UNAIR NEWS – Sejak pertama kali muncul di Wuhan pada Desember 2020, para ilmuan di berbagai belahan dunia berlomba-lomba mencari formula untuk menciptakan obat dan juga vaksin dari Covid-19. Tak terkecuali Indonesia. Melalui Kementerian Riset dan Teknologi / Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek / BRIN), pemerintah terus berupaya penciptakan peluang-peluang agar pandemi yang melanda dunia itu dapat segera diatasi.
Universitas Airlangga sendiri, sejak virus tersebut muncul di Wuhan, sudah melakukan riset untuk menciptakan formula dari obat maupun vaksin Covid-19. Usaha itu lantas didukung oleh pemerintah dengan diciptakannya formula vaksin dengan nama Vaksin Merah Putih.
Perhatian dan dukungan pemerintah terus diberikan melalui Kemenristek / BRIN. Yang terbaru, pada Jumat (4/12/2020) Menteri memberikan penghargaan prasasti kepada dua lembaga di UNAIR yang berkontribusi aktif dalam melakukan riset terkait Covid-19, yaitu PUI-PT Pusat Riset Rekayasa Molekul Hayati dan Pusat Riset Teknologi Pengembangan Vaksin UNAIR.
Sebelum penandatanganan prasasti, Menteri melakukan diskusi dan dialog dengan tim Vaksin Merah Putih UNAIR. Di antaranya meliputi tim dari Rumah Saki Universitas Airlangga (RSUA), Rumah Sakit Dr Soetomo, dan tim dari PT Biotis Pharmaceutical Indonesia selaku mitra. Pertemuan tersebut berlangsung di Aula Amerta Kantor Manajemen Kampus C UNAIR.
Dibutuhkan Kolaborasi
Dalam kunjungan itu, Menristek / BRIN Bambang Brodjonegoro menekankan bahwa proses pelibatan rumah sakit yang ditempuh UNAIR dalam membentuk tim riset vaksin adalah langkah yang tepat. Sebab, dalam proses uji klinis, selain melibatkan supervisi dari BPOM juga melibatkan tim dari rumah sakit.
Ia menekankan, saat ini tim UNAIR harus memastikan mengubah seed vaksin untuk siap dilakukan uji klinis. Ketika tahap pertama mulai berlangsung, persiapan tahap kedua harus mulai dilakukan. “Persiapan harus dilakukan paralel dengan uji klinis sebelumnya,” ujar Menteri.
Sesuai timeline penelitian, meski masih tahun 2021, tahap uji klinis membutuhkan uji kelayakan di beberapa tempat. Tak hanya di Surabaya, namun dalam skala nasional hingga internasional ke berbagai negara.
“Kadang-kadang kita merasa lancar di laboratorium, tapi masuk tahapan uji klinis kadang-kadang di luar kontrol. Untuk itu penting menggandeng pihak pihak yang akan melanjutkan tahapan selanjutnya,” ujar Bambang.
Dalam kesempatan itu, Bambang juga menekankan bahwa Presiden RI Joko Widodo mengharapkan pogres secepatnya dari Vaksin Merah Putih. Diharapkan, pada triwulan ke empat sudah siap untuk dilakukan vaksinasi sehingga Indonesia bisa stop melakukan impor vaksin.
Berdasarkan progres laporan yang disampaikan oleh Prof. Ni Nyoman Tri Puspaningsih selaku peneliti dari konsorsium pengembangan Vaksin Merah Putih UNAIR, ada dua platform yang sedang dikembangkan tim peneliti UNAIR saat ini. Yaitu viral vector dan peptide. Bambang menegaskan bahwa apapun platform yang sedang dikembangkan UNAIR, pemerintah memberikan dukungan secara penuh. “Kami sangat mendukung tim UNAIR dengan platform apapun yang dianggap terbaik,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor UNAIR Prof Moh Nasih mengatakan bahwa sebagai bagian dari program smart university, UNAIR memiliki berbagai program strategis berkaitan dengan riset. Saat ini UNAIR memiliki badan yang melakukan pengelolaan terhadap riset dengan nama Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inkubasi. Lembaga itulah yang menjadi wadah pengembangan bisnis rintisan di UNAIR.
“Itu adalah bagian kami dalam merespon kebutuhan zaman. Setidaknya bisa mendorong kiprah UNAIR di kancah internasional, dan untuk kemajuan bangsa dan negara,” ucap rektor. (*)
Penulis: Binti Q. Masruroh