Bayi prematur atau bayi kurang bulan sebagian besar akan mengalami masalah pertumbuhan saat usia postmestrual 36 minggu. Usia postmentrual ini adalah usia kehamilan ditambah dengan usia saat ini (usia kronologis). Gangguan pertumbuhan pada bayi prematur akan menyebabkan gangguan perkembangan saraf, fungsi kognitif, dan kualitas hidup. Imunoglobulin A (IgA) merupakan sistem imun utama saluran pencernaan yang penting untuk bayi prematur. Sumber utama IgA berasal dari ASI yang kandungannya akan menurun sesuai dengan usia prematuritas. Dukungan nutrisi pada bayi prematur sangat penting untuk mengoptimalkan kecepatan pertumbuhan intrauterin.
Teknik pemberian fortifikasi yang sesuai untuk ASI masih terus dikembangkan. Fortifikasi ASI merupakan upaya penambahan unsur mikronutrien pada ASI. Fortifikasi ASI dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu fortifikasi standar atau individual. Fortifikasi standar adalah penambahan fortifier pada konsentrasi yang sudah ditetapkan. Konsentasi tetap fortifier ditambahkan tanpa menyesuaikan kebutuhan nutrisi per individu. Meskipun teknik fortifikasi standar ini mudah dilakukan, namun hasil kecepatan pertumbuhan yang diharapkan tidak selalu memuaskan. Pada konsep terbaru, fortifikasi individual lebih direkomendasikan. Terdapat dua metode dalam pelaksanaan fortifikasi individual yaitu, tailored/targeted fortification dan adjustable fortification. Metode tailored fortification adalah metode pemberian fortifikasi berdasarkan analisa dari ASI ibunya. Sedangkan adjustable fortification adalah metode pemberian fortifier berdasarkan respon metabolik tiap bayi. Metode tailored fortification diyakini merupakan metode yang sesuai namun mahal dan prosedur pelaksanaa yang tidak mudah.
Sebuah studi menunjukkan fortifikasi yang diberikan kurang dari fortifikasi standar 24 kkal/ons, tidak akan mampu mencapai kecepatan pertumbuhan yang optimal (Gross, 1987). Sedangkan penelitian lain, merekomendasikan pemberian fortifikasi sebanyak 22 kkal/ons pada bayi prematur dengan berat lahir 1000-2000 gram (Schutzman, 2012). Di RSUD Dr. Soetomo sendiri, terdapat dua kasus bayi prematur dengan berat lahir rendah (1400-1500 gram) diberikan fortifikasi sebanyak 22kkal/ons dan hasilnya terdapat keceptatan pertumbuhan jangka pendek. Sedangkan empat bayi BBLR yang diberikan fortifikasi sebanyak 24 kkal/ons didapatkan kejadian sepsis dengan intoleransi makanan.
Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah sangat memperhatikan mengenai permasalah ASI eksklusif dan penggunaan formula untuk bayi. Hal ini ditunjukkan dengan dikeluarkannya UU. No. 33 tahun 2012 mengenai ASI eksklusif dan Permenkes No. 39 tahun 2013 mengenai produk formula bayi, evaluasi ketat, dan monitoring penggunaannya. Penelitian ini ingin membandingkan kecepatan pertumbuhan jangka pendek serta sistem imun pada bayi BBLR yang mendapatkan ASI saja dan bayi yang mendapat ASI terfortikasi (HMF). Paramater kecepatan pertumbuhan dengan menggunakan metode antopometri dan sistem imun dengan memeriksa tingkat IgA sekretori serta IgE. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan teknik fortifikasi ASI yang sesuai dan aman untuk mengatasi hambatan pertumbuhan ekstrauterin dan mengurangi kejadian infeksi pada bayi kurang bulan. Oleh karena itu, peneliti memilih bayi prematur sebagai subjek peneltiian karena merupakan indikasi pemberian ASI terfortifikasi.
Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada bulan Desember 2015-Juli 2016. Populasi penelitian yaitu bayi yang mendapat ASI saja dan bayi dengan ASI terfortifikasi (ASI + HMF). Kriteria inklusi yaitu usia gestasi ≤ 34 minggu, berat lahir 1000-2000 gram, dan orang tua telah menanda tangani lembar informed consent. Teknik fortifikasi yang digunakan yaitu ASK 22 kkal/ons dalam dua bungkus HMF ditambah 100 CC ASI. Produk HMF ini mengandung 0,6g/100 ml susu; lemak 0,18 g/100 ml susu; dan karbohidrat 0,9/100 ml susu.
Hasil penelitian yaitu sebanyak 17 bayi mendapat ASI saja dan 17 bayi ASI terfortiktifikasi HMF selama 14 hari. Kemudian dilakukan evaluasi antopometri dan parameter IgA sebelum dan sesudah penelitian. Kejadian efek samping seperti intolerasi dan NEC dimonitoring ketat. Tidak terdapat perbedaan sifgnifikan karakteristik bayi sebelum diberikan susu terfortifikasi pada kedua kelompok. Pada kelompok bayi yang mendapat ASI terfortifikasi HMF, terdapat perbedaan signifikan kecepatan penambahan berat badan jika dibandingkan dengan kelompok yang ASI saja. Sedangkan kecepatan penambahan panjang badan dan lingkar kepala tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Kejadian NEC maupun intolernasi makanan tidak ditemukan. Pemantauan dalam jangka waktu yang lebih lama untuk mengevaluasi parameter antopometri
Oleh : Risa Etika, Kartika DH, Melinda M
Informasi detail dari artikel ini dapat diakses pada laman berikut: https://www.researchgate.net/publication/341946212_CARPATHIAN_JOURNAL_OF_FOOD_SCIENCE_AND_TECHNOLOGY_GAIN_VELOCITY_AND_IGA_SECRETORY_FECAL_BETWEEN_PRETERM_BABY_RECEIVED_HUMAN_MILK_AND_HUMAN_MILK_FORTIFIED