Penuaan kulit dapat dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah proses yang terjadi dalam tubuh manusia seiring berjalannya waktu. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah hal-hal yang berasal dari lingkungan, seperti paparan sinar matahari, polusi udara, dll. Faktor ekstrinsik tersebut dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit, dan lebih spesifik lagi faktor ekstrinsik paparan sinar matahari dapat menyebabkan terjadinya photoaging.
Pada dasarnya tubuh memiliki mekanisme tersendiri untuk menyaring sinar matahari, yaitu dengan pigmen melanin. Namun paparan sinar matahari yang terus menerus dapat menyebabkan kerusakan pada kulit. Penggunaan hal-hal yang bersifat protektif terhadap sinar matahari (photoprotective) secara konsisten penting dilakukan untuk mencegah terjadinya photoaging, termasuk untuk menghindari bahaya sinar ultraviolet. Fotoproteksi ini sangat penting bagi masyarakat yang sering melakukan aktivitas di luar ruangan, salah satunya adalah mahasiswa. Yang mana seorang mahasiswa dituntut untuk selalu aktif mengikuti berbagai macam kegiatan selain kegiatan perkuliahan di kelas, misalnya mengikuti acara bakti sosial yang menuntut mahasiswa terjun langsung ke lapangan, serta kegiatan lain yang biasanya dilaksanakan dalam konteks pelayanan masyarakat. Oleh karena itu, penggunaan fotoproteksi pada mahasiswa sangat dianjurkan.
Tabir surya merupakan produk perawatan kulit yang menggabungkan beberapa bahan yang dapat melindungi kulit dari sinar UV. Tabir surya efektif sebagai fotoproteksi primer. Untuk mencapai hasil yang maksimal, sebaiknya gunakan tabir surya setiap hari meski dalam cuaca mendung dengan ketebalan 2 mg/cm2 permukaan kulit atau setara dengan satu sendok teh untuk area wajah saja. Kemudian harus diaplikasikan minimal 15 menit sebelum terkena sinar matahari dan diaplikasikan kembali setiap 2 jam saat beraktivitas di luar ruangan. Tabir surya berspektrum luas dengan SPF minimal 30 dianjurkan untuk pemakaian sehari-hari.
Namun pada kenyataannya konsumen sering menggunakan tabir surya dengan cara yang salah. Kesalahan penggunaan tabir surya akan menghasilkan hasil yang tidak maksimal dan tidak sesuai dengan perlindungan yang diharapkan. Pada umumnya kesalahan dalam praktek melakukan sesuatu akan didasarkan pada pengetahuannya. Bagaimanakah pengetahuan dan praktik penggunaan tabir surya oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga? Dan apakah benar terdapat hubungan antara perilaku pengetahuan dan perilaku praktik? Untuk menjawab pertanyaan ini, diperlukan riset yang dirancang khusus untuk mengetahui perilaku penggunaan tabir surya pada mahasiswa FK Unair.
Kami melakukan riset pada mahasiswa FK Unair untuk menilai perilaku pengetahuan dan praktik penggunaan tabir surya. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuisioner ke setiap kelas di FK Unair. Kemudian hasilnya disajikan dengan menggunakan tabel statistik deskriptif berupa tabel distribusi dan dianalisis menggunakan studi statistik korelasi.
Kami melakukan survei terhadap mahasiswa FK Unair angkatan 2016, 2017, dan 2018 yang telah menggunakan tabir surya dan bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani lembar informed consent. Kuesioner bersumber dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang dilakukan oleh Hadi et al., (2016). Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner tersebut telah diseleksi agar sesuai dengan variabel penelitian yang telah ditentukan dan juga telah diuji validitas butir soal menggunakan fungsi Pearson pada software Microsoft Excel versi 15.26. Uji korelasi Spearman telah dilakukan untuk menganalisis korelasi variabel pengetahuan dan variabel praktik menggunakan software IBM SPSS Statistics versi 23 untuk macOS.
Didapatkan total responden sebanyak 159 mahasiswa. Nilai total pengetahuan tentang penggunaan tabir surya dapat diperoleh dengan rentang nilai antara 0-7. Sebanyak 59,12% responden mendapatkan nilai total dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa FK Unair tentang penggunaan tabir surya sudah cukup baik. Namun demikian, ada beberapa aspek yang masih perlu diperbaiki dan disosialisasikan yaitu jumlah tabir surya yang harus digunakan dan korelasi antara SPF dengan efek perlindungan terhadap radiasi UVA.
Nilai total praktik menggunakan tabir surya dapat diperoleh dengan rentang nilai antara 0-6. Sebanyak 64,78% responden mendapatkan nilai total dalam kategori sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa praktik penggunaan tabir surya pada mahasiswa FK Unair sudah cukup baik. Namun ada beberapa perilaku yang masih perlu mendapat perhatian, yaitu penggunaan tabir surya dengan jumlah yang tepat dan penggunaan kembali tabir surya dengan frekuensi yang tepat.
Selain itu, terdapat hubungan dengan jenis searah antara perilaku pengetahuan dan praktik prnggunaan tabir surya pada mahasiswa FK Unair namun dengan tingkat kekuatan hubungan (korelasi) yang rendah. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Turrisi et al., menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara pengetahuan dan praktik penggunaan tabir surya, tetapi tingkat kekuatan hubungan tersebut tidak diketahui. Praktik penggunaan tabir surya dalam kehidupan sehari-hari ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain, antara lain adalah sikap responden terhadap penggunaan tabir surya. Dimana meskipun responden memiliki pengetahuan yang baik, namun bukan merupakan penegasan bahwa responden dapat menerima (setuju atau tidak) dengan informasi yang dimilikinya.
Penulis : dr.Diah Mira Indramaya, Sp.KK(K)
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/15927
(Behavior Of Sunscreen Usage Among Medical Students)