Efusi pleura maligna merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kanker stadium lanjut. Kasus efusi pleura maligna diperkirakan terjadi pada lebih dari 150.000 orang setiap tahunnya di Amerika Serikat, dan diperkirakan lebih dari separuh pasien metastasis kanker dapat berkembang menjadi efusi pleura maligna.Penegakan diagnosis efusi pleura maligna sering menjadi permasalahan tersendiri. Saat ini metode definitive untuk diagnosis efusi pleura maligna adalah pemeriksaan sitologi cairan pleura. Pada umumnya spesifitas pemeriksaan sitologi cairan pleura adalah tinggi, namun sensitivitasnya dilaporkan bervariasi dari 30% sampai dengan 90%, sehingga pada saat tertentu kurang praktis secara klinis.
Patofisiologi terbentuknya efusi pleura maligna meliputi mekanisme hambatan drainase cairan pleura terkait obstruksi pembuluh darah dan sistem limfatik paru dan pleura. Telah diamati pada beberapa tumor yang mengakibatkan obstruksi limfatik, tidak semuanya terjadi efusi pleura maligna.Sel tumor mensekresikan beberapa mediator vasoaktif yang berkontribusi terhadap terbentuknya efusi pleura maligna dengan meningkatkan tingkat kebocoran pembuluh darah. Peningkatan permeabilitas vaskuler mengakibatkan plasma leakage yang berlebihan. Mediator utama yang berperan pada kebocoran pembuluh darah adalah vascular endothelial growth factor (VEGF) dan angiopoietin.
Penelitian stimulasi netrofi lin vitro yang dilakukan oleh Van Der Flier dkk., menunjukkan bahwa infeksi bakteri juga menginduksi sekresi VEGF-A.Selain pada infeksi bakteri akut, peningkatan VEGF juga terdeteksi pada penyakit granulomatosa seperti Tuberkulosis. Stimulasi makrofag alveolar pada proses infeksi Tuberkulosis mensekresikan berbagai sitokin termasuk VEGF. Penelitian yang dilakukan Matsuyama dkk mendapatkan data bahwa pada tuberculosis aktif didapatkan peningkatan kadar serum VEGF dibanding kantuberkulosis inaktif.
Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancang bangun cross-sectional. Subyek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok efusi pleura nonmaligna dan kelompok efusi pleura maligna. Pemeriksaan kadar VEGF-A cairan pleura dilakukan paralel dengan pemeriksaan lain yang mendukung penegakan diagnois.. Analisa statistik yang digunakan adalah uji T2 sampel bebas dan uji Mann Whitney. Kurva ROC digunakan untuk menentukan nilai cut off VEGF-A pada efusi pleura maligna.
Hasil penelitian ini melibatkan 53 subjek penelitian, dibagi menjadi kelompok efusi pleura maligna sebanyak 34 orang (64,15 %) dan efusi pleura nonmaligna sebanyak 19 orang (35,85%). Kelompok efusi pleura maligna terdiri dari adenokarsinoma sebanyak 29 orang (85%), adenoskuamosa satu orang (3%), karsinoma sel skuamosa tiga orang (9%), dan karsinoma sel kecil sebanyak 1orang (3%). Kadar VEGF-A cairan pleura kelompok efusi pleura maligna dengan rerata 1940,77 + 1016,54 pg/mL, sedangkan kadar VEGF-A cairan pleura efusi pleura nonmaligna dengan rerata 178,16pg/mL +192,01pg/mL. Kadar VEGF-A cairan pleura pada subjek efusi pleura maligna lebih tinggi dibandingkan subjek efusi pleura nonmaligna dengan nilai p=0,000. Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kadar VEGF-A cairan pleura efusi pleura maligna dengan hasil PA cairan pleura positif dan negatif. Cut off VEGF-A cairan pleura untuk diagnosis efusi pleura maligna adalah 416,60pg/mL, dengan sensitivitas 85,29% dan spesitivitas 84,22%. Pemeriksaan VEGF-A cairan pleura dapat dipertimbangkan sebagai sarana penunjang penegakan diagnosis efusi pleura maligna.
Penulis: Dr. Laksmi Wulandari, dr., Sp.P(K), FCCP
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://link.springer.com/article/10.1007/s12262-020-02204-z
Hariyanto W, Wulandari L, Pradjoko I, Soegiarto G. Comparison of Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF-A) Level in Pleural Fluid of Patients with Malignant and Nonmalignant Pleural Effusion. Indian Journal of Surgery 2020;1-9. https://doi.org/10.1007/s12262-020-02204-z.