Proses identifikasi jenazah yang telah mengalami pembusukan, metode visual, seperti sidik jari dan metode konvensional tidak dapat digunakan, sehingga metode modern yakni analisis DNA. Analisis DNA merupakan metode yang cepat dan tepat untuk digunakan. Dibanding cara-cara konvensional yang mengandalkan teknologi serologi dan elektroforesis, maka teknologi DNA memiliki keunggulan yang sangat mencolok, utamanya dalam potensi kriminalisasi dan sensifitasnya
Pembusukan jenazah yang merupakan salah satu kendala dalam metode analisis DNA tersebut. Meski degraded DNA dianggap sebagai sebagai sebuah hal yang menakutkan bagi ahli DNA forensik, para ahli DNA forensik berusaha mengatasi keadaan tersebut dengan mengadakan riset atau penelitian untuk menciptakan cara pemeriksaan DNA yang pada kondisi tertentu, masih dapat digunakan.
Penelitian yang berhubungan dengan kolonisasi pembusukan jenazah oleh lalat sudah mulai dilakukan. Banyak spesies binatang yang tertarik dengan jenazah busuk termasuk serangga lalat untuk memakan produk pembusukan protein dan darah. Serangga lalat selain memakan jaringan lunak yang sudah membusuk, serangga ini juga meletakkan telurnya ke jenazah sebagai aktivitas normal dalam siklus hidup. Sejauh ini metode DNA transfer dari larva lalat bangkai [ familia Calliphorodae ] pada jenasah yang mengalami proses pembusukan belum banyak dilakukan
Metode dan Hasil
Jenis Penelitian yakni observasional laboratorik dengan rancangan penelitian lomgitudinal perspectif. Sampel penelitian yakni DNA yang berasal dari larva lalat bangkai yang didapatkan dari jenasah membusuk. Jenasah yang digunakan yakni berstatus tidak teridentifikasi dalam 2x24jam [sesuai pasal 133[3] KUHAP].
Hasil ekstraksi/isolasi DNA sampel mendapatkan kadar DNA sampel kulit larva lalat bangkai rerata 0,2181±1,41ug/ml dengan rerata kemurnian DNA : 1,34 ± 0,21. Sedangkan sampel DNA dari dalam tubuh larva lalat bangkai menghasilkan rerata kadar DNAnya yakni 0,0870±2,58 ug/ml dengan rerata kemurnian DNAnya 1,02±0,26. Kadar dan kemurnian DNA jenazah pada kulit dan sistem digestif larva terdapat pada nilai ideal. Rerata kadar DNA jenazah pada kulit lebih tinggi dibandingkan dengan DNA jenazah pada sistem digestif larva. Sedangkan rata-rata kemurnian DNA jenazah pada kulit lebih rendah dibandingkan dalam tubuh larva.
Hasil visualisasi pada STR CODIS lokus CSFIPO, THI,TPOX menunjukkan semua sampel identik atau kesesuaian pita/bandnya. Urutan keberhasilan dari lokus STR adalah TPOX , THO1 dan CSF1PO.
Kadar DNA merupakan faktor penting dalam pemeriksaan analisis DNA terutama terhadap keberhasilan amplifikasi pada sampel-sampel DNA.Selain tergantung dari kadar DNA juga dibutuhkan kualitas DNA yang mencukupi yaitu DNA yang digunakan harus dalam kondisi terdegradasi seminimal mungkin. Apabila DNA mengalami kondisi terdegradasi parah, maka mengakibatkan primer tidak dapat menempel pada DNA target yang akan digandakan.
Berkaitan keberhasilan lokus terdeteksi dalam penelitian ini, diakibatkan adanya perbedaan produk amplifikasi dan adanya GC content atau ikatan guanine dan cytosine pada masing-masing lokus.
Sehingga adanya transfer DNA ke larva lalat bangkai yang merupakan familia Calliphorida yang ditemukan pada jenazah. Transfer DNA jenazah ke larva lalat dapat terjadi melalui kulit dan sistem digestif larava; Transfer DNA jenazah ke larva melalui kulit lebih nampak jelas pada pita/band dibandingkan dalam tubuh larva.
Penelitian ini menemukan suatu pengembangan metode identifikasi larva lalat anggota Ordo Diptera familia Calliphoridasebagai salah satu sampel biologis yang dapat digunakan dalam identifikasi korban yang tidak diketahui identitasnya.
Penulis : Ahmad Yudianto
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :
https://www.scimagojr.com/journalsearch.php?q=19700174971&tip=sid&clean=0