UNAIR NEWS – Menjadi pebisnis memang tidak mudah. Persaingan di dunia usaha yang sangat ketat, membuat seorang pebisnis mau tak mau harus berkompetisi dengan yang lainnya. Mengenai hal tersebut, ternyata ada beberapa tips yang bisa diterapkan untuk menjadi pebisnis yang baik.
Dalam webinar yang digelar Himpunan Mahasiswa D3 Perpajakan, tips menjadi pebisnis yang baik dikupas tuntas oleh pemateri. Ialah Zulkifli Sofyan, founder Wedding Organizer Dharmaheswara.
Menurut Zulkifli, seorang pebisnis itu harus berani untuk memulai. Bukan karena alasan sebuah produk yang ditawarkan, tapi ketakutan yang senantiasa menghantui. “Dalam bisnis memang harus berani memulai. Meski dengan kosekuensi 50 persen gagal dan 50 persen berhasil,” ujarnya pada Sabtu (14/11/2020).
“Halangan untuk memulai sebuah usaha itu bukan tentang sebuah produk atau modal, tapi sebuah ketakutan,” imbuhnya Zulkifli.
Ia memaparkan bahwa ada dua proses utama dalam membangun sebuah usaha. Pertama, proses membangun mental berusaha. “Membangun mental berusaha ini seperti berani memulai, jangan takut kekurangan modal, jangan takut risiko, ubah pola pikir, dan berani memulai,” ujarnya.
Kedua, proses managerial usaha. Dalam membangun sebuah bisnis harus terlebih dahulu mengidentifikasi gagasan bisnis; menyusun visi, misi, dan strategi; mengelola bisnis; dan mengenali risiko bisnis.
Melalui webinar tersebut, Zulkifli juga memaparkan tips yang bisa dilakukan pebisnis muda untuk menjadi pebisnis yang baik. Tips tersebut ialah pelajari bisnis yang ingin dimulai dengan cara bekerja untuk orang lain, bertemu dengan banyak orang dalam jenis usaha yang sama untuk mendapat masukan, carilah mentor bisnis yang akan mempercepat proses dalam membangun bisnis, dan belajar attitude, serta tepat waktu.
Kunci utama dalam menjalankan sebuah bisnis adalah membangun kepercayaan pelanggan. Seorang pelanggan akan membeli produk kepada yang mereka percayai.
“Boleh saja hidup miskin, berat, punya masalah segunung, dan kehilangan semua yang kita bangun. Tapi, satu hal yang tidak boleh hilang, yaitu kepercayaan,” tutup Zulkifli. (*)
Penulis: Icha Nur Imami Puspita
Editor: Feri Fenoria