Hepatitis B merupakan salah satu masalah penting kesehatan masyarakat, khususnya di kawasan asia pasifik. Indonesia termasuk negara dengan endemik Hepatitis B dengan angka kematian 1,4 juta pertahunyang diakibatkan Hepatitis B kronik atau kanker hati. Virus hepatitis B dapat ditemukan pada organ lain selain hati seperti pada ginjal, kelenjar parotis, ovarium dan testis. Virus hepatitis B dapat ditemukan pada cairan tubuh penderita seperti pada darah, air liur, cairan vagina dan cairan sperma. Penularan Hepatitis B melalui hubungan seksual, tranfusi darah, jarum suntik yang dipakai secara bergantian atau kegiatan lain yang bisa berakibat masuknya cairan tubuh penderita.
Apakah virus hepatitis B bisa mengganggu kesuburan pada laki-laki? Beberapa studi menunjukkan virus hepatitis B dapat ditemukan baik pada sperma maupun sel telur. Keberadaan virus ini pada sperma akan mengakibatkan gangguan pada fungsi sperma yang selanjutnya dapat mengganggu kesuburan. Dewasa ini terjadi peningkatan jumlah penderita hepatitis B yang melakukan proses bayi tabung untuk mendapatkan keturunan.
Bayi tabung adalah sebuah proses untuk membantu pasangan yang tidak subur untuk mendapatkan keturunan. Proses ini dimulai dengan menyuntikkan obat untuk menstimulasi ovarium istri agar dapat menghasilkan sel telur lebih dari satu. Setelah dilakukan stimulasi selama beberapa hari dan sel telur sudah mencapai ukuran yang cukup besar maka dapat dilakukan pengambilan sel telur. Pada saat yang sama suami diminta untuk mengeluarkan sperma. Sel telur yang didapatkan akan dibuahi oleh sperma suami. Proses ini dilakukan di laboratorium. Embrio yang didapat akan dibiakkan di laboratorium sampai siap ditransferkan kembali. Proses transfer biasanya dilakukan pada hari ke tiga atau hari ke lima tergantung pada jumlah embrio yang ada. Keberhasilan program ini dilakukan denga melakukan pengecekan kadar hormon progesteron dan beta HcG pada hari ke 14 setelah pengambilan sel telur.
Ada beberpa persoalan yang akan dihadapai ketika laki-laki penderita hepatitis B mengikuti program bayi tabung. Pertama masalah yang akan dihadapi tenaga medis, resiko penularan pada tenaga medis cukup besar karena virus ini ditularkan melalui cairan tubuh termasuk cairan sperma. Diperlukan penggunaan alat pelindung diri yang cukup serta desinfeksi peralatan yang digunakan. Pencucian sperma dengan cara tertentu diharapkan dapat menurunkan kandungan virus pada cairan sperma. Kedua masalah berkenaan dengan kualitas sperma yang dihasilkan. Virus hepatitis B dapat menyebabkan perubahan pada kualitas dan kuantitas sperma. Virus ini juga dapat menyebabkan kerusakan pada kromosom yang selanjutnya akan mempengaruhi keberhasilan proses bayi tabung. Ketiga masalah terjadinya penularan pada embrio yang dihasilkan. Virus yang ada pada sperma bisa menular pada embrio yang dihasilkan. Perempuan yang menderita hepatitis B juga mempunyai kemungkinan akan berdampak pada kesuburannya.
Infertilitas (ketidakmampuan memiliki keturunan) adalah masalah yang menjadi hal cukup mendasar pada kehidupan rumah tangga. Infertilitas ini tidak hanya menjadi masalah individu pasangan suami istri, tetapi memiliki dampak sosial yang cukup besar. Tuntutan keluarga besar dan pandangan masyarakat terhadap pasangan yang belum mempunyai keturunan merupakan sumber stress yang cukup besar bagi pasangan yang infertil. Berbagai upaya akan dilakukan untuk bisa memiliki keturunan termasuk dengan mengikuti program bayi tabung. Semua pasangan berhak untuk mendapatkan keturunan, termasuk mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti program bayi tabung, pun pasangan infertil yang menderita Hepatitis B. Penderita hepatitis B yang ingin mengikuti program bayi tabung harus melalui beberapa tahapan, agar mendapatkan hasil yang optimal. Pertama penderita harus mendapat pengobatan terhadap penyakit hepatitisnya, pengobatan ini bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan terjadi penularan, baik kepada pasangan, tenaga medis maupun embrio yang dihasilkan. Kerjasama dengan dokter penyakit dalam menjadi sebuah keharusan untuk memastikan keadaan penderita cukup aman. Kedua pengobatan pada pria penderita hepatitis B yang mengalami kelainan pada parameter pemeriksaan sperma. Pengobatan ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas sperma agar dapat meningkatkan keberhasilan program bayi tabung. Ketiga perlu adanya pencucian sperma dengan metode tertentu yang dapat menurunkan kemungkinan penularan virus hepatitis melalui cairan sperma penderita.
Case report ini ditulis untuk memberikan gambaran bagaimana penderita hepatitis B ketika mengikuti program bayi tabung dan kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi.
Penulis: Zakiyatul Faizah, dr., M.Kes.
Informasi detail dari artikel ini dapat diakses pada laman berikut: https://ijbs-udayana.org/index.php/ijbs/issue/view/29
I Gusti Ngurah Pramesemara, Zakiyatul Faizah, Ninik Darsini. 2020. The Intracytoplasmic Sperm
Injection (ICSI) technique in an infertile man with Hepatitis-B Virus (HBV) infection: a case report. Indonesia Journal of Biomedical Science, Volume 14, Number 2: 82-85. DOI: 10.15562/ijbs.v14i2.231