Usia 6-23 bulan adalah adalah periode emas pada 1000 hari pertama kehidupan anak yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan. Guna menyambut dan mengoptimalkan masa ini, gizi anak harus terpenuhi secara seimbang. Data dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa pada tahun 2018, terdapat setidaknya 150 Juta anak Indonesia mengalami stunting akibat kurang tercukupinya kebutuhan nutrisi harian. Padahal, kemenkes telah gencar melakukan promosi Kesehatan, khususnya terkait pemenuhan gizi pada anak.
Fenomena banyaknya angka kekurangan gizi pada anak Indonesia, bahkan setelah dilakukan promosi dan edukasi kesehatan yang gencar menunjukkan bahwa pendekatan yang dilakukan masih belum menyentuh seluruh elemen masyarakat Indonesia yang notabenenya kita ketahui akan heterogenitas di dalamnya. Adanya isu penting seperti ini membuat salah satu peneliti dari Universitas Airlangga yang berkecimpung dalam keperawatan Kesehatan komunitas mencoba mencari strategi pendekatan baru yang lebih komprehensif untuk menyikapi hal tersebut.
Tim peneliti mengolah data sekunder dari Indonesian Demographic Health Survey (IDHS) 2017 untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang terkait dengan keragaman makanan pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia. Tim peneliti menemukan bahwa keragaman pemberian makan pada anak usia 6-23 bulan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu, akses pada media massa seperti koran maupun majalah dan televisi serta faktor sosial-ekonomi.
Pada temuan yang didapatkan melalui penelitian ini, target yang harus disasar adalah ibu, khususnya yang memiliki anak usia 6-23 bulan dan berpendidikan serta berpenghasilan keluarga yang rendah. Rekomendasi ini diharapkan sejalan dengan program strategis nasional yang memang fokus ke kelompok rentan.
Rekomendasi yang dapat dilakukan seperti penyelenggaraan pendidikan kesehatan formal, advokasi tenaga kesehatan, serta kampanye peningkatan kesadaran ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak guna mendukung tumbuh kembangnya. Tidak luput pula, Kerjasama lintas sektor harus digencarkan seperti keterlibatan pemerintah dan tenaga professional perawat anak harus ikut serta berkomitmen dalam meningkatkan program promosi keberagaman asupan makanan pada anak. Optimalisasi media massa dapat diberdayakan dalam peyebarluasan promosi kesehatan. Selain itu, jangkauan informasi yang diberikan harus menyasar seluruh lapisan masyarakat di seluruh daerah.
Penulis: Ferry Efendi
Informasil detail tentang riset yang dilakukan pada artikel ini, dapat dilihat pada:
https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0882-5963(20)30617-5
Sekartaji, R., Suza, D. E., Fauziningtyas, R., Almutairi, W. M., Susanti, I. A., Astutik, E., & Efendi, F. (2020). Dietary diversity and associated factors among children aged 6–23 months in Indonesia. Journal of Pediatric Nursing, 56, 30-34.