UNAIR NEWS – Dalam rangka merayakan Dies Natlis Universitas Airlangga (UNAIR) ke-66, program studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR mengadakan seminar internasional pada Kamis (22/10/20). Kegiatan yang dilakukan secara online tersebut bertajuk “Big Data dan Artificial Intelligence di Masa Depan Teknologi Medis”. Webinar tersebut mengundang tiga pembicara yang ahli dalam hal big data dan kecerdasan buatan dalam teknologi medis dari tiga negara.
Dr. Riries Rulaningtyas, ST. MT., selaku ketua penyelenggara menuturkan bahwa kegiatan yang dibagi dalam 3 sesi tersebut diikuti oleh mahasiswa, akademisi, dan peneliti dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Adapula berasal dari Malysia dan Taiwan, seperti Universitas Teknologi Malaysia, National Cheng Kung University, Taiwan.
Di sesi pertama Dr. Leo Anthony Celi, M.D., M.P.H., sebagai pembicara dari Massachusetts Institute of Technology, Harvard Medical School, USA mengangkat topik berjudul “An Awakening in Medicine: The Partnership of Humanity and Intelligent Machines”. Riries menganggap peran mesin kecerdasan dalam kedokteran sangat penting untuk menghadapi beberapa tantangan di masa depan bidang medis.
“Topik ini menarik dan beberapa peserta sesi tanya jawab menyampaikan pertanyaan mereka tentang peran mesin kecerdasan dalam kedokteran dan bagaimana bersentuhan dengan teknologi ini untuk menghadapi beberapa tantangan di masa depan bidang medis,” tutur dosen Fisika tersebut.
Pada sesi kedua, Mr. Che-Wei Lin, Ph.D. selaku pembicara dari National Cheng Kung University, Taiwan mengangkat topik “ASEASAVE: Alat Skrining Aritmia Berbasis AI Dan Penyakit Jantung Struktural Menggunakan Energi Getaran Arteri”. Adanya pendekatan baru untuk mendiagnosis kondisi jantung menggunakan sensor audiogram denyut tersebut dapat membantu deteksi dini aritmia dan penyakit jantung struktural dengan akurasi tinggi.
“Ia menjelaskan pendekatan baru untuk mendiagnosis kondisi jantung dengan menggunakan sensor audiogram denyut. Penggunaan kecerdasan buatan dalam studinya membantunya mendeteksi dini aritmia dan penyakit jantung struktural dengan akurasi tinggi,” ucapnya.
Di sesi terakhir, Dr. Rifai Chai selaku pembicara dari Swinburne University of Technology, Australia yang membagikan ilmunya yang bertajuk “Brain Technology and Application”. Dalam hal ini ditekankan pada perkembangan studi di bidang teknologi untuk mempelajari tentang otak, khususnya tentang elektro ensefalogram.
“Dia menggunakan sinyal EEG untuk mendeteksi hipoglikemia, mengklasifikasikan kelelahan pengemudi, dan mengontrol kursi roda,” tambahnya.
Dengan adanya kegiatan tersebut para peserta dapat mengetahui lebih jauh tentang perspektif para pembicara dalam hal penggunaan big data dan kecerdasan buatan dalam perkembangan teknologi kedokteran. Selain itu, diskusi yang ada dapat berakhir menjadi kolaborasi penelitian. (*)
Penulis : Asthesia Dhea Cantika
Editor : Binti Q. Masruroh