Babi memiliki potensi untuk menularkan penyakit parasit gastrointestinal zoonotik yang disebabkan oleh protozoa dan cacing. Tujuan dari survei ini adalah untuk mengidentifikasi parasit gastrointestinal yang menginfeksi dan berpotensi zoonosis pada babi di provinsi Bali. Sebanyak 100 sampel feses segar dikumpulkan dari beberapa peternakan babi di Bali, dari kabupaten Badung dan Tabanan masing-masing terdiri dari 50 sampel. Sampel feses babi diperiksa terhadap keberadaan telur cacing, kista dan ookista protozoa berdasarkan morfologi dan ukuran. Identifikasi protozoa dan cacing menggunakan metode natif, sedimentasi dan flotasi sukrosa. Parameter yang diukur adalah jenis kelamin, pakan dan manajemen kandang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik parameter pada babi di kedua kabupaten umumnya betina. Manajemen kandang untuk beternak babi kebanyakan menggunakan kandang kelompok. Pakan yang disediakan di kedua kabupaten sebagian besar menggunakan dedak dan konsentrat. Dari total 100 sampel feses babi yang diperiksa positif terhadap parasit. Terdapat 8 jenis parasit gastrointestinal yang telah diidentifikasi. Empat jenis protozoa yang ditemukan adalah Entamoeba sp. (99%), Balantidium sp. (79%), Eimeria sp. (78%), Blastocystis sp. (69%) dan empat genus cacing yaitu: Ascaris sp. (20%), Trichuris sp. (20%), Strongyloides sp. (19%), and Oesophagostomum sp. (8%). Dari delapan jenis parasit lima merupakan parasit yang bersifat zoonotik, dapat menular ke orang, yaitu Balantidium sp., Blastocystis sp., Ascaris sp., Trichuris sp. dan Strongyloides sp.
Setiap babi terinfeksi oleh dua atau lebih parasit. Prevalensi infeksi parasit gastrointestinal berbeda untuk tiap kabupaten, enam genus (Entamoeba sp., Balantidium sp., Blastocystis sp., Eimeria sp., Oesophagostomum sp. dan Trichuris sp.) lebih tinggi ditemukan di Kabupaten Tabanan dan dua genus (Ascaris sp. dan Strongyloides sp.) lebih tinggi di Kabupaten Badung. Oesophagostomum sp. hanya ditemukan menginfeksi babi di Kabupaten Tabanan. Morfologi Blastocystis sp. bervariasi yaitu vakuolar, granular, amoeboid dan kista. Selain bentuk, ukuran Blastocystis sp juga bervariasi, sehingga apabila hanya dengan diagnosis mikroskopis sangat sulit. Metode molekuler dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah metode yang paling sensitif dengan spesifisitas tinggi untuk mendiagnosisnya (Badparva et al., 2015). Dan pada hasil penelitian ini dibuktikan Blastocystis sp pada babi dari bali ini secara molekuler dengan PCR adalah terbukti yang ditunjukan dengan adanya pita dengan berat molekul 310 Bp pada hasil PCR. Kesimpulannya adalah parasit gastrointestinal yang ditemukan pada babi di Kabupaten Badung dan Tabanan Provinsi Bali sebagian besar memiliki potensi zoonosis.
Penulis: Lucia Tri Suwanti dkk
Berikut link jurnal terkait tulisan di atas: https://ejournal.unair.ac.id/IJTID/article/view/10393 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet