Injeksi Intratunika Komponen Stromal Vascular Fraction (Svf) Kurangi Ekspresi Protein Kolagen 3 pada Tikus dengan Peyronie’s Disease

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
ILUSTRASI Komponen Stromal Vascular Fraction (SVF). (Foto: Istimewa)
ILUSTRASI Komponen Stromal Vascular Fraction (SVF). (Foto: Istimewa)

Salah satu kerusakan jaringan yang paling sering terjadi pada penis adalah tumbuhnya jaringan parut. Jaringan parut dapat terbentuk karena adanya ekspresi yang berlebihan dari protein ekstrasel seperti protein kolagen, elastin, dan fibonektin. Pada dasarnya, pembentukan jaringan parut merupakan proses alami dalam tujuan memperbaiki jaringan yang rusak pada tubuh. Namun, proses peradangan yang terus menerus dalam waktu yang lama akan mengakibatkan jaringan yang rusak secara bentuk dan fungsi yang dikenal sebagai jaringan parut fibrotik.

Pembentukan jaringan parut pada lapisan pembungkus penis dikenal dengan nama peyronie’s disease (PD). Kondisi ini dapat menyebabkan perubahan bentuk penis, nyeri saat fase ereksi, dan terkadang mengakibatkan terjadinya disfungsi ereksi. Pada fase awal terbentuknya jaringan fibrotik pada penis, akan terlihat adanya kelainan bentuk saat ereksi disertai dengan rasa nyeri. Kondisi ini dapat berlangsung antara 12-18 bulan. Pada perjalanan penyakitnya, kondisi nyeri penis akan mengalami perbaikan, tapi kelainan bentuk penis akan terjadi secara permanen.

Hingga saat ini pendetakatan terapi yang dapat dilakukan pada pasien dengan PD masih belum optimal dan memerlukan berbagai pendekatan terapi mutakhir. Pendekatan yang saat ini sedang hangat dibicarakan adalah penggunaan sel punca pada PD. Adanya perkembangan penggunaan sel punca juga diikuti dengan berbagai argumen kontradiktif penggunaan sel punca. Terdapat isu penggunaan sel punca yang mungkin masih menjadi problema dalam penggunaannya sehari-hari seperti persiapan penggunaan sel punca yang perlu lingkungan yang benar-benar steril dan mungkin saja sel punca meningkatkan kemungkinan terjadinya keganasan dalam tubuh. Salah satu alternatif yang ditawarkan dalam menjawab isu-isu yang berkembang mengenai penggunaan sel punca adalah subtitusi dengan stromal vascular fraction (SVF).

SVF merupakan komponen jaringan tubuh yang mengandung sel-sel imunitas dan sel punca. Studi sebelumnya telah menunjukan SVF ternyata memiliki efek yang sama baiknya dengan sel punca pada tikus dengan model disfungsi ereksi dan inkontinensia. Isolasi SVF juga tergolong lebih mudah daripada isolasi sel punca. Hal ini menarik minat peneliti untuk mengetahui efikasi SVF dalam pengobatan PD dengan hewan coba tikus.

Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus jantan dengan usia 12 minggu dan berat antara 300-350 gram. Tikus ini selanjutnya dioperasi untuk menimbulkan jaringan fibrotik pada penis dan mengalami PD. Isolasi SVF diambil dari jaringan lemak perut tikus dengan metode yang telah terstandart.  Terdapat tiga kelompok pada penelitian ini, yaitu kelompok plasebo, kelompok tikus dengan PD yang mendapatkan injeksi cairan fisiologis dan kelompok tikus dengan PD yang mendapatkan SVF dengan jumlah satu juta sel. Setiap kelompok studi terdiri dari enam ekor tikus.

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan tekanan intracavernosa pada tiap kelompok. Hasil pengamatan dibawah mikroskop menunjukkan perlakukan pada penelitian ini berhasil menimbulkan jaringan fibrotik pada penis tikus. Analisa protein lebih jauh menunjukan pada kelompok tikus PD yang mendapatkan SVF mengalami peningkatan protein kolagen III dengan jumlah perbandingan kolagen I/III yang lebih besar daripada kelompok tikus PD yang tidak mendapatkan SVF. Protein elastin juga diamati meningkat pada kelompok tikus PD yang mendapat SVF dibandingkan dengan tikus kelompok plasebo.

Desain penelitian ini merupakan yang pertama di dunia yang membahas tentang penggunaan SVF pada tikus model PD yang mengamati kadar protein tertentu. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa SVF pada fase awal mampu menghambat terbentuknya kolagen III dan elastin pada penis tikus model PD. Hasil ini mengindikasikan pentingnya peranan SVF/sel punca pada fase awal PD. Adanya potensi SVF/sel punca pada fase awal mencetuskan ide penelitian ini yang berfokus potensi SVF difase lanjut PD. Hasil studi ini membuktikan bahwa jaringan parut pada penis tikus dengan fase lanjut PD menurun secara signifikan. Protein yang dianggap berperan penting dalam penurunan ekspresi jarigan fibrotik adalah kolagen III yang juga mengalami penurunan pada hasil kuantifikasi protein. Hasil pada penelitian ini menunjukan tidak adanya perbedaan fungsi ereksi pada tiap kelompok penelitian yang dapat dijelaskan karena hewan coba pada penelitian ini cenderung mampu mengalami regenerasi spontan jaringan fibrotik setelah waktu tertentu.

Studi ini berhasil mengungkapkan potensi dari SVF dalam pengobatan PD pada tikus. Keunggulan studi ini adalah desain yang dikerjakan adalah tikus dengan fase lanjutan PD dimana hal ini mendekati kondisi PD pada komunitas manusia. Mayoritas pasien dengan PD akan mendatangi klinisi dalam kondisi lanjut. Hal ini tentu saja semakin menjelaskan potensi penggunaan SVF pada komunitas pasien PD. Namun, potensi SVF pada PD tentu masih memerlukan berbagai pengujian lebih lanjut untuk aplikasi pada manusia. Hal lain yang perlu digarisbawahi pada studi ini adalah isolasi SVF yang lebih mudah daripada penggunaan sel punca, sehingga pada masa mendatang tren pengobatan pasien PD cenderung mengarah pada penggunaan SVF dibadingkan dengan sel punca.  (*)

Penulis:  Lukman Hakim, dr.,M.Kes.,Sp.U.,MARS.,Ph.D. (Universitas Airlangga)

Informasi lengkap tulisan ini dapat diakses pada laman

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30988428/

Hakim L, Fiorenzo S, Hedlund P, Montorsi F, Bivalacqua TJ, De Ridder D, et al. Intratunical injection of autologous adipose stromal vascular fraction reduces collagen III expression in a rat model of chronic penile fibrosis. Int J Impot Res. 2020;32(3):281–8.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).