Manfaat Teknik Pencitraan Sebelum Pengobatan
Diagnosis akurat pada tumor intrakranial memiliki peran yang sangat penting untuk strategi pengobatan optimal. Sifat dasar dan penderajatan tumor menentukan pendekatan terapi sebelum operasi, manajemen saat operasi, dan pasca operasi yang optimal. Magnetic Resonance Imaging (MRI) konvensional memiliki keterbatasan dalam mendiferensiasi lesi intracranial. Pada penentuan derajat keganasan tumor glioma derajat tinggi, pemeriksaan MRI konvensional memiliki sensitifitas 72,5% dan spesifisitasnya 65%. Teknik MRI lanjut memungkinkan untuk meningkatkan akurasi sebelum dilakukan operasi berdasarkan diagnosis histopatologi.
Teknik Diffusion Weighted Imaging (DWI) adalah teknik MRI lanjut untuk membuat penilaian tumor otak. Teknik ini mendasarkan pada pergerakan molekul air, yang pada kondisi abnormal pergerakan ini terganggu. Teknik ini bisa digunakan sebagai metode untuk mengidentifikasi karakteristik dari lesi intrakranial termasuk tumor. Pada tumor yang memiliki ukuran sel yang besar-besar maka akan mengganggu pergerakan molekul air dan pada teknik DWI disebut restricted diffusion.
Apparent Diffusion Coefficient (ADC) merupakan parameter kuantitiatif dari DWI yang menjelaskan pergerakan molekul air dari berbagai jaringan yang bervariasi. ADC ini sangat berkaitan dengan derajat keganasan, yang mana pada tumor ganas nilai ADC ini cenderung rendah.
Aplikasi DWI pada Tumor Serebri Ekstra Aksial
Pada kasus tumor serebri ekstra aksial, MRI konvensional tidak dapat digunakan untuk membedakan gambaran tumor epidermoid dan kista arachnoid yang mana kedua lesi tersebut relatif hipointens terhadap jaringan parenkim otak pada T1 dan sangat hiperintens T2.
Meningioma merupakan tumor serebri ekstra aksial yang paling banyak ditemukan, karena karakteristik lokasinya yang berasal dari duramater memungkinkan relatif lebih mudah untuk mendiagnosisnya. Meningioma adalah tumor yang sangat hipervaskular dengan sebagian besar vaskularisasinya berasal dari arteri meningeal. Pencitraan MR konvensional memberikan informasi mengenai lokalisasi dan morfologi meningioma, namun pada kasus meningioma dengan gambaran atipikal tampak menyerupai tumor high-grade, yang mana grading histologis meningioma mempunyai arti penting untuk perencanaan terapi yang sesuai.
DWI metrik pada daerah intratumoral bermanfaaat untuk menentukan penderajatanmeningioma. Nilai ADC yang rendah dilaporkan mengarah pada meningioma atipikal atau malignan dibandingkan dengan jinak, yang menunjukkan adanya hubungan terbalik antara difusi air dan tingkat keganasan.
Aplikasi DWI pada Tumor Serebri Intra Aksial
Glioma merupakan neoplasma serebri yang paling banyak dan evaluasi penentuan grading pra operasi sangat penting untuk menentukan jenis terapi. Glioma berasal dari sel glial dalam parenkim otak yang mana jenis sel yang dominan menentukan klasifikasi jaringan patologisnya.
Pada tumor serebri intra aksial, DWI dapat membantu dalam membedakan antara abses otak dengan jaringan nekrotik dan neoplasma kistik, dimana Abses memiliki intensitas sinyal tinggi pada DWI dan nilai ADC yang rendah dalam rongga dibandingkan dengan tumor nekrotik. DWI juga dapat memberikan informasi tingkat kepadatan selularitas sehingga mampu memprediksi tingkat keganasan tumor. Mekanisme sehingga DWI dapat membantu menentukan tingkat keganasan tumor didasarkan pada bahwa terjadi restriksi molekul air yang berdifusi oleh peningkatan kepadatan selularitas pada lesi yang memiliki derajat keganasan tinggi. Penurunan ruang ekstraselular disebabkan oleh selularitas tumor menyebabkan penurunan relatif nilai ADC maps.
Penelitian ini menggunakan metode retrospektif yang menilai hasil MRI teknik DWI dan ADC untuk kemudian dikorelasikan dengan hasil pemeriksaan pathologi pasca operasi. Tumor-tumor yang diteliti pada penelitian ini adalah tumor yang berasal dari parenkim otak dan diluar parenkim otak.
Data didapatkan dari sampel laki-laki 40% dan wanita 60%. Rata-rata usia adalah 48.15 ±14.28 tahun. Analisa statistik menunjukkan bahwa terdapat karakteristik profil DWI yang menunjukkan adanya tanda-tanda fasilitative (antara restrictive dan unrestrictive) dengan rerata ADC 0.643 ± 0.152 x 10-3 mm2/detik sedangakan yang restrictive memiliki rerata ADC 1.099 ± 0.251 x 10-3 mm2/detik. Hasil uji statistik menunjukkan r=0.706 dan p=0.000 (Sig 0.05) yang artinya secara statistik terdapat korelasi yang signifikan antara DWI dan ADC.
Hubungan antara pengukuran derajat keganasan menurut WHO dan nilai ADC secara statistik memiliki korelasi yang signifikan. Uji statistik menunjukkan r=-0.536 dan p=0.000 (Sig 0.05). Pada pengukuran derajat keganasan menurut WHO, grade I memiliki nilai ADC paling tinggi dan grade IV memiliki nilai ADC paling rendah. Terdapat kecenderungan penurunan nilai ADC dengan semakin tingginya derajat keganasan.
Penulis: Dr. Anggraini Dwi Sensusiati, dr., Sp.Rad(K)
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-6596/1445/1/012019/pdf
Sensusiati, A.D., 2020. Apparent Diffusion Coefficient of Diffusion Weighted Imaging have Strong Correlation with the Malignancy Grading of Intracranial Tumor. In Journal of Physics: Conference Series. Surabaya, 2020. IOP Publishing.