kemampuan kognitif. Pasien dengan demensia akan menderita gangguan kognitif yaitu seperti gangguan fungsi eksekutif berupa penalaran abstrak, perencanaan, dan perhatian atau gerakan terampil (apraxia ekstremitas), atau bahasa (afasia). Pasien yang menderita demensia, tidak hanya kehilangan fungsi kognitifnya tetapi juga memiliki komorbiditas lain selain penuaan yaitu seperti stroke, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit jantung. Fungsi pekerjaan atau sosial juga akan terganggu. Beban akibat penyakit demensia dapat mempengaruhi pasien, perawat, dan sistem kesehatan seiring bertambahnya populasi lansia. Demensia sudah mempengaruhi lebih dari 46 juta orang di seluruh dunia. Prevalensi dari demensia bervariasi di beberapa negara. World Health Organization (2012) melaporkan bahwa dari 35 juta penderita demensia, seperempat dari mereka tinggal di Asia Timur. Di China, prevalensi demensia terus meningkat dan menjadi dua kali lipat atau hampir tiga kali lipat dalam kelompok usia tertentu dari 1990-2010. Jumlah orang yang hidup dengan demensia diperkirakan meningkat menjadi 131,5 juta pada tahun 2050.
Demensia adalah beban kesehatan bagi dunia karena jumlah kasus yang sangat banyak telah tercatat di sebagian besar negara di dunia. Ada urgensi bagi dunia untuk mengurangi prevalensi demensia karena banyaknya populasi lansia terus meningkat dan risiko demensia terjadi juga meningkat. Penderita demensia akan mengalami kesulitan dalam hidup karena mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka sendiri kebutuhan dan akan selalu bergantung pada orang lain. Pemerintah dan pelayanan kesehatan harus melakukan sesuatu untuk mengurangi beban karena kasus demensia. Penelitian ini diperlukan untuk menyediakan data epidemiologi demensia sehingga pemerintah dan layanan kesehatan masyarakat akan dengan mudah mengenali detail data pasien demensia dan dengan cepat memberikan fasilitas yang lebih baik dan pengobatan yang baik untuk pasien dengan demensia.
Demensia sayangnya sulit untuk terdiagnosis karena perlu penilaian yang lebih kompleks dan banyaknya karakteristik yang berbeda untuk setiap demensia. Demensia memiliki berbagai variasi etiologi berdasarkan sindrom klinis. Untuk mendiagnosis demensia dengan benar, diperlukan pemeriksaan fungsi kognitif dan imaging. Jenis demensia yang paling umum adalah penyakit Alzheimer (AD) dan Demensia Vaskular (VaD.) VaD dan AD tidak mudah dibedakan karena adanya tumpang tindih dalam patofisiologi, simtomatologi, dan faktor risiko. Terdapat pula demensia lain yang kerap menyerang lansia seperti Dementia with Lewy Body, Parkinson Disease Dementia, dan Frontotemporal Dementia Diagnosis dan diferensiasi demensia membutuhkan anamnesis dan pemeriksaan yang tepat dan cermat. Riwayat pasien diperlukan untuk menyelidiki progresivitas gangguan kognitif juga gejala neuropsikiatri. Sedangkan pemeriksaan fisik diperlukan untuk memeriksa gangguan fokal neurologis atau tanda-tanda ekstrapiramidal. Pemeriksaan lain yang direkomendasikan adalah Mini Mental State Examination (MMSE). Dalam beberapa tahun terakhir, MMSE telah berkembang pesat dan dapat digunakan dengan baik.
Penulis: Nabilah Hasna Imami, Yudha Haryono, Anggraini Dwi Sensusiati, Muhammad Hamdan, Hanik Badriyah Hidayati
Detail tulisan lengkap dapat dilihat: Imami NH, Haryono Y, SensusiatiAD, Hamdan M, Hidayati HB. Dementia in dr. Soetomo general hospital surabaya: a synthetic review of its characteristics. Malang Neurology Journal; 2021.7:12-16