UNAIR NEWS – Sampah merupakan persoalan kompleks yang tak kunjung berhenti dengan berbagai macam dampak yang dapat mengancam manusia. Setiap orang dapat menghasilkan sampah per hari sebanyak 0,7 kilogram.
Produksi sampah akan terus menerus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Belum lagi ditambah kasus impor sampah di Indonesia yang mencapai 739 ribu ton pada 2018. Karena itu, peran milenial sebagai generasi penerus bangsa sangat penting dalam kontribusi penekanan angka sampah di lingkungan.
Kementerian Sosial Masyarakat (Sosma) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan Webinar Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), pada Jumat (26/2/21). Webinar bertajuk “Gerakan Milenial Peduli Sampah Menuju Indonesia Maju” tersebut mendatangkan tiga pemateri.
Membahas problematika sampah dari sisi kesehatan, Bagus Tri Saputra, S. Ked (dokter muda FK UNAIR) selaku pemateri pertama menyampaikan bahwa zat-zat toksin yang terkandung dalam sampah dapat mencemari air yang dapat menyebabkan kelainan kesehatan. Kontaminasi dari sampah dapat menyebar ke segala aspek dan sangat berpengaruh bagi populasi rentan seperti anak-anak yang dapat mengalami gangguan pertumbuhan, ibu hamil dan janin, serta lansia.
“Penimbunan sampah semakin memperberat beban penyakit infeksi dan degeneratif di Indonesia, kedua masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh penimbunan sampah dapat berupa jangka pendek (outbreak) dan jangka panjang (penyakit kronik) pada berbagai sistem tubuh,” ungkap Dokter Pandit.
Memperkuat argumen dari Dokter Pandit, pemateri kedua Wahyu Eka Setyawan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menyampaikan, dalam mengatasi problematika itu, terdapat sebuah tawaran konsep. Yaitu, Zero Waste Hierarchy. Meliputi, Reduce and Conserve Materials, Encourage Cyclical Use of Resources and Shift Incentives to Stop Waste, Manufacturers Design Products for Sustainability and Take Back, Reuse, Recycle, dan Regulate Disposal.
Konsep tersebut bisa mulai diterapkan di wilayah paling kecil, yaitu rumah tangga, dan harus dibuat regulasinya bahkan hingga tingkat kabupaten atau kota. Konsep tersebut tentu butuh sinergi dari berbagai pihak untuk menciptakan perubahan tata kelola sampah.
“Konsep ini bisa dilakukan secara individu dengan merubah pola kita walaupun tidak 100 persen, tapi juga bisa dilakukan secara kolektif dalam kelompok maupun melalui intervensi kebijakan,” papar Wahyu.
Selain itu, untuk membuka pikiran milenial, webinar tersebut menghadirkan Maulana Satria Aji S.KM (Alumni FKM UNAIR). Pada webinar itu, ia menyampaikan bahwa milenial juga dapat mengambil peran dalam berkontribusi mengurangi sampah.
Dapat melalui edukasi terhadap masyarakat mengenai kedaruratan sampah dan dampaknya. Kemudian memasifkan Campaign Zero Waste, terjun melalui program Bank Sampah, dan mengurangi berbelanja online di kala pandemi.
“Milenial harus masif untuk turun ke masyarakat secara langsung membuat campaign yang menarik mengenai kegiatan peduli lingkungan,” kata Aji.
“Bisa melalui fenomena-fenomena yang sedang hangat dibicarakan di masyarakat yang kemudian dimodifikasi dan dihubungkan untuk membuat campaign kegiatan peduli lingkungan,” imbuhnya. (*)
Penulis: Ulfah Mu’amarotul Hikmah
Editor: Feri Fenoria