda Rachmad Putra Gofur, Aisyah Rachmadani Putri Gofur, Soesilaningtyas, Rizki Nur Rachman Putra Gofur, Mega Kahdina, Hernalia Martadila Putri. Management of Aortic Regurgitation: A Review. Article. Clin Surg. 2021; 4(7): 1-5.