UNAIR NEWS – Sudah menjadi rahasia umum, memilih jurusan kuliah menjadi masalah utama bagi calon mahasiswa baru. Kebanyakan, calon mahasiswa baru merasa hilang arah untuk menentukan pilihan yang tepat, yang jika dipaksakan dengan pilihan tertentu akan berujung dengan salah memilih jurusan.
Dari permasalahan itu, Dr. Dewi Retno Suminar, M.Si., dosen di Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga (UNAIR) memberikan tips untuk memilih jurusan bagi calon mahasiswa baru.
Baginya, hal pertama yang paling penting dalam memilih jurusan adalah mengenali diri sendiri. Dengan mengenali diri sendiri dapat mengetahui potensi diri dan minat diri. Yang kedua adalah membangkitkan mimpi untuk menguatkan motivasi sehingga bisa fokus terhadap tujuan.
“Nah, yang penting dalam kenal diri itu, dia (calon mahasiswa baru, Red) harus coba untuk memahami apa saja kekuatan dia. Misalnya dia kuat di matematika atau hitungan, kuat di verbal, atau kuat di ingatan. Oh dia kuat dalam bahasa misalnya, karena pemahaman terhadap bahasa konsep,” jelas dosen yang memiliki fokus keahlian pengembangan diri tersebut pada Selasa (02/2/21).
Selain itu, para calon mahasiswa juga harus mengenal betul jurusan yang akan diambil. Mulai dari mencari informasi di situs website kampus hingga jurusan, juga memahami program apa saja yang diterapkan di kampus yang dituju dan kurikulum jurusan yang akan diambil.
Dengan begitu, sambungnya, para calon mahasiswa dapat memahami betul bukan sekadar suka dan mengikuti tren. “Karena tren maka terseok-seok, lulus ya lulus si anak itu. Tapi kan nggak mungkin mau tersiksa selama empat tahun,” tambahnya.
Selain itu, dikatakan Dewi bahwa rekam jejak lulusan menjadi pertimbangan. Dewi menuturkan bahwa rekam jejak lulusan sangat menarik karena dapat membangkitkan mimpi yang telah direcanakan juga terdapat gambaran untuk siap secara mental.
Namun, seringkali orang tua memaksakan kehendak dalam memilih jurusan. Untuk itu, lanjutnya, harus dilakukan dialog antara anak dan orang tua. Dialog dipilih sebagai inisiasi bagi anak dengan orang tua untuk menemukan titik terang suatu masalah.
“Saya sering kali kalau misalnya problem komunikasi itu dimulai dari si anak. Maka anak ini boleh dengan kalimat misalnya bertanya pada ayahnya. Kenapa Ayah atau ibunya itu meminta dia untuk memilih jurusan itu. Seringkali anak di-push di jurusan tertentu, padahal sebenarnya mungkin passion anak itu nggak di situ,” jelasnya.
Dewi juga menekankan kepada para calon mahasiswa untuk tidak mendengar perkataan orang terkait jurusan yang akan diambil. Pasalnya, dengan adanya kampus merdeka para mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan diri di bidang lainnya. (*)
Penulis : Asthesia Dhea Cantika
Editor : Binti Q. Masruroh