Refluks laringofaring atau laryngopharyngeal reflux adalah kumpulan gejala akibat adanya aliran balik isi lambung yang mengandung asam, pepsin, enzim pencernaan lainnya ke area esofagus, laring dan hipofaring, sehingga menimbulkan iritasi dan peradangan jaringan pada saluran aerodigestif bagian atas.
Gejala refluks laringofaring antara lain suara parau, sering mendehem, batuk lama, sensasi ada mengganjal di tenggorokan, terasa banyak lendir di tenggorokan, dan gangguan menelan. Refluks laringofaring dapat merupakan gejala lanjutan dari refluks gastroesophageal. Gejala klinis dari refluks gastroesofagus yang paling menonjol berupa heart burn.
Angka kejadian refluks laringofaring belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan 20-30% penderita dengan keluhan laring merupakan penderita refluks laringofaring. Diagnosis refluks laringofaring didasarkan pada anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan endoskopi.
Penelitian dilakukan di Unit Rawat Jalan THT-KL RS Dr. Soetomo dengan metode penelitian retrospektif penderita refluks laringofaring yang diperiksa di Unit Rawat Jalan THT-KL RSUD Dr. Soetomo periode Januari 2017–Desember 2018. Terdapat 42 penderita menderita refluks laringofaring pada periode Januari 2017 sampai Desember 2018.
Jumlah penderita refluks laringofaring didominasi perempuan n= 27 (64,29%) dibandingkan laki-laki n=15 (35,71%). Jumlah penderita refluks laringofaring tertinggi pada kelompok usia 41 hingga 50 tahun n=11 (26,19%), kemudian diikuti usia 20-30 tahun n=9 (21,43%). Jumlah penderita refluks laringofaring menurun pada usia ≥ 71 tahun n=3 (7,14%). Refluks gastroesofagus merupakan penyakit penyerta penderita refluks laringofaring. Keluhan yang paling menonjol dirasakan penderita refluks laringofaring berupa tenggorok terasa mengganjal n=15 (35,71%), kemudian suara parau n=12 (28,58%), dan disusul nyeri menelan n= 6 (14,29%). Jumlah keluhan berdasarkan tabel didominasi sering mengeluarkan lendir atau mendehem n=38 (90,48%), kemudian lendir berlebihan atau post nasal drip n= 35 (83.34%), dan rasa mengganjal di tenggorok n=37 (88,09%). Temuan berdasarkan endoskopi di dominasi eritema atau hiperemi laring n=34 (81,00%), kemudian udim pita suara n=36 (85,71%), dan udim laring menyeluruh n=34 (81,00%).
Kesimpulan, penderita refluks laringofaring terbanyak berjenis kelamin perempuan disebabkan karena faktor hormonal, sedangkan usia tersering antara 41-50 karena terjadi perubahan mukosa laring terutama wanita setelah menopause. Aliran balik menyebabkan pelindung mukosa rusak sehingga menimbulkan trauma, radang serta tidak berfungsinya silia saluran pernafasan yang menimbulkan gejala klinis tenggorok terasa mengganjal, sensasi mengganjal di tenggorok, dan menimbulkan berdehem.
Penulis: Ami Pratami Munifah
Informasi detail dari artikel ini dapat diakses pada laman berikut: http://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/12293
(The Profile of Laryngopharyngeal Reflux Patients at Dr. Soetomo Teaching Hospital, Surabaya Indonesia)