Newcastle Disease (ND) sebagai salah satu penyakit yang masih tetap menjadi perhatian penting di industri perunggasan, karena sifatnya yang menular, cepat menyebar, dan menyerang pada segala umur. Penyakit yang dikenal juga dengan sebutan tetelo ini sudah tersebar di seluruh dunia dan memiliki potensi menyebabkan kerugian ekonomi. Outbreak dari penyakit ND memberikan dampak yang besar pada peternakan ayam di negara berkembang, dimana bidang perunggasan merupakan sumber protein hewani dan sumber pendapatan negara yang besar. Newcastle disease menjadi penyakit endemik di Asia, Afrika, Timur Tengah, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Epidemiologi virus newcastle disease belum sepenuhnya diketahui, namun unggas liar dapat menjadi reservoir dari galur lentogenik.
Newcastle disease disebabkan oleh virus termasuk dalam famili Paramyxoviridae, genus Paramyxovirus, berbentuk pleomorfik biasanya berbentuk bulat dengan diameter 100-500 nm, namun ada pula yang berbentuk filamen . Virus ini mampu menginfeksi hampir semua spesies unggas, baik unggas liar maupun yang sudah didomestikasi. Infeksi alami telah dilaporkan pada manusia dan rodensia, serta beberapa hewan laboratorium yang diinfeksi untuk penelitian. Infeksi pada spesies selain unggas dapat berperan sebagai vektor mekanik dari ND. Program vaksinasi yang dilakukan untuk menanggulangi kejadian penyakit ini diantaranya menggunakan vaksin aktif maupun inaktif yang biasa dilakukan pada ayam broiler usia antara 0-4 hari dengan vaksin ND secara tetes mata atau spray dan vaksin ulang dengan vaksin ND aktif yang diberikan melalui air minum pada usia 7 – 14 hari.
Program vaksinasi pada berbagai tingkatan umur serta didukung dengan managemen pemeliharaan yang optimal, merupakan satu upaya penanggulangan penyakit ND, namun tidak dipungkiri bahwa sampai saat ini kasus ND masih banyak ditemukan di lapangan. Kasus penyakit ND tersebut dapat muncul pada suatu peternakan yang telah menjalani vaksinasi dengan baik maupun pada peternakan tradisional yang belum melakukan program vaksinasi ND. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa masih banyak permasalahan di lapangan, sehingga dapat terjadi kasus penyakit ND. Beberapa sebab yang mungkin terkait munculnya kasus tersebut adalah menyangkut masalah tatalaksana peternakan, kualitas vaksin yang sangat bervariasi, serta variasi patotipe virus yang bersirkulasi di lapangan. Kuat dugaan telah muncul adanya virus ND yang berbeda dari yang selama ini dikenali, meskipun untuk mengetahui hal tersebut harus dilakukan karakterisasi lebih lanjut secara molekuler.
Strain virus yang beredar di lapangan secara substansial berbeda dari strain virus vaksin yang digunakan menunjukkan bahwa adanya perbedaan antigenik yang mengakibatkan kemampuan proteksi dari vaksin menjadi buruk. Hal itu menjadi alasan utama, mengapa wabah Newcastle disease (ND) masih terjadi pada unggas yang telah divaksinasi dalam beberapa tahun terakhir. Adanya perubahan genetik seperti mutasi dari virus yang menyebabkan kegagalan vaksinasi sehingga menjadi pertimbangan dalam menggunakan vaksin komersial yang sudah ada dan mendorong untuk mempersiapkan vaksin yang lebih baru. Pada studi program Vaksinologi analisis molekuler digunakan untuk mengetahui filogenetika dan memprediksi epitop sel B virus ND yang bersirkulasi di Indonesia. Untuk selanjutnya, penelitian lanjutan dapat digunakan sebagai acuan pada studi desain virus vaksin pada aplikasi di industri vaksin unggas. Disisi lain, kemajuan pesat di bidang biologi molekuler menyebabkan data kode genetik saat ini telah digunakan pada banyak penelitian filogenetika untuk menghasilkan informasi yang lebih akurat.
Penggunaan vaksin yang tidak homolog dengan strain virus yang beredar pada wabah dapat menyebabkan unggas tersebut berfungsi sebagai reservoir serta dapat terjadi peningkatan ekskresi virus ke lingkungan oleh unggas yang terinfeksi. Menurut Hu et al (2011) ditemukannya virus pada hewan yang telah divaksinasi juga disebabkan karena shedding virus akibat virus vaksin dengan virus lapangan tidak homolog. Tindakan vaksinasi yang menggunakan vaksin homolog dapat meningkatkan respon imun yang terbentuk dan mengurangi terjadinya shedding virus dibandingkan dengan vaksin heterolog . Shedding virus yang memungkinkan terjadinya resirkulasi virus ke lingkungan dapat menyebabkan virus mengalami mutasi dan mengakibatkan perubahan adaptif terhadap respon imun. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan strain virus yang dapat digunakan sebagai seed vaksin Newcastle disease (ND) yang diawali dengan isolasi dan identifikasi secara molekuler isolat lokal yang bersifat original atau bukan berasal dari virus vaksin.Melakukan penelitian dan mengembangkan vaksin Newcastle disease (ND) dengan memanfaatkan isolat lokal adalah salah satu strategi yang dilakukan untuk pengembangan vaksin Newcastle disease (ND) di Indonesia menurut Bahri dkk (2005). Mengingat isolat lokal memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif dalam mengatasi penyakit Newcastle disease (ND) di Indonesia.
Penulis: Maha kirana, drh.
Program Magister Vaksinologi dan Imunoterapetika Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga