Celah bibir dengan atau tanpa celah lelangit adalah kelainan kongenital yang paling sering ditemukan. Angka kejadian kelainan ini di seluruh dunia kira-kira 1:700 kelahiran hidup, dengan berbagai perbedaan kejadian di berbagai tempat tergantung keadaan sosial ekonomi dan pengaruh etnik. Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai angka kejadian celah bibir dan lelangit yang tinggi. Sebuah penelitian di Jawa Barat melaporkan 1596 pasien telah dilakukan operasi koreksi dari tahun 2011-2015. Data Smile Train Indonesia tahun 2018 menunjukkan kurang lebih 8900 bayi baru lahir di Indonesia dengan celah bibir dan lelangit. Hal tersebut menyebabkan banyak operasi koreksi celah bibir dan lelangit dilakukan baik pada kegiatan bakti sosial maupun pada rumah sakit dan sentra pembedahan celah bibir dan lelangit. Hasil operasi yang optimal tanpa komplikasi adalah tentu merupakan hal yang diharapkan, sehingga prosedur perawatan pasca operasi merupakan komponen penting dalam keseluruhan prosedur.
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga menyelenggarakan bakti sosial operasi celah bibir dan lelangit sebagai salah satu kegiatan dalam merealisaasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan membaktikan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan klinis dalam misi kemanusiaan untuk meingkatkan kualitas hidup pasien dengan celah bibir dan Lelangit. Salah satu daerah tempat penyelenggaraan operasi adalah di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat pada bulan September 2018. Keterbatasan pendidikan, keterbatasan ekonomi dan fasilitas menimbulkan tantangan dalam perawatan pasca operasi sehingga dirasa perlu untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dengan memberikan buku saku perawatan luka pasca operasi yang dapat digunakan keluarga pasien untuk melakukan perawatan luka mandiri di rumah.
Dua puluh pasien dilakukan operasi koreksi celah bibir dan lelangit, serta semua keluarga pasien tersebut diberikan buku perawatan pasca operasi dan dilakukan penelitian cross sectional. Data didapatkan dari kuisioner yang diisi oleh 20 responden yaitu keluarga pasien berusia lebih dari 16 tahun, bisa membaca, dan memberikan perawatan luka pasca operasi pada pasien. Responden menjawab 10 pertanyaan tertutup dan satu pertanyaan terbuka. Variabel yang diteliti adalah potensi infeksi luka operasi seperti warna kemerahan pada daerah luka, suhu, carian pada luka, pembengkakan dan bau yang tidak sedaap pada luka, nyeri dan demam.
Semua responden (100%) menggunakan buku panduan perawatan pasca operasi celah bibir dan lelangit tersebut dan menyatakan bahwa bukut tersebut menarik, bahasa yang digunakan mudah dimengerti, tetapi mereka juga mengharapkan buku tersebut diterjemahkan daalam bahasa daerah. Evaluasi infeksi pasca operasi menunjukkan 6 (30%) pasien berpotensi dan 14 (70%) pasien tidak berpotensi infeksi pasca operasi, dan tidak berhubungan perawatan luka berdasarkan panduan buku tersebut (odss artio = 0,76; [0,06-9,51])
Celah bibir dan lelangit merupakan kondisi yang dapat diperbaiki dengan terapi yang tepat dan menghasilkan perbaikan fungi dan kualitas hidup yang dramatis. Perawatan dimulai dari perawatan pra operasi, selama operasi dan pasca operasi. Perawatan pasca operasi memegang peranan penting dalam kebehasilan perawatan. Pada pasien di daerah terpencil, perawatan pasca operasi ke fasilitas kesehatan memerlukan usaha dan biaya yang besar sehingga perlu diberikan panduan untuk melakukan perawtan luka di rumah yang dapat dilakukan oleh keluarga secara mandiri sebelum pelepasan jahitan luka operasi. Delapan puluh persen pasien yang dilakukakan operasi pada kegiatan tersebut berusia kurang dari enam tahun.
Edukasi pasca operasi pada pasien adalah tindakan komunikasi utnuk memberikan informasi yang diperlukan untuk mengerti tentang keadaan mereka, pembedahan, penyembuhan, cara mencegah dan merawat gejala pasca bedah dan mengurangi kemungkinan kembali ke rumah sakit, dan morbiditas. Secara umum edukasi pasca operasi meliputi managemen perngobatan, cara melakukan aktivitas, nutrisi, tanda dan gejala komplikasi, cara perawatan luka insisi, penanggulangan nyeri, dan prosedur kontrol. Semua hal tersebut sudaah termaktub dalam buku saku panduan perawatan pasca operasi kami. Mengontrol faktor faktor pasca operasi dapat menurunkan resiko infeksi luka operasi. Pada penelitian ini didapatkan buku saku efektif digunakan oleh responden, resiko infeksi pasca operasi rendah, dan tidak ada korelasi resiko infeksi dengan penggunaan buku saku.
Kesimpulan penelitian ini buku saku panduan perawatan pasca operasi celah bibir dan lelangit sangat berguna dan efektif sebagai media edukasi dan promosi pada daerah terpencil.
Penulis: Dr. Ni Putu Mira Sumarta, drg., Sp.BM(K)
Informasi detail dari artikel ini dapat diakses pada laman berikut: https://www.jioh.org/text.asp?2020/12/1/80/279211
(Utilization of Cleft Lip and Palate Posoperative Care Guidebook for Caregivers Based on Local Wisdom for Rural Area Communities)