Kegemparan virus Corona muncul di awal tahun 2020 dengan melanda lebih dari 130 negara. Status pandemi global muncul hanya berselang 2 bulan sejak kasus COVID19 pertama kali dilaporkan kemunculan nya di Wuhan-China. Ini menandakan dunia harus bersiap menghadapi musuh kasat mata yang menyebabkan kesakitan dan kematian. Indonesia pun tak dapat lari dari gempuran COVID19. Kemunculan nya pertama kali di Jakarta tidak direspon dengan sigap dan taktis oleh pemerintah pusat menyebabkan sampai dengan saat ini COVID19 belum dapat dikendalikan.
Sejak kemunculan COVID19, beredar berbagai macam infodemi di kalangan masyarakat. Infodemi ini merupakan berita yang terlalu bombastis, dibesar-besarkan, tidak realistis serta banyak mengandung unsur hoax didalamnya. BOM HOAX semakin merajalela. Perang wacanana dan argumentasi di berbagai media sosial baik WhatsApp, Twitter, Facebook maupun YouTube semakin tak terbendung. Banyak orang pintar muncul dengan argument keilmuan masing-masing.
Ada yang menyatakan bahwa COVID19 hanya FLU BIASA yang nanti akan hilang sendiri. Ada yang bersikukuh bahwa COVID19 tidak segampang FLU BIASA. Semua yang mengemukakan mempunyai gelar akademis yang mentereng. Tak ayal kondisi ini meresahkan masyarakat. Mereka harus mengikuti “mazhab” yang mana. Masyarakat bawah menjadi korban perang pengetahuan. Tak heran beberapa menyatakan tidak percaya lagi dengan kemampuan ilmu pengetahuan.
Semakin lama pandemi ini, semakin bosan masyarakat membicarakan COVID19. Antara percaya dan tidak percaya, mereka lebih memilih biar takdir yang menentukan nasib hidupnya. Andai kata harus mati karena COVID maka itu memang takdir Yang Maha Kuasa. Seandainya mereka aman-aman saja selama berkehidupan sosial maka mereka semakin percaya bahwa COVID19 tidak seseram yang diberitakan. Tentu hal ini bertolak belakang dengan pemikiran rasional ilmiah. Dari berbagai riset ilmuwan luar negeri maupun dalam negeri seluruhnya sepakat bahwa COVID19 ada dan membahayakan. Akan tetapi seperti buih dilautan, semakin lama semakin hilang. Maka begitulah sikap dan pandangan masyarakat terhadap COVID19.
Sebagai bentuk tanggung jawab sosial kemasyarakat maka dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga berinisiatif untuk memberikan kelas online yang bertujuan memberikan pemahaman COVID19 dari perspektif Kesehatan Masyarakat. Kegiatan ini dimotori oleh dosen dari departemen Kesehatan lingkungan yakni Aditya Sukma Pawitra, S.KM., M.KL.
“Kami menyebarkan informasi melalui google form. Siapapun dapat bergabung dalam kelas online yang kami bina. Tentu dengan syarat harus komitmen mengikuti seluruh diskusi yang ada. Pada awal penyebaran pendaftaran, lebih dari 250 orang mendaftar. Kemudian kami menjelaskan tata tertib dalam mengikuti kelas ini. Alhamdulillah masih lebih dari 100 orang yang bertahan,” tutur Aditya.
Pelaksanaan kelas online ini lebih dari 3 bulan. Peserta dibuatkan grup Whatsapp sehingga bebas berdiskusi selama 1×24 jam. Semuanya gratis dan bahkan peserta yang aktif akan mendapatkan beberapa reward.
“Alhamdulillah seluruh peserta aktif dan kita pun juga banyak mendapat informasi dari mereka. Selama 3 bulan ini, kami memberikan materi seluruh yang berkaitan dengan COVID19. Mulai dari asal muasal virus tersebut, bagaimana cara menyebarnya, bagaimana cara mencegahnya sampai dengan kesiapan ketangguhan keluarga dalam menghadapi COVID19. Total ada 8 materi pokok yang kami buatkan flyer kemudian didiskusikan,” ujar dosen Departemen Kesehatan lingkungan ini.
Lebih lanjut lagi, Aditya menyampaikan bahwa selama 3 bulan berinteraksi ini terdapat korelasi yang positif dari peningkatan pemahaman para peserta kelas online. Yang apabila diuji secara statistik, terjadi perubahan yang sangat signifikan antara sebelum berinteraksi melalui kelas online dan sesudahnya.
“Tahun depan kami akan mencoba mengembangkan kelas online ini lebih awal. Karena beberapa hal, tahun 2020 ini memang kami sedikit terlambat pelaksanaannya. Semoga tahun depan diberikan kelancaran dan mendapatkan support kembali dari universitas,” terang Aditya.
Pandemi ini masih lama. Entah kapan akan berakhir. Semakin masyarakat abai terhadap penerapan protokol Kesehatan, maka dipastikan semakin lama pula berakhirnya. Pemerintah tidak dapat mengatasi COVID19 ini sendirian. Dukungan masyarakat sangat mereka butuhkan. Apalah arti peraturan protocol Kesehatan apabila masyarakatnya abai.
Penulis : Aditya Sukma Pawitra
Editor: Binti Q. Masruroh
Link Artikel : https://e-journal.unair.ac.id/jlm/article/view/27360
Publish : Vol 5 No 1 Tahun 2021
JURNAL LAYANAN MASYARAKAT (JURNAL NASIONAL BER-ISSN)