Mahasiswa seringkali mengalami hambatan dan tantangan selama menjalani proses studinya. Salah satu persoaan yang dihadapi oleh mahasiswa terutama yang memiliki latar belakang status sosial ekonomi yang rendah adalah persoalan biaya. Mahasiswa yang memiliki orang tua dengan penghasilan yang rendah seringkali dihadapkan pada kesulitan membayar uang kuliah dan kesulitan memenuhi kebutuhannya. Hal ini membuat mahasiwa berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dan membayar uang kuliahnya dengan mencari pekerjaan paruh waktu. Mahasiswa yang memlih bekerja paruh waktu sambil menyelesaikan studinya kemudian tidak hanya harus berperan sebagai mahasiswa namun juga harus berperan sebagai karyawan. Peran ganda yang mereka hadapi ketika memilih untuk bekerja sambil kuliah kemudian menimbulkan beberapa persoalan baik dalam hal akademik maupun non akademik. Persoalan akademik yang seringkali mereka hadapi salah satu contohnya adalah kesulitan dalam membagi waktu antrara studi dengan bekerja. Salah satu persoalan non akademik yang mereka hadapi adalah persoalan kesehatan mental.
Penelitian yang dilakukan oleh Buda & Lenghan (2005) menemukan bahwa mahasiswa yang bekerja paruh waktu dapat mengalami stres yang kemudian mempengaruhi kondisi kesejahteraan psikologinya. Studi yang dilakukan oleh Kalenkoski dan Pabilonia (2009) menemukan bahwa mahasiswa yang bekerja paruh waktu (part time) akan memiliki waktu yang lebih sedikit untuk melakukan aktivitas akademik sehingga dapat mempengaruhi capaian akademiknya bahkan dapat mengarah ke putus studi (drop out). Beffy dkk (2010) mengidentifikasi bahwa dampak dari pekerjaan paruh waktu yang dilakukan mahasiswa yang sedang studi adalah mengurangi kemungkinan mahasiswa menyelesaikan studinya tepat waktu. Hal ini dapat menyebabkan individu tertekan secara fisik dan mental yang kemudian akan mempengaruhi kesejahteraan psikologisnya. Kessler dkk (2007) menemukan bahwa mahasiswa merupakan kelompok yang memiliki resiko tertinggi mengalami stress dan persoalan kesehatan mental.
Persoalan kesehatan mental yang tak segera diatasi akan memberikan dampak negatif terhadap mahasiswa itu sendiri dan keluarganya. Namun demikian, beberapa studi menemukan jika memberikan dukungan sosial pada mahasiswa yang memiliki persoalan akan membantu mahasiswa tersebut untuk mengatasi persoalan psikologis yang dihadapinya. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor positif yang dapat membantu sebagai sarana dalam memelihara kesehatan mental (Cohen dan Syme (1985), Zimet (1988)). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan ksejahteraan psikologis pada mahasiswa yang bekerja paruh waktu (part time). Penelitian ini melibatkan 65 mahasiswa yang memiliki pekerjaan paruh waktu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 25.
Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari 42 (64.61%) mahasiswa berjenis kelamin wanita dan 23 (35.39%) orang mahasiswa berjenis kelamin pria. Berdasarkan usia, partisipan dalam penelitian ini berusia antara 18-25 tahun. Kelompok usia terbanyak adalah subyek dengan usia 22 tahun yaitu sebesar 23 mahasiswa atau 35,3% dari total populasi. Kelompok usia terbanyak kedua yaitu subyek berusia 21 tahun sebanyak 16 mahasiswa atau 2462% dan urutan terakhir adalah kelompok yang berusia 20 dan 23 tahun sebanyak masing-masing kelompok 9 mahasiswa atau 13,8 %. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment menunjukkan bahwa dukungan sosial berhubungan dengan kesejahteraan psikologis mahasiswa rantau Universitas Airlangga dengan nilai korelasi sebesar 0,433. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial berhubungan dengan kesejahteraan psikologis. Dengan demikian, dukungan sosial akan berbanding lurus dengan kesejahteraan psikologis mahasiswa yang memiliki pekerjaan paruh waktu. Dengan kata lain, mahasiswa yang menerima dukungan sosial yang besar akan memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi. Hubungan positif antara dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Yasin & Dzulkifli (2010) serta Cohen & Syme (2005).
Hasil riset ini menunjukan bahwa dukungan sosial terbukti merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis mahasiswa yang memiliki pekerjaan paruh waktu. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa dukungan sosial dapat mengurangi kecemasan, depresi, dan gejala perilaku maladaptif yang menyertai individu ketika mengalami stress. Oleh karena itu maka lingkungan keluarga dan institusi pendidikan hendaknya memberikan dukungan sosial khususnya pada mahasiswa yang bekerja paruh waktu sehingga mereka memiliki kesejahteraan pikologis yang baik. Dukungan sosial yang dapat diberikan oleh keluarga contohnya memberi motivasi atau semangat dan dukungan emosional maupun instrumental lainnya. Sedangkan institusi pendidikan dapat memberikan dukungan sosial baik dalam bentuk pemberian layanan atau pun fasilitas yang dapat membantu mahasiwa yang memiiki pekerjaan paruh waktu untuk menyelesaikan studinya dan memberikan pendampingan psikologis untuk mengatasi persoalan psikologisnya salah satunya dengan memberikan layanan konseling.
Penulis: Listyati Setyo Palupi, S.Psi. M. DevPract
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
Tubagus M Nashich, S. Psi & Listyati Setyo Palupi, S.Psi., M. DevPract (2020). The Relationship between Social Support and The Psychological Well-being of Students Who Work Part-time. E3S Web Conf., 202 (2020) 12024. DOI: https://doi.org/10.1051/e3sconf/202020212024.