Tekanan darah normal pada orang dewasa sangat bervariasi. Tekanan darah terdiri dari tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Rerata nilai normal tekanan darah pada umumnya berkisar kurang dari seratus dua puluh mmHg untuk tekanan sistolik dan delapan puluh mmHg untuk tekanan diastolik (<120/80 mmHg), Tekanan darah ini dapat meningkat dengan bertambahnya umur. Dikatakan pre hipertensi bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80-89 mmHg, hipertensi (tekanan darah tinggi) grade 1 bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg atau tekanan darah diastolik 90-99 mmHg, dan hipertensi stadium 2, bila tekanan darah sistollik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik >100 mmHg (JNC VII,2007).
Saat ini terdapat kecenderungan pada masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain karena gaya hidup masyarakat kota yang lebih banyak berhubungan dengan faktor risiko hipertensi, seperti stress kejiwaan, kurang aktivitas fisik, merokok, minum alkohol, kurang suka makan sayur-buah, suka makan makanan siap saji (fastfood) yang banyak mengandunglemak, protein, garam tinggi tetapi rendah serat pangan, dan suka makan makanan yang mengandung lemak jenuh yang berakibat obesitas..
Pelajar yang menderita pre hipertensi sistolik sebanyak 40 orang dengan rincian terbanyak (22 orang) berumur 16 tahun, diikuti 12 orang berumur 17 tahun, 5 orang berumur 15 tahun, dan 1 orang berumur 18 tahun. Jumlah penderita hipertensi sistolik grade 1 ada 2 orang, berumur 15 tahun dan 16 tahun. Sedangkan pelajar yang menderita pre hipertensi diastolik ada 38 orang, terbanyak (17 orang) berumur 16 tahun, diikuti 15 orang berumur 17 tahun, 3 orang berumur 15 tahun, dan 3 orang berumur 18 tahun. Jumlah pelajar yang menderita hipertensi diastolik grade 1 ada 10 orang, terdiri dari 5 orang berumur 16 tahun, 4 orang berumur 17 tahun, dan 1 orang berumur 15 tahun. Ada pengaruh umur terhadap tekanan darah diastolik. Semakin tua umur, pembuluh darah semakin kaku, sehingga tahanan perifir meningkat.
Pelajar laki-laki berjumlah 87 orang (58%) dan perempuan 63 orang (42%). Pelajar dengan pre hipertensi sistolik 35 orang laki-laki dan perempuan 5 orang, sedangkan yang menderita hipertensi grade 1 sistolik ada 2 orang dan semuanya laki-laki. Pelajar dengan pre hipertensi diastolik, 26 orang laki-laki dan 12 orang perempuan, sedangkan pelajar dengan hipertensi diastolik grade 1, 9 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Jenis kelamin laki-laki pada penelitian ini terbukti sebagai faktor risiko pre hipertensi hingga hipertensi sistolik grade 1 maupun diastolik. Jenis kelamin laki laki berisiko terkena pre hipertensi hingga hipertensi sistolik grade 1 sebesar 5,36 kali dibanding perempuan, dan berisiko terkena pre hipertensi hingga hipertensi diastolik grade 1 sebesar 1,95 kali dibanding perempuan. Faktor yang berperan pada laki-laki kemungkinan adalah stres kejiwaan, kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, kesukaan makan Fastfood, ada riwayat hipertensi dalam keluarga, kelebihan berat badan, dan lain–lain.
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan hipertensi dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke arah yang lebih sehat. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan dasar perlu melakukan pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi, melalui promosi kesehatan seperti diet yang sehat dengan cara makan cukup sayur-buah, rendah garam dan lemak, rajin melakukan aktivitas fisik, pandai mengelola stres, tidak merokok dan tidak minum alkohol.
Puskesmas juga perlu melakukan pencegahan sekunder yang lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit. Jika ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan secara dini. Sementara pencegahan tersier difokuskan pada upaya mempertahankan kualitas hidup penderita. Pencegahan tersier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat serta minum obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik, stroke dan jantung. Penanganan respon cepat juga menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat terkendali dengan baik. Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup.
Penulis: Susilowati Andajani
Informasi detail dari artikel ini dapat diakses pada laman berikut: http://dx.doi.org/10.20473/fmi.v56i1.18454
(Role of Age, Sex, And Body Mass Index on Blood Pressure Among Students of St. Hendrikus High School, Surabaya, Indonesia)