Kelainan pada pulpa dan periapical gigi secara utama disebabkan oleh bakteri oportunistik patogen yang terdapat di dalam saluran akar gigi dan menyebabkan proses infeksi. Saluran akar yang terinfeksi bertindak sebagai sebuah reservoir sel dan produk bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya periodontitis apikalis. Secara utama, infeksi endodontic dirawat Degnan menggunakan gabungan preparasi kemomekanis dan medikasi interappointment intracanal untuk mengeliminasi dan mengontrol bakteri yang terdapat di dalamnya. Periodontitis Apikali Kronis (Chronic Apical Periodontitis/CAP) berhubungan dengan keadaan inflamasi dan destruksi pada jaringan periradikular yang ditandai oleh kehadiran lesi pada apical gigi.
Kehadiran dan ukuran lesi sering dihubungkan dengan factor virulensi bakteri, jumlah, dan tipe bakteri yang terdapat pada saluran akar. Perawatan optimal pada keadaan CAP dilakukan dengan menghilangkan dan mengkontrol bakteri yang terdapat di dalam saluran akar gigi. Selama proses instrumentasi mekanis pada system saluran akar, penggunaan cairan irigasi dengan aktivitas antimikroba yang kuat direkomendasikan untuk menurunkan jumlah bakteri. Sodium hipoklorit (NaOCl) secara utama direkomendasikan sebagai bahan irigant saluran akar pada praktek endodontic dan digunakan pada berbagai konsentrasi mulai dari konsentrasi 1% – 6%.
NaOCl memiliki kekuatan yang bagus di dalam melenyapkan lapisan smear layer tetapi adanya debris yang terdapat pada tubulus dentin tidak dapat dihilangkan karena NaOCl memiliki keterbatasan dalam menghilangkan komponen inorganic pada lapisan smear layer, sehingga NaOCl harus dikombinasikan dengan bahan agent chelating seperti 17% ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) untuk menghilangkan secara keseluruhan baik komponen organic dan inorganic pada lapisan smear layer. Selain EDTA, bahan Chlorhexidine (CHX) telah dipelajari sebagai bahan irigan final untuk menyediakan aksi antimikroba selama resotrasi pada perawatan saluran akar.
Penelitian ini menggunakan tiga jenis kelompok utama yang dilakukan secara langsung pada dua puluh empat pasien (tujuh pasien berjenis kelamin pria dan tujuh belas pasien berjenis kelamin wanita) dengan rentang usia 16 sampai 38 tahun yang membutuhkan perawatan saluran akar secara utama dan dikirimkan oleh Departemen Endodontik Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Hasanuddin. Prosedur klinis terdiri dari isolasi gigi yang dilakukan perawatan endodontic dengan menggunakan rubber dam dan permukaan eksternal gigi dan struktur sekeliling dilakukan desinfeksi dengan menggunakan larutan 30% hydrogen peroksida, 2,5% NaOCl, dan diinaktivasi dengan 5% sodium thiosulfate untuk meyakinkan ketiadaan sampling bakteri.
Perbedaan protocol ketiga kelompok disimbolkan dengan kelompok S1, S2, dan S3. Kelompok S1 hanya dilakukan dengna menggunakan paper point ukuran 20 ditahan dalam posisi kavitas gigi 60 detik, kelompok S2 dilakukan proses sterilisasi dan irigasi dengan menggunakan larutan Natrium Hiplokorit 6% 3 mL, kelompok S3 dilakukan sterilisasi dan irigasi dengan menggunakan tambahan 3 mL 17% EDTA dan 2 mL 2% CHX. Sampel bakteri yang diambil dari ketiga kelompok S1, S2, dan S3 diambil dengan menggunakan container dan kemudian ditumbuhkan ke dalam media Brain Heart Infusion Broth (BHIB), divorteks selama 60 detik untuk mengghilangkan bakteri dan menyebarkan BHIB. 1 mL larutan BHIB ditambahkan ke dalam 9 mL NaCl 0,9%, didilusikan dan diulangi selama 3 seri untuk mendapatkan load bakteri 103 CFU.
Data yang didapatkan diuji dengan menggunakan uji statistic, namun pada uji normalitas didapatkan bahwa kelompok tidak terdistribusi secara normal sehingga uji statistic non parametrik dilakukan untuk mencari perbedaan di antara kelompok S1, S2, dan S3 dengan nilai p adalah 95% (0,05). Perbedaan load bakteri sebelum irigasi di antara kelompok S1, S2, dan S3 berbeda bermakna dengan nilai p=0,000. Perbedaan jumlah koloni bakteri (CFU/mL) sebelum dilakukan irigasi pada kelompok S1, S2, dan S3 berbeda dengan perbedaan antara S1 dan S2 memiliki nilai p=0,001, S1 dengan S3 memiliki nilai p=0,001, dan S2 dan S3 memiliki nilai p=0,029.
Semua sampel yang diisolasi dari rongga mulut dua puluh empat pasien positif mengandung bakteri, dan protocol irigasi antara kelompok S1, S2, dan S3 secara signifikan mengurangi bacterial load. Irigasi berkelanjutan dengan menggunakan 17% EDTA dan 2% CHX menunjukkan pengurangan bakteri secara signifikan dengan nilai p<0,05 bila dibandingkan dengan prosedur irigasi dengan menggunakan 6% NaOCl. Irigasi berkelanjutan setelah proses preparasi mekanis pada kasus CAP mengurangi jumlah bakteri, namun proses sterilisasi dan irigasi berkelanjutan harus diikuti oleh medikasi intracanal untuk meningkatkan derajat kesuksesan perawatan endodontic.
Penulis: Prof. Dr. Latief Mooduto, drg., MS., Sp.KG(K)
Informasi lebih detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https: http://103.195.142.59/opac/detail-opac?id=62098
Maria Tanumihardja, Rehatta Yongki, Sitti Wahyuni, Rasmidar Samad, Latief Mooduto, Syarifuddin Wahid [2020] Reduction of bacterial after irrigation with 6% NaOCl, and continued irrigation with 17%EDTA and 2% CHX during Endodontic Treatment of Chronic Apical Periodontitis. International Journal of Pharmaceutical Research Supplementary Issue 1, pp: 2540-2545 DOI: https://doi.org/10.31838/ijpr/2020.SP1.372