Infeksi diare umum terjadi di negara berkembang dan menyebabkan kematian sekitar 3 juta orang setiap tahun. Diare juga merupakan penyebab kematian kedua pada bayi. Riskesdas tahun 2013 menunjukkan 30.775 kasus diare. Penyebabnya antara lain infeksi bakteri Salmonella, Shigella, Vibrio, Entamoeba, dan Yersinia. Penyebab lain dapat terjadi karena infeksi virus dan jamur. Diare adalah infeksi nosokomial yang umum terjadi pada pasien rawat inap karena penggunaan antibiotik jangka panjang yang disebabkan oleh Clostridium difficile. Studi ini bertujuan untuk melihat gambaran penyebab diare selain C. Difficile pada pasien yang mendapat terapi antibiotik jangka panjang.
Pengambilan sampel dilakukan mulai Agustus 2017 hingga Mei 2018. Protokol penelitian telah disetujui oleh Komisi Etik Riset Kesehatan RSUD Dr. Soetomo dengan nomor No.584 /Panke.KKE/IX/2017. Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Sampel diambil dari 30 pasien diare dengan penggunaan antibiotik 2 x 24 jam yang dirawat di ICU RSUD Dr. Soetomo Surabaya dari bulan Agustus 2017 sampai Mei 2018. Penelitian ini merupakan studi lanjutan dari penelitian sebelumnya yang mengambil sampel dari pasien dewasa diare setelah diberikan antibiotik minimal dua hari yang dirawat di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam dan ICU RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Sampel sebanyak 30 sampel, dan dilakukan pemeriksaan terhadap C. difficile toksin dan menunjukkan hasil negatif, dilanjutkan dengan pemeriksaan biakan feses dengan metode konvensional untuk mengetahui penyebab diare selain C. difficile.
Hasil pemeriksaan kultur dari 30 sampel menunjukkan tiga sampel dengan hasil kultur positif yaitu E.coli penghasil β laktamase spektrum luas (ESBL), dan dua sampel kultur positif lainnya hanya E.coli non ESBL. Kemungkinan penyebab lain yang tidak bisa dideteksi dari kultur seperti infeksi virus dan jamur, masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Data demografi pasien dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 pasien dewasa yang diambil dari Ruang Rawat Inap dan ICU RSUD Dr. Soetomo Surabaya, terdiri dari 20 pasien perempuan dan 10 pasien laki-laki. Berdasarkan diagnosis, terbanyak terdiagnosis diabetes melitus, observasi demam, dan penyakit lain sebanyak 16%. Itu
Terapi antibiotik yang diberikan kepada pasien juga dibagi menjadi beberapa jenis: 21 atau 71% diobati dengan seftriakson, 5 atau 16% mendapat terapi sefotaksim, 3 atau 10% mendapat terapi siprofloksasin dan 1 pasien atau 3% mendapat terapi meropenem. Semua obat diberikan melalui suntikan intravena. Penyebab diare adalah sebagai berikut: infeksi bakteri dan parasit, virus, bakteri, dan jamur. Diare non infeksius terjadi karena keracunan makanan, alergi, intoleransi laktosa, dan stres. Beberapa jenis agen infeksi bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah: Salmonella, Shigella, Vibrio, Campylobacter, dan Yersinia. Ada yang jarang terdeteksi, bernama Clostridium difficile yang dapat menyebabkan diare pada pengobatan antibiotik jangka panjang di rumah sakit.
Pengobatan lini pertama untuk diare adalah rehidrasi dengan infus elektrolit. Cara ini bertujuan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat dehidrasi. Antibiotik dibutuhkan pada diare karena infeksi menyebabkan 10 -20% kasus. Penggunaan antibiotik harus berdasarkan pertimbangan medis untuk mencapai efek terapi terbaik bagi pasien. Penggunaan antibiotik irasional dapat menyebabkan bakteri sensitif menjadi resisten. Intensitas paparan antibiotik sangat mempengaruhi resistensi bakteri terhadap antibiotik. Perkembangan resistensi bakteri terhadap antibiotik perlu dipantau agar pengobatan diare.
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 30 sampel secara keseluruhan bertujuan untuk melihat gambaran hasil kultur pada pasien diare yang mendapat terapi antibiotik lebih dari dua hari selain yang disebabkan oleh infeksi C. difficile. Penyebab diare sangat bervariasi, ditunjukkan dengan hasil kultur yang hanya memberikan hasil positif pada 3 sampel dari 30 sampel yang diperiksa. Ketiga sampel yang menunjukkan hasil bakteri E.coli patogen (ESBL) dikaitkan dengan adanya resistensi obat. Penentuan penyebab pasti dari diare yang terjadi masih memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Kesimpulan akhir adalah bahwa penderita diare yang disertai antibiotik yang bukan disebabkan oleh infeksi C. Difficile disebabkan oleh infeksi non bakteri seperti infeksi virus dan kemungkinan bakteri lain yang tidak dapat dideteksi dengan metode kultur konvensional ini.
Penulis : Dr. Puspa Wardhani dr., Sp.PK(K)
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :
https://indonesianjournalofclinicalpathology.org/index.php/patologi/article/view/1448
Suci Tresna, IGAA Putri Sri Rejeki, Puspa Wardhani (2020).
Description of Fecal Culture Results in Diarrhea Patients Due To Antibiotic Use Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 2020 March, 26 (2): 193 – 197