UNAIR NEWS – Plankton merupakan organisme kecil yang hidup di kolom perairan yang memiliki pergerakan yang sangat terbatas dan hampir seluruh pergerakannya dipengaruhi pergerakan arus perairan. Plankton terdiri atas fitoplankton yang bersifat plankton tumbuhan dan zooplankton sebagai plankton hewan. Salah satu fitoplankton berperan sebagai bioindikator dalam mengevaluasi kualitas air dan tingkat kesuburan adalah Diatom.
Diatom disebut juga golden brown algae, termasuk dalam kelas Bacilariophyceae dan mengandung pigmen warna kuning lebih banyak dari pada pigmen warna hijau. Karena itu, perairan yang padat diatomnya terlihat kecokelatan. Kondisi perairan yang baik akan berdampak positif bagi diatom untuk melakukan proses fotosintesis dengan bantuan pigmen karotenoid.
“Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai kelimpahan diatom yang dikaitkan dengan kandungan karotenoid,” ungkap Kukuh Septihandoko, S.Pi, alumnus Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga periode September 2020.
Kukuh menganalisis kelimpahan diatom (bacillariophyceae) dan kandungan karotenoid diatom di Muara Sungai Banjar Kemuning, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. “Diatom mengandung pigmen karotenoid paling banyak daripada genus yang lain. Selain itu, penelitian tentang kelimpahan karotenoid di perairan masih minim,” ujar mantan Asisten Praktikum Planktonologi itu.
Alasan Kukuh meneliti di muara adalah muara sungai termasuk jenis perairan dengan sistem terbuka, dan bergantung terhadap keadaan lingkungan sekitarnya. “Muara Banjar Kemuning yang merupakan daerah pesisir yang banyak terdapat aktivitas manusia yang menyebabkan kandungan unsur hara yang ada di perairan tersebut mengalami perubahan,” katanya.
Muara merupakan jenis perairan dengan sistem terbuka yang menjadi titik bertemunya antara air tawar dan laut, bisa juga muara menjadi penghubung antara sungai dan laut. Sambung Kukuh, Muara dapat mengalami perubahan lingkungan yang signifikan karena beberapa hal seperti pasang surut air laut, bercampurnya air tawar dengan air laut, serta menjadi titik terakhir mengendapnya suatu zat yang dibuang dari sungai.
Pengambilan sampel dilakukan di 6 titik, 3 titik di muara sungai dan 3 titik di perbatasan air tawar dengan laut. Rata-rata kelimpahan diatom di muara sungai Banjar Kemuning selama penelitian, yaitu 167.776 sel/L, 208.887 sel/L dan 455.552 sel/L, dengan kelimpahan diatom tertinggi di zona A bulan Desember dan terendah di zona B bulan Oktober. Sedangkan, rata-rata kandungan karotenoid selama penelitian, yaitu 1,062 µg/mL, 1,171 µg/mL dan 1,684 µg/mL, dengan kandungan karotenoid tertinggi di zona A bulan Desember dan terendah di zona A bulan Oktober.
Kesimpulan yang didapat dari Skripsi alumnus asal Jombang tersebut adalah kelimpahan diatom di setiap bulan dan kandungan karotenoidnya sekaligus berbeda-beda. “Perbedaan itu disebabkan karena pengaruh cuaca dan kondisi perairan itu sendiri, semakin baik kondisi suatu perairan maka kelimpahan diatom semakin melimpah serta kandungan karotenoidnya pun juga semakin banyak,” tutupnya.(*)
Penulis: Dimar Herfano
Editor: Feri Fenoria