Stunting akhirnya menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena dampak langsung dan juga dampak jangka panjang terhadap perkembangan sumber daya manusia. Pencegahan dan penanggulangan dampak masalah stunting merupakan hal yang penting dan mendesak dilakukan mengingat luas dan besarnya masalah yang selalu meningkat setiap tahunnya. Pendekatan yang didasarkan pada kerangka konsep perbaikian gizi di Indonesia adalah pendekatan perbaikan akses asupan pangan dan pendekatan perbaikan akses terhadap penurunan peluang penyakit infeksi. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa anak yang stunting dapat diintervensi dengan pendekatan psikososial dan pemberian makan anak serta perawatan kesehatan anak untuk memaksimalkan kompetensi kognitifnya pada periode kehidupan selanjutnya.
Sebuah pendampingan stimulasi psikososial, pemberian makan anak dan perawatan kesehatan anak, berpengaruh terhadap pertambahan tinggi badan, pertambahan berat badan, lingkar kepala, motorik kasar, motorik halus dan penurunan penyakit infeksi saluran pernafasan bagian atas. Bantuan stimulasi psikososial memberikan respon yang positif yaitu meningkatkan aktivitas gerak motorik anak. Aktivitas fisik anak mampu meningkatkan massa tulang untuk merangsang pertumbuhan tulang panjang. Respon tekanan terhadap tulang yang lebih aktif secara ilmiah telah terbukti bahwa regenerasi tulang dirangsang oleh tekanan beban saat bermain, yang merangsang pertumbuhan epifisis tulang panjang, yang selanjutnya meningkatkan tinggi badan anak. Dengan bermain, anak akan senang sehingga nafsu makan anak meningkat, selanjutnya akan menambah asupan makanan yang dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala. Meningkatnya asupan makanan tersebut dapat menyebabkan daya tahan tubuh anak meningkat sehingga mampu menurunkan frekuensi penyakit infeksi saluran pernafasan bagian atas.
Stimulasi psikososial dapat menyebabkan bertambahnya lingkar kepala. Stimulasi diterima dan dikirim melalui saraf ke otak dan sumsum tulang belakang, di mana pesan-pesan itu dianalisis, digabungkan, dibandingkan, dan dikoordinasikan oleh proses yang disebut integrasi. Setelah dipilih, pesan diteruskan oleh saraf ke otot dan kelenjar tubuh, menyebabkan otot berkontraksi atau relaksasi. Proses ini merangsang pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Stimulasi psikososial juga berpengaruh terhadap perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Stimulasi psikososial memberikan respon positif terhadap gerakan motorik anak. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa jika lingkar kepala bertambah maka gerak motorik meningkat. Jika lingkar kepala mengalami peningkatan maka secara langsung akan meningkatkan pula skor gerak motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan fisik sangat erat kaitannya dengan perkembangan motorik anak. Dengan demikian dapat disimpulkan perlakuan stimulasi psikososial, pemberian makan anak dan perawatan kesehatan anak berpengaruh terhadap peningkatan tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, motorik kasar, motorik halus dan frekuensi rendah penyakit ISPA.
Penulis: Prof. Bambang Wirjatmadi
Informasi detail dari artikel ini dapat diakses pada laman berikut: http://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:ijphrd&volume=10&issue=10&article=214
(The effect of psycososial stimulation assistance, child feeding and children health care to growth, motor development and the decrease frequency of upper respiratory tract infections for stunting children 2-3 years of age)