Gaya hidup seperti merokok, konsumsi rendah asupan antioksidan, seperti asupan gizi yang buruk konsumsi gula tinggi, dan stres tingkat tinggi bisa meningkatkan mikroba yang berhubungan dengan periodontal penyakit. Penyakit periodontal yang paling umum yang terlihat di masyarakat adalah periodontitis. Periodontitis adalah infeksi gusi yang merusak gigi, jaringan lunak, dan tulang penyangga gigi. Kondisi ini harus segera diobati karena dapat menyebabkan komplikasi serius. Gigi dan mulut permasalahan di Indonesia dilaporkan melalui Info DATIN dari 2007 hingga 2013 meningkat dari 23,2% menjadi 25,9%, yang berarti setiap empat orang memiliki satu orang dengan masalah gigi dan mulut, jadi proyeksi diperkirakan 65.275 juta orang dengan masalah gigi dan mulut.
Salah satu pengobatan klinis untuk periodontitis adalah metode Guided Tissue Regeneration (GTR). GTR mencegah jaringan epitel menyebar dan memastikan pertumbuhan sel ligamen periodontal di cacat periodontal. Berdasarkan latar belakang, adanya kebutuhan Biokomposit PCL- Produk Biosintesis AgNPs-Aloe vera sebagai Membran Regenerasi Jaringan Terpandu sebagai solusi untuk Terapi Koreksi Gangguan Periodontal. Dalam studi ini, membran akan dikarakterisasi menggunakan Particle Size Analyzer (PSA), Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscopy (SEM), dan uji tarik.
Penelitian dilakukan dengan beberapa Langkah sebagai berikut : Ekstrak lidah buaya diperoleh dengan dibersihkan dan dipotong kecil. Lalu sebanyak 30 gram lidah buaya dimasukkan ke dalam 100 ml air suling pada suhu 80°C selama 15 menit kemudian disaring menggunakan kertas filter. Ekstrak dari lidah buaya diperoleh dan disimpan dalam botol kaca gelap dan suhu rendah. Lalu membuat larutan AgNO3 atau perak nitrat dengan melarutkan serbuk AgNO 3 sebanyak 1,575 gram dalam 1000 mL air suling. Kedua larutan tersebut dicampur kemudian botol kaca ditutup menggunakan aluminium foil dan disimpan di dalam suhu ruangan. Simpan selama 48 jam jadi warna larutan berubah dari tidak berwarna menjadi kecoklatan.
Pembuatan biokomposit dilakukan dengan menggunakan satu set instrumen elektrospinning. Larutan untuk elektrospinning diperoleh dengan mencampurkan AgNPs dengan aseton. Pertama, AgNPs-Aseton dicampur dengan pelarut PCL (aseton) dengan perbandingan aseton / AgNPs-Aseton adalah 100/0, 90/10, 80/20, dan 70/30 lalu ditambahkan 10 g PCL ke larutan PCL / AgNPs biokomposit. PCL dan dilarutkan pada suhu 50 °C selama 20 menit untuk memastikan larutan tercampur dengan baik. Setelah larutan terbentuk, masukkan ke dalam suntik 10 ml dengan ujung jarum diameter 1 mm. Instrumen elektrospinning menggunakan tegangan tinggi 10-30 kV dan jarak kolektor yang telah dilapisi dengan aluminium foil ujung jarum suntik adalah 14 sampai 23 cm.
Beberapa uji perlu dilakukan terhadap material, salah satunya uji XRD dilakukan dengan menyinari sampel berbentuk serbuk dengan radiasi Cu-Kα selama beberapa menit. Serbuk diperoleh dengan mengeringkan larutan AgNPs menggunakan oven pada suhu 40 °C 24 jam. Pola yang dihasilkan oleh XRD instrumen digunakan untuk memastikan apakah AgNP memiliki telah terbentuk. Karakterisasi XRD menunjukkan bahwa serbuk sampel memiliki kisi Kristal yang menjadi karakter AgNPs. Hal ini bisa diketahui melalui software Match! 3. Ekstrak dari tumbuhan diketahui menyebabkan puncak dalam hasil XRD karena adanya zat bio-organik.
Berikutnya, larutan AgNP kemudian diamati menggunakan instrumen PSA untuk melihat besarnya ukuran partikel. Dari hasil analisis datanya diketahui ukuran partikel yang menggumpal berukuran 122 – 458 nm. Ukuran partikel yang besar atau kecil dapat terjadi karena jumlah komposisi senyawa yang ditemukan pada tumbuhan sangat bervariasi tergantung pada spesies, iklim, dan pertumbuhannya kondisi.
Setelah itu, karakterisasi bentuk permukaan sampel dilakukan untuk menentukan serat dari hasil elektrospinning pada biokomposit PCL-AgNPs. Hasil karakterisasi morfologi menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) menunjukkan bahwa Membran yang didapat memiliki serat dengan halus permukaan, bentuk silinder homogen, tidak ada pori-pori pada serat, dan tidak ada biji-bijian atau manik-manik.
Lalu, kekuatan tarik dilakukan untuk menentukan sifat mekanik jaringan terpandu membran regenerasi diperoleh. Berdasarkan uji menunjukkan bahwa penambahan AgNP ke larutan meningkatkan kekuatan tarik membrane GTR membran. AgNPs dalam polimer cenderung membentuk struktur seperti rantai saat dicampur dengan baik dilakukan sebelum elektrospinning. Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa sampel memiliki nilai tarik yang kecil, fenomena ini dikaitkan dengan berbagai alasan seperti komposisi, ukuran, orientasi serat, molekuler struktur, susunan serat, dan pasca-pemrosesan kondisi.
Pengaruh variasi konsentrasi melalui jumlah penambahan AgNP di PCL-AgNPs pembuatan biokomposit sebagai membran GTR melalui uji bentuk permukaan menunjukkan bahwa penambahan AgNP meminimalkan ukuran diameter serat. Lalu hasil uji kekuatan tarik menunjukkan penambahan AgNP meningkatkan nilai kuat tarik, meskipun nilai kuat tarik juga dipengaruhi oleh orientasi serat.
Penulis : Prihartini Widiyanti
Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini:
https://journals.utm.my/index.php/jurnalteknologi/article/view/13294