Setiap orang tua menginginkan anak mereka bertumbuh dan berkembang dengan optimal, karena itu diperlukan peran orang tua untuk stimulasi dalam perkembangan anak agar anak bertumbuh dan berkembang optimal. Pertumbuhan, dan perkembangan anak adalah faktor penting yang harus dipantau sejak lahir hingga dewasa. Pertumbuhan adalah suatu pertambahan ukuran, massa, sel jaringan suatu individu secara fisik yang dapat diukur menggunakan suatu besaran nilai, sedangkan perkembangan sebagai petambahan atau peningkatan fungsi struktur penunjang gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian. Kesibukan orang tua yang bekerja menjadi salah satu alasan interaksi antara orang tua dan anak berkurang. Pemecahan dengan menitipkan anak di tempat penitipan anak (TPA) atau Daycare menjadi pilihan. Hal ini didukung dengan fasilitas di TPA yang semakin berkembang karena banyak dibangun oleh pengasuh/yayasan yang profesional, seperti arena bermain yang cukup lengkap. Dalam penelitian yang dilakukan oleh NICHD (National Institute of Child Health and Human Development) di Amerika Serikat, dari 1000 responden keluarga dengan ibu yang bekerja dibuktikan bahwa anak yang dititipkan di TPA atau kepada pengasuh lain ditemukan memiliki banyak dampak negatif, meskipun tidak sedikit juga mempunyai dampak positif. Demikian pula di Norwegia, yang meneliti 100.000 ibu bekerja sejak hamil hingga post partus 12 bulan, sebanyak 59% dari responden mempunyai anak yang mengalami gangguan perkembangan perilaku internalisasi (Ragnhild Bang Nes et al, 2013).
Penelitian lain oleh Datler et al (2011), membuktikan dari 104 anak (usia 10-33 bulan) di Vienna yang dijadikan responden sebagai subjek penelitian tentang Infant Behaviour and Development terbukti bahwa anak yang dititipkan di childcare atau daycare mengalami perubahan sikap (behavior) dalam sebulan pertama, mereka terlihat tidak merasa aman dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan baru dengan spontan. Penelitian lain di Indonesia oleh Imaniah, yang meneliti “Perbedaan Pencapaian Tugas Perkembangan Anak Usia Prasekolah pada Ibu yang Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja di Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember”, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 66,7% perkembangan anak tidak mencapai target, sedangkan 33,3% perkembangan anak mencapai target. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2017) juga menunjukkan bahwa dari 28 anak mendapat pengasuhan orang tua, sebanyak 27,8% terjadi penyimpangan, sedangkan 64% anak di TPA mengalami penyimpangan. Kami meneliti di Surabaya dengan 193 anak usia 3-72 bulan yang terbagi 2 kelompok, satu kelompok diasuh di rumah, dan lainnya di tempat penitipan anak.
Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan instrumen Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) untuk mengetahui perkembangan anak normal atau tidak. Penilaian dilakukan dua kali, dengan pemeriksaan kedua adalah 6 bulan setelah pemeriksaan pertama. Hasil penelitian kami mendapatkan anak yang diasuh di rumah mengalami gangguan interaksi sosial sebesar 53,3% dibandingkan dengan anak yang dititipkan ke tempat penitipan anak (38,8%) pada pemeriksaan pertama. Pada pemeriksaan kedua, setelah 6 bulan anak yang diasuh dirumah mengalami gangguan interaksi sosial sebesar 44,4% dan yang dititipkan di TPA sebesar 38,8%. Kemampuan motorik kasar dan perkembangan bicara anak meningkat setelah 6 bulan pada kedua kelompok. Hasil penelitian ini dapat dijadikan panduan bagi orang tua dalam mengasuh anak untuk mencapai perkembangan anak yang optimal.
Penulis: Prof. Dr Irwanto,dr SpA(K)
Disarikan dari artikel dengan judul: “The impact of child care on child development in daycare and at home” yang diterbitkan bulan Oktober 2020 di Pediatria Medycyna Rodzinna, Volume 16, No 3, Halaman: 289-294. Link: http://pimr.pl/index.php/issues/2020-vol-16-no-3/the-impact-of-child-care-on-child-development-in-daycare-and-at-home