Indonesia merupakan salah satu dari tiga penghasil utama alpukat di dunia. Semua bagian tanaman alpukat yaitu daun, akar, dan bijinya dapat digunakan sebagai obat, namun hal ini belum banyak diketahui. Dalam penggunaannya, banyak bagian tanaman ini yang dibuang sebagai limbah, termasuk bijinya yang mengandung flavonoid dan tanin. Padahal kedua zat ini memiliki efek farmakologis yaitu sebagai analgesik dan antiradang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bubuk biji alpukat terhadap jumlah limfosit pada mencit yang telah diinduksi Escherichia coli. Sebanyak dua puluh lima mencit jantan sehat dibagi menjadi lima kelompok masing-masing untuk diberi perlakuan berbeda selama 7 hari. Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke 1, 3, dan 7. Kemudian jumlah limfosit dihitung dan dianalisis.
Kami menemukan bahwa selama hari ke-3 dan ke-7, pemberian bubuk biji alpukat dengan konsentrasi 5 dan 10% mempengaruhi jumlah limfosit bila dibandingkan dengan kontrol. Kelompok dengan pemberian bubuk alpukat konsentrasi 15% tidak memiliki perbedaan dengan kontrol. Dibandingkan pada semua kelompok perlakuan, konsentrasi 10% adalah yang paling optimal.
Kemampuan biji alpukat mempengaruhi jumlah limfosit ini dimungkinkan karena kandungan flavonoid dan tannin. Tannins memiliki sifat antioxidan dan anti radang. Selain itu, tannin dapat mengikat Fe. Diketahui bahwa Fe dalam tubuh digunakan mikroorganisme untuk berkembang biak. Dengan diikatnya Fe, bakteri tidak dapat berkembang biak. Selain itu, tannin mampu mempengaruhi respon inflamasi dengan menghilangkan radikal bebas yang berperan pada proses peradangan.
Flavonoid pada biji alpukat memiliki sifat anti inflamasi yang berasal dari mekanismenya menghambat pelepasan asam arakidonat dan sekresi enzim lisozim dari neutrofil dan sel endotel serta menghambat fase proliferasi dan eksudasi dari proses peradangan. Terhalangnya pelepasan asam arakidonat dari sel inflamasi akan menyebabkan kurangnya substrat arakidonat untuk jalur siklooksigenase dan lipoksigenase, yang nantinya akan menekan jumlah prostaglandin, prostasiklin, endoperoksida, asam hidroksiatosatetraenoic, dan leukotrien di bagian lain. Supresi tersebut kemungkinan besar akan mempengaruhi proses inflamasi serta migrasi leukosit yang akan mempengaruhi penekanan peningkatan jumlah limfosit.
Namun, obat apapun dalam dosis tinggi dapat menimbulkan efek toksik. Pada pemberian bubuk biji alpukat dengan konsentrasi 15%, jumlah limfositnya menurun secara signifikan pada hari ke-1 dan ke-3 namun terjadi peningkatan pada hari ke 7 yang mewakili peradangan kronis. Dari hasil ini, didapatkan bahwa bubuk biji alpukat tidak mengurangi peningkatan jumlah limfosit pada peradangan kronis. Hal ini mungkin disebabkan karena konsentrasi biji alpukat yang terlalu besar sehingga menyebabkan efek toksisitas pada tubuh tikus. Diketahui bahwa tanin dalam jumlah besar dapat menyebabkan iritasi pada jaringan. Selain itu juga dapat menyebabkan defisiensi Fe yang mengakibatkan anemia. Anemia akibat kekurangan zat besi dapat mempengaruhi imunitas tubuh.
Berdasarkan penelitian ini, kami simpulkan bahwa bubuk biji alpukat dapat mempengaruhi jumlah limfosit pada mencit yang diinduksi bakteri E. Coli. Konsentrasi efektif yang dapat menekan peningkatan jumlah limfosit adalah 10%.
Penulis : Abil Kurdi, drg. Sp. Pros
Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat di: DOI : 10.35124/bca.2020.20.S1.2823
Kurdi A, Yani C, Didin EI. The effect of avocado (persea americana mill) seed powder On the lymphocytes amount in escherichia coli induced Mice (sprague dawley). 2020. Biochem. Cell. Arch. Vol. 20, Supplement 1. Pp: 2823-2826.