Penuaan adalah hal yang akan terjadi pada semua orang. Salah satu kondisi yang sering terjadi saat penuaan adalah penurunan pendengaran atau biasa disebut presbikusis. Hal ini dapat terjadi karena adanya proses degenerasi dari struktur telinga dalam, sel rambut di organ korti, dan saraf. Kejadian ini disebut terjadi lima kali lebih banyak pada orang-orang yang berusia lebih dari 65 tahun. World Health Organization (WHO) sendiri mengatakan setidaknya 5,3% dari total populasi orang di dunia mengalami penurunan pendengaran dan kebanyakan dipengaruhi oleh umur. Terjadinya penurunan pendengaran mengakibatkan seseorang menarik diri untuk bersosialisasi, kesepian, gelisah, hilangnya kepercayaan diri. Hal ini dapat mengakibatkan turunnya kualitas hidup individu. Presbikusis mulanya tidak terdeteksi dan individu merasa tidak apa-apa hingga dengannya berjalan waktu, terdapat adanya kesulitan berkomunikasi. Gangguan ini memang tidak mengancam nyawa, akan tetapi dapat menurunkan kualitas hidup seseorang dan menghambat aktivitas.
Mengapa gangguan pendengaran pada lansia dapat menurunkan kualitas hidup? Pasalnya lansia sangat bergantung untuk bersosialisasi dan berkomunitas. Gangguan pendengaran akan berdampak besar terhadap kualitas hidup lansia karena akan berdampak pada kesehatan fisik, kesehatan mental, kehidupan sosial dan lingkungan. Selain karena gangguan pendengaran, tempat tinggal juga mempengaruhi kualitas hidup lansia. Lansia yang tinggal di rumah pribadi memiliki kualitas hidup yang berbeda dengan lansia yang tinggal di panti jompo. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada penelitian yang jelas mengenai bagaimana kualitas hidup lansia dengan gangguan pendengaran yang tinggal di rumah pribadi dibandingkan yang tinggal di panti jompo.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa dokter dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya, kualitas hidup lansia dengan presbikusis ditemukan lebih banyak tidak mengalami penurunan dibandingkan yang mengalami penurunan. Namun untuk perbandingan antara kualitas hidup lansia di rumah dan di panti jompo, jumlah kualitas hidup lansia yang baik lebih banyak pada lansia yang tinggal di rumah. Hal ini diperkirakan karena adanya lansia yang tinggal di rumah mendapatkan support dari keluarga. Selain faktor keluarga, adaptasi juga penting. Pada lansia yang tinggal di panti jompo akn mengalami adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan bertemu teman yang baru, ini yang menjadi perbedaan antara lansia yang tinggal di rumah dan panti jompo. Kondisi ini akan memberikan pengaruh entah itu menjadi hal yang positif atau negatif. Selain itu, kondisi presbikusis pada lansia terbukti mempengaruhi faktor psikologis. Lansia dengan presbikusis cenderung memiliki resiko mengalami gejala despresi dan ansietas. Maka dari itu, lansia butuh lingkungan yang mendukung serta dukungan dari keluarga yang cukup untuk mempertahankan kualitas hidup mereka. Beberapa penelitian juga mengatakan bahwa dukungan keluarga adalah dukungan yang paling penting, karena dukungan keluarga yang tidak cukup akan menimbulkan depresi bagi lansia.
Hasil ini dapat menjadi pertimbangan bagi keluarga yang memiliki lansia. Pasalnya, gangguan pendengaran tentunya hampir terjadi pada semua lansia. Hal ini akan mempengaruhi kualitas hidup jika lansia tidak dibimbing dan didukung dengan baik. Dukungan keluarga adalah hal yang paling penting karena dukungan keluarga yang tidak memadai akan membuat lansia merasa depresi. Tentunya, pertimbangan untuk memilih tempat tinggal sangatlah penting jika mengingat bahwa lansia harus beradaptasi di lingkungan baru. Selain itu, lansia yang tinggal di panti jompo akan merasa jauh dari keluarga. Hal ini bisa saja mempengaruhi kualitas hidup serta faktor psikologis mereka. Maka dari itu, pertimbangan untuk memilih tempat tinggal bagi lansia adalah hal penting yang harus didiskusikan di keluarga untuk mempertahankan kualitas hidup.
Penulis: Nyilo
Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini,