Meningkatkan Kesehatan Otak Melalui Olahraga dan Musik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Hello Sehat

Olahraga merupakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan, tidak hanya berdampak terhadap peningkatan kondisi fisik, psikologis tetapi juga berfungsi sebagai tindakan pencegahan dan perlindungan terhadap berbagai penyakit neurologis dan mental, seperti alzheimer dan demensia. Selain itu, olahraga yang dilakukan secara teratur, terukur dan berkesinambungan juga memiliki dampak positif terhadap kesehatan otak yang ditandai dengan peningkatan fungsional memori, mood, fungsi kognitif, plastisitas otak dan kemampuan belajar.

Olahraga memiliki efek ganda bagi tubuh, karena olahraga dapat menjadi stresor, yang berpotensi menimbulkan distres, sebaliknya olahraga juga dapat menjadi stimulator yang dapat menimbulkan eustres. Hal ini sangat tergantung pada pengelolaan intensitas olahraga, jika olahraga dilakukan dengan intensitas yang tepat, teratur, terukur, berkesinambun­gan dan menyenangkan dapat meningkatkan fungsi otak. Sebaliknya olahraga yang dilakukan dengan intensitas tinggi dan bersifat kompetitif bisa memicu terjadinya stress, sehingga berpotensi menurunkan fungsi otak yang ditandai dengan penurunan ekspresi brain derived neurotropic factor (BDNF) di otak dan penurunan jumlah neuron hipokampus. Penurunan tersebut meningkatkan risiko terjadinya penyakit neurodegenerasi, seperti Alzheimer’s Disease (AD), Parkinson’s Disease (PD), Huntington’s Disease (HD), kecemasan, depresi, dan demensia. Selain itu, penurunan ekspresi BDNF dan penurunan jumlah neuron hipokampus juga berisiko menurunkan fungsi ingatan, kognitif dan menurunkan fungsi belajar. Oleh karena itu, stres yang di alami harus dikelola dengan baik, salah satu metode yang sangat efisien dalam menurunkan stres yaitu dengan mendengarkan musik.

Studi ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh olahraga intensitas moderat dan olahraga intensitas tinggi dengan mendengarkan musik terhadap ekspresi BDNF dan jumlah neuron hipokampus. Studi dilakukan pada 33 ekor tikus jantan jenis Rattus norvegicus strainWistar, usia 8 minggu, 160 ± 20 gram kemudian dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol (K1); kelompok olahraga intensitas moderat dengan mendengarkan musik tempo cepat (allegro) (K2); dan kelompok olahraga intensitas tinggi dengan mendengarkan musik tempo cepat (allegro) (K3). Olahraga intensitas moderat dilakukan dengan cara tikus berlari di atas treadmill dengan kecepatan 14-16 m/min selama 15-30 menit dengan mendengarkan musik pop tempo cepat 160 beats/min, sedangkan olahraga intensitas tinggi dengan kecepatan 22-25 m/min selama 10-20 menit dengan mendengarkan musik pop tempo cepat 160 beats/min. Olahraga dilakukan dengan frekuensi 3 kali/minggu selama 12 minggu.

Hasilpenelitian menunjukkan bahwa kelompok kontrol memiliki ekspresi BDNF (1098.14±135.31) pg/mL, kelompok olahraga intensitas moderat dengan mendengarkan musik (1113.72±65.87) pg/mL, dan kelompok olahraga intensitas tinggi dengan mendengarkan musik (1331.56±105.35) pg/mL denganp<0.001, sedangkan jumlah neuron hipokampus pada kelompok kontrol (54.75±6.83) sel,kelompok olahraga intensitas moderat dengan mendengarkan musik (59.87±7.68) sel, dan kelompok olahraga intensitas tinggi dengan mendengarkan musik (80.58±9.79) sel denganp<0.001.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan olahraga intensitas tinggi dengan mendengarkan musik tempo 160 beats/min yang dilakukan 10-20 menit dengan frekuensi 3 kali/minggu selama 12 minggu lebih efektif dalam meningkatkan ekspresi BDNF dan jumlah neuron hipokampus dibandingkan dengan olahraga intensitas moderat dengan mendengarkan musik. Hasil ini dimungkinkan karena kombinasi antara olahraga dengan mendengarkan musikdapat mempengaruhi fungsi fisiologi dan psikologis tubuh. Perubahan fisiologis yang mungkin terjadi adalah aktivitas pada sistem saraf otonom (SSO), modulasi sistem limbik, sekresi gamma amino butyric acid (GABA), enkephalin dan beta endorphin oleh midbrain dan penurunan kadar Kortisol. Perubahan ini diikuti dengan psikologis dengan menciptakan rasa santai, aman, nyaman, menyenangkan, dan menurunkan kecemasan. Penurunan sekresi kortisol akan meningkatkan ekspresi BDNF. Peningkatan ekspresi BDNF akan menstimulasi peningkatan neurogenesis, synaptogenesis, proliferasi dan diferensiasi neuron hipokampus, sehingga menyebabkan jumlah neuron hipokampus meningkat.

Penulis: Dr. Purwo Sri Rejeki, dr., M.Kes

Informasi detail bisa didapatkan pada hasil riset kami di link :

https://www.wageningenacademic.com/doi/abs/10.3920/CEP190063

A. Pranoto, E. Wahyudi, R.E. Prasetya, S. Fauziyah, R.G. Kinanti, Sugihartoand P.S. Rejeki. High intensity exercise increases brain derived neurotrophic factor expression and number of hippocampal neurons in rats. Comparative Exercise Physiology, 2020; 16(4): 325-332. https://doi.org/10.3920/CEP190063.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).