Upaya pemanfaatan wilayah pesisir hingga saat ini telah menunjukkan peningkatan yang tinggi dalam rangka menunjang ekonomi negara dan kesejahteraan masyarakat. Upaya-upaya pemanfaatan ini diantaranya melalui kegiatan penangkapan ikan, perdagangan, pemukiman, jasa transportasi laut dan industri. Dilain pihak, telah disadari bahwa beberapa daerah pesisir telah menunjukkan adanya gejala kerusakan lingkungan sebagai akibat dari aktivitas manusia dalam upaya pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir. Perairan pesisir merupakan salah satu dari lingkungan perairan yang banyak mendapat pengaruh dari buangan limbah, baik yang berasal dari daratan maupun di laut lepas. Salah satu limbah yang berasal dari daratan yaitu limbah dari hasil pertanian yaitu berupa pupuk yang larut dalam air. Kenyataannya perairan pesisir dalam menampung dan mengurai limbah yang terbatas menimbulkan penumpukkan limbah yang lambat laun menimbulkan pencemaran.
Kawasan mangrove merupakan salah satu komponen pesisir ekosistem yang memiliki fungsi dalam perlindungan lingkungan pesisir. Mangrove adalah komunitas di pantai tropis yang didominasi oleh beraneka ragam jenis pohon khas dan semak yang memiliki kemampuan untuk tumbuh di perairan asin. Mangrove dapat tumbuh di atas sedimen dengan kadar yang tinggi logam berat mengecualikan dan mengatur penyerapan logam di akar. Kontaminasi logam berat tersebut masalah lingkungan utama yang terakumulasi di berbagai organisme di ekosistem muara dan akhirnya memasuki rantai makanan, sehingga mempengaruhi kesejahteraan manusia. Umumnya polutan masuk dari logam berat muara berasal dari kegiatan industri antara lain lainnya Cu, Pb, dan Zn. Polutan dari limbah industri dapat mencemari sungai dan berdampak negatif pada ekosistem dan berdampak pada ekosistem tersebut seperti suhu, pH, BOD, COD dan logam berat kandungan yang sangat mempengaruhi kehidupan flora air dan fauna.
Logam berat merupakan salah satu jenis polutan pencemar yang umumnya mencemari perairan dan berbahaya jika jumlahnya melebihi baku mutu yang ditetapkan. Pada dasarnya logam berat berbahaya karena sifatnya yang tidak dapat terurai (non degradable) dan mudah diabsorbsi oleh biota yang berada disekitarnya sehingga membawa dampak berbahaya bagi lingkungan. Jika di suatu daerah terakumulasi logam berat, maka sifat logam tersebut akan merusak lingkungan dan meningkatkan daya racun.
Berdasarkan jenis pemanfaatannya oleh organisme logam berat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu logam berat essensial dan logam berat non-essensial. Logam berat essensial adalah logam berat yang dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah tertentu seperti Logam berat Zn, Cu, Fe dan Mn. Logam berat non-essensial merupakan logam berat yang belum diketahui secara pasti fungsi dan kegunaannya bagi organisme dan bersifat racun apabila jumlahnya melebihi ambang batas seperti logam berat Cd, Pb, Cr dan Hg. Nilai toksisitas logam berat berbanding lurus dengan kadarnya yang berarti semakin besar kadar logam berat maka semakin tinggi nilai toksisitasnya.
Pada dasarnya logam berat di perairan berasal dari berbagai sumber mulai dari tanah dan batuan, badan air bahkan pada lapisan atmosfir yang menyelimuti bumi. Umumnya logam berat di perairan ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan unsur lain dan sangat jarang ditemukan dalam bentuk elemen tunggal Umumnya logam berat yang sering mencemari lingkungan perairan adalah Hg, Pb, Cd, Cr, Cu, Ni dan Zn dalam bentuk senyawa toksik (Tarigan et al., 2003). Logam berat masuk kedalam perairan laut melalui run off, air sungai, angin, proses hidrotermal, difusi dari sedimen dan kegiatan antropogenik (Romimohtarto, 1994).
Penelitian ini dilakukan di Pulau Sarinah yang terletak di Kabupaten Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia (112º42’19.87 “E, 7º31’30.33” S). Pulau ini terbentuk dari pengendapan semburan lumpur Lapindo di PT muara Sungai Porong merupakan tempat wisata bahari objek yang terletak di desa Tlocor.
Prosedur pengambilan sampel jaringan akar dan daun tiga jenis mangrove yang terdiri dari Sonneratia alba, Avicennia marina, dan Avicennia alba. Konsentrasi Cu dan Pb diukur dengan menggunakan Spektroskopi Serapan Atom Shimadzu AA6800. Analisis kualitas air diukur dengan pemeriksa kualitas air WQC-22A (Kammaruzzaman dkk., 2008)
Penulis : Wahyu Isroni
Informasi lebih detail dari penelitian ini dapat ditemukan pada jurnal ilmiah pada link berikut ini:
http://www.envirobiotechjournals.com/article_abstract.php?aid=10997&iid=322&jid=3