UNAIR NEWS – Perkembangan teknologi budidaya memiliki beberapa keuntungan. Selain meningkatkan prosentase keberhasilan, penerapan teknologi juga dapat membuat pekerjaan menjadi lebih ringan salah satunya Autofeeder. Autofeeder adalah alat yang berfungsi untuk memberikan pakan secara otomatis dalam proses budidaya. Ir. Yanuar Toto Rahardjo yang menjadi pemateri dalam Shrimp Improvement Program (SIP) oleh Conservation International (CI) dan Akuakultur PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi pada akhir pakan lalu mengungkapkan, autofeeder efektif untuk diaplikasikan pada budidaya udang intensif.
“Awalnya saya yang berangkat dari pembudidaya udang windu mengira bahwa memberikan pakan dengan cara menebar ke seluruh tambak lebih efektif dari pada meletakanya pada satu titik saja, ternyata salah,” ungkap Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI) cabang Banyuwangi tersebut.
Tidak hanya itu, sambung Yanuar, karakteristik udang Vannamei ternyata sangat mobile dibandingkan dengan udang windu yang cenderung pasif dan menetap disuatu titik membuat autofeeder cocok diaplikasikan untuk udang vannamei. Yanuar mengungkapkan bahwa dengan menggunakan autofeeder ternyata dapat mempersigkat masa pemeliharaan udang. Ukuran udang yang jika melalui pakan manual didapat selama pemeliharaan 120 hari bisa didapat hanya pada 70 hari ketika menggunakan autofeeder.
“Dengan autofeeder kita dapat mempercepat waktu panen yang biasanya diperlukan 120 hari masa pemeliharaan menjadi 70 hari dengan ukuran yang sama, hal tersebut dapat mengurangi prosentase kegagalan,” jelas Yanuar. “Sebab, pada usia 70 hari faktor penyakit yang menjadi momok utama kita mulai muncul, namun dengan menggunakan autofeeder pada usia itu udang dapat kita panen,” tandasnya.
Menurut Yanuar penggunaan autofeeder dapat mempersingkat waktu budidaya karena dapat mengurangi buangan limbah serta memaksimalkan penyerapan pakan oleh udang. Pasalnya, dengan autofeeder pakan bisa diberikan secara nonstop sedikit demi sedikit hingga dosis yang ditentukan habis, sehingga pakan yang ditebar langsung dimakan oleh udang dalam kondisi masih segar secara terus menerus dan buangan pakan yang tidak termakan oleh udang bisa dikurangi.
“Dengan autofeeder, saya bisa mendapatkan ADG (Average Day Growth) atau rata-rata pertumbuhan harian mencapai 0,6 gram/udang/hari dan bahkan ada yang lebih ekstrem pengalaman teman petambak lain bisa mendapatkan ADG 1 gram/udang/hari, hal tersebut bergantung pada banyaknya pakan yang diberikan,” ungkapnya.
Pada akhir, Yanuar menjelaskan bahwa banyaknya pakan yang diberikan melalui autofeeder untuk meningkatkan ADG tak terlepas dari kualitas benur dan kompetensi teknisi dalam menjaga parameter perairan. Sebab, semakin banyak pakan yang ditebar maka penurunan kualitas air akan semakin cepat, hal tersebut dapat menyebabkan permasalahan pada udang.
“Memang benar dengan kualitas benur yang bagus pertumbuhan harian udang bergantung pada banyaknya pakan harian yang diberikan. Masalahnya, bisa tidak kita menjaga agar kualitas air bisa tetap terjaga, karena semakin banyak pakan yang ditebar maka penurunan kualitas air akan semakin cepat sehingga kita sebagai teknisi juga harus mempertimbangkanya,” pungkasnya.
Penulis : Ivan Syahrial Abidin
Editor : Nuri Hermawan