Teknisi pesawat terbang memiliki peran penting dalam industri perbaikan dan pemeliharaan pesawat. Karena itu, kesehatan para insinyur pesawat sangat penting. Salah satu masalah kesehatan yang dialami oleh insinyur pesawat adalah stres kerja, ini karena teknisi pesawat memiliki tuntutan pekerjaan yang tinggi dalam hal kecepatan dan akurasi dalam menyelesaikan tugas, diikuti dengan tugas waktu penyelesaian yang singkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stres meliputi (a) ruang kerja, seperti lingkungan dengan karakteristik ekstrim, pencahayaan kurang, berisik; (B) konten pekerjaan, seperti batas waktu, beban kerja, kompleksitas pekerjaan; (c) persyaratan untuk pekerjaan sebagai karier dan status pekerjaan tidak jelas, (d) hubungan interpersonal dalam pekerjaan tidak sesuai dengan rekan kerja, sikap kurang terbuka, dan bos terlalu banyak menuntut.
Pada dasarnya, perusahaan tidak hanya mengharapkan karyawan yang kompeten, cakap, dan terampil, tetapi yang paling sulit, mereka bekerja keras dan mau mencapai hasil yang optimal. Kemampuan, bakat, dan keterampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan tanpa bekerja keras dengan kemampuan, kompetensi, dan keterampilan yang dimilikinya. Masa kerja itu penting bagi karyawan yang telah bekerja selama puluhan tahun memiliki produktivitas tinggi.
Faktor dukungan sosial terkait stres kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami banyak keluhan stres kerja adalah responden dengan dukungan sosial yang buruk dengan proporsi terbesar mengalami stres kerja yang sangat berat. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial yang buruk akan dapat memengaruhi munculnya stres kerja. Hal ini diperkuat oleh penelitian tentang “Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Stres pada Karyawan Solo Pos”, yang menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang menggambarkan semakin tinggi dukungan sosial, semakin rendah tekanan kerja pada karyawan Solo Pos.
Perusahaan penerbangan adalah perusahaan yang bergerak di bidang pemeliharaan dan perbaikan pesawat. Aktivitas pekerja dari perusahaan penerbangan berfokus pada memelihara dan memastikan peralatan dan sistem pesawat untuk bekerja sesuai dengan fungsi dan operasi sesuai standar sehingga pesawat dalam kondisi layak terbang. Pekerjaan perawatan pesawat membutuhkan individu yang kompeten dalam pengetahuan, keterampilan, dan perilaku karena melibatkan keselamatan banyak orang. Masa kerja pekerja dan rekan kerja pendukung sosial dan pengusaha dalam menyelesaikan tugas memungkinkan timbulnya tekanan pekerjaan pada tenaga kerja yang bersangkutan. Lingkungan kerja yang kurang ramah seperti paparan kebisingan, getaran, dan panas tinggi juga memungkinkan munculnya stres kerja.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 16 pekerja, diperoleh informasi bahwa lebih dari 90% pekerja telah mengalami stres kerja. Stres kerja yang dialami oleh mayoritas berhubungan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. Faktor stres kerja meliputi tuntutan pekerjaan yang tinggi, akurasi dan kecepatan dalam menyelesaikan tugas, serta lingkungan yang tidak bekerja yang nyaman seperti kebisingan dan suhu yang ekstrem. Selain itu, ada juga faktor lain yaitu adanya masalah keluarga dan hubungan pribadi antara pekerja dan atasan yang rendah.
Ditemukan bahwa mayoritas pekerja mengalami tekanan pekerjaan sedang, itu karena beban kerja yang dirasakan cukup berat. Ada juga faktor-faktor terkait dengan durasi kerja, shift kerja dengan jam kerja yang masih melebihi batas yang ditentukan oleh undang-undang, dan lingkungan kerja di mana pekerja bekerja pada kondisi lingkungan termasuk bahaya fisik seperti kebisingan, getaran, dan panas yang disebabkan oleh paparan Matahari bisa memberikan tekanan dan memicu stres.
Terlambatnya penelitian yang dilakukan pada pekerja perusahaan maskapai penerbangan maintenance section terdapat korelasi masa kerja dengan stres kerja (r=0,000) yang berarti semakin lama masa kerja semakin rendah stres kerja. Masa kerja memiliki pengaruh penting dalam memicu munculnya stres kerja. Pekerja dengan masa kerja yang lebih lama cenderung memiliki kapasitas dan kapabilitas yang lebih baik dari pekerjaannya dibandingkan dengan pekerja yang memiliki korsleting bekerja secara langsung. Ini karena pengalaman para pekerja dengan masa kerja yang lebih lama memiliki lebih banyak pengalaman dalam pekerjaan yang dia lakukan. Pekerjaan yang lebih lama dijalani berkaitan erat dengan pengalaman dan kemampuan pekerjaan itu. Pengalaman dan kemampuan ini akan membantu pekerja mengatasi masalah untuk mencegah stres.
Kemudian ada korelasi dukungan sosial rekan kerja dan atasan dengan stres kerja (r = 0,160), itu berarti lebih banyak dukungan sosial rekan kerja dan atasan sehingga mengurangi stres kerja. Teori Cooper menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan stres kerja adalah dukungan sosial yang buruk. Semakin baik dukungan sosial menerima semakin rendah risiko stres kerja yang akan timbul.
Saran pada penelitian ini adalah, persalinan harus dapat menjaga komunikasi yang baik antara kolega dan atasan sehingga ketika mengalami kesulitan dalam pekerjaannya tidak membuat beban dan dapat meringankan stres yang dialami. Selain itu, diharapkan perusahaan untuk terus memantau dan memberikan fasilitas konseling kepada para pekerja untuk mengetahui masalah apa saja yang dialami baik di dunia maupun di luar pekerjaan agar dapat mengurangi stres, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja serta target perusahaan dapat tercapai.
Penulis: Rahma Nida Faiza, Abdul Rohim Tualeka
Informasi detail dari artikel ini dapat diakses pada laman berikut: https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/20190826155031VOL_15_SUPP3_AUGUST_2019.pdf
(The Relation Between Job Tenure and Social support Period of Coworkers and Superiors With work Stress on Aircraft Maintenance Officer at Airlines Company)