Salah satu masalah kesehatan yang masih sering dihadapi wanita hingga saat ini adalah kesehatan alat reproduksi. Kista ovarium adalah kantung berisi cairan di ovarium. Kista ovarium adalah tumor, baik kecil atau besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Kista adalah tumor jinak yang sering ditemukan pada wanita di usia reproduktif. Menurut Globoccan pada tahun 2018, 295.414 wanita di seluruh dunia didiagnosis menderita kista ovarium dan 4,4% kematian di antaranya terkait dengan kanker. Di Indonesia angka kejadian pada tahun 2018 dilaporkan sebanyak 13.310 wanita menderita kista ovarium, dan dengan angka kematian hingga 3,8% (7.842 orang meninggal).
Kista ovarium bisa berubah ganas atau bisa disebut kanker. Penderita kista ovarium dapat mengalami torsi atau lilitan yang menyebabkan nyeri, pendarahan, infeksi dan kematian pada penderitanya. Perdarahan dari vagina merupakan salah satu gejala dan tanda kanker ovarium, terutama pada usia pascamenopause. Gejala lain termasuk nyeri atau tekanan di panggul atau perut bagian bawah, nyeri punggung, pembesaran area perut atau perasaan kenyang, cepat merasa kenyang atau kesulitan makan, dan perubahan kebiasaan mandi (seperti sering buang air kecil atau sembelit). Angka kematian akibat kista ovarium ini karena tidak adanya gejala atau keluhan pada penderita hingga terjadi metastasis, sebanyak 70% pasien yang datang ke rumah sakit biasanya sudah stadium lanjut. Kista ovarium sering disebut sebagai silent killer karena banyak wanita yang terlambat mengetahui tentang kista ketika sudah teraba dari luar atau membesar. Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia, kejadian kista ovarium di Indonesia mencapai 37,2%.
Diagnosa kista ovarium dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya yang paling umum dilakukan adalah melalui pemeriksaan Transvaginal Ultrasound (TVS) dan pemeriksaan histopatologis. Pemeriksaan histopatologi masih dianggap sebagai standar emas untuk diagnosis dan terapi definitif tumor ovarium ganas. Hasil pengamatan data tahun 2018-2019 pada salah satu Rumah Sakit Umum di Surabaya menunjukkan bahwa 3 sampel (3,6%) terdeteksi sebagai kista ovarium ganas dari 84 pasien kista ovarium, sedangkan 81 (96,4) sampel lainnya hanya terdeteksi sebagai kista ovarium jinak. Berdasarkan distribusi data usia, penderita kista ovarium berusia sekitar 31-50 tahun dengan jumlah 52 pasien (61,9%), diikuti oleh 21 pasien (25,0%) di bawah 30 tahun dan 11 pasien (13,1%) di atas 50 tahun.
Berdasarkan distribusi jenis kista ovarium, sebagian besar jenis kista adalah kista bilateral sebanyak 31 penderita (36,9%) dan kista endometriosis sebanyak 22 penderita (26,2%). Sedangkan menurut kategori WHO, jenis kista yang paling banyak ditemukan adalah Surface Epithelial Stromal Tumors dengan 67 pasien (79,8%). Mayoritas kista ovarium terletak secara bilateral atau pada kedua ovarium adalah 47 pasien (56,0%), 19 pasien (22,6%) dengan hanya terletak di ovarium kanan dan 18 pasien (21,4%) di ovarium kiri. Jumlah penderita kista ovarium yang juga mengalami perdarahan sebanyak 75 penderita (89,3%) sedangkan penderita lainnya tidak mengalami perdarahan (10,7%). Hasil analisis faktor-faktor yang mungkin berhubungan dengan tingkat keganasan menunjukkan bahwa hanya variabel usia yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat keganasan. Dinyatakan bahwa variabel usia memberikan peluang 20 kali lipat untuk mengalami keganasan. Sedangkan faktor lain seperti kategori kista, lokasi kista, dan perdarahan tidak berpengaruh signifikan.
Usia merupakan faktor utama sebagai faktor risiko keganasan ovarium. Massa adneksa sering terbentuk selama usia reproduksi. Pada usia ini, massa ini biasanya disebabkan oleh kista ovarium fungsional, neoplasma ovarium jinak, atau perubahan akibat infeksi pada tuba falopi. Kista ovarium terjadi pada wanita usia 20-80 tahun, pada masa pubertas atau jarang terjadi pada wanita usia dibawah 20 tahun. Beberapa faktor penyebab timbulnya kista ovarium, seperti nulipara, kelahiran pertama pada usia diatas 35 tahun, wanita yang memiliki riwayat kehamilan pertama dalam keluarga terjadi pada usia dibawah 25 tahun. Dalam kebanyakan kasus, kista ovarium bersifat jinak dan dapat diobati dengan mudah. Pada usia premenopause, risiko keganasan kista ovarium adalah 1: 1000, yang menandakan bahwa kista ovarium sangat jarang berkembang menjadi kista atau kanker ganas.
Penulis: Diyantoro
Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini,
https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/2020123012540707_2020_0797.pdf