Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) maupun Kantor Akuntan internasional lain disinyalir memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor yang bekerja pada industri lainnya. Hal ini disebabkan karena auditor memiliki waktu yang terbatas dalam menyelesaikan tugasnya serta memiliki resio tanggung jawab yang sangat tinggi. Tingginya workloads yang dialami auditor ini dapat memengaruhi kinerja dan kualitas audit mereka yang kemudian juga dapat menurunkan tingkat kepuasan dalam bekerja (Gupta, Kumar, & Singh, 2014). Oleh sebab itu, penting bagi KAP untuk menjaga auditornya agar tidak mengalami stres saat menjalankan tugas.
Menurut Gupta, Kumar, dan Singh (2014), spiritualitas sangat membantu masalah tersebut. Tempat kerja yang menyediakan spiritualitas akan memberikan kedamaian bagi karyawan selama mereka bekerja karena spiritualitas menghasikan energi positif (positive vibes). Menurut Ashmos dan Duchon (2000), spiritual tempat kerja (workplace spirituality – WPS) merupakan pengakuan bahwa karyawan memiliki kehidupan batin yang dipengaruhi oleh tempat kerja dalam konteks komunitas. Dalam hal ini karyawan menghendaki adanya kehidupan yang damai di tempat kerja sehingga mereka dapat bekerja dengan lebih baik.
WPS bertujuan untuk meningkatkan pekerjaan menjadi lebih bermakna, menumbuhkan rasa komunitas, serta meningkatkan nilai organisasi (Hassan, Nadeem, & Akhter, 2016). WPS juga mampu mengintegrasi karyawan dengan pekerjaan mereka sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerja serta komitmen dalam organisasi sehingga kinerjanya pun semakin baik.
Robbins dan Judge (2015) menyebutkan aspek dari WPS yaitu menyangkut kebaikan dan kebahagiaan karyawan dan pemangku kepentingan. WPS juga dapat mengembangkan kepercayaan dalam diri karyawan (van der Walt & de Klerk, 2014) yang ditandai dengan rasa saling percaya, kejujuran, dan keterbukaan (Robbins & Judge, 2015). Selain itu, iklim tempat kerja membuat karyawan merasa nyaman bekerja dengan rekan kerja. WPS yang terkait dengan manajemen sumber daya manusia yang baik menghasilkan kinerja, sikap karyawan, dan spiritualitas yang lebih baik. Bagi auditor, WPS memotivasi mereka untuk menerapkan perilaku yang baik agar iklim kerja menjadi lebih kondusif. Selain itu, WPS menciptakan produktivitas yang tinggi bagi auditor sehingga kualitas auditnya juga baik. Berdasarkan itu, ini studi mengusulkan proposisi bahwa WPS berpengaruh positif terhadap kinerja auditor.
Di sisi lain, auditor yang memiliki tingkat beban kerja dan stres yang tinggi seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, mereka membutuhkan tempat kerja yang mendukung untuk menghadapi situasi ini. Melalui spiritualitas di tempat kerja, auditor akan merasakan ketenangan dan kenyamanan dalam bekerja sehingga tingkat stres dapat berkurang. Sebagaimana dijelaskan oleh Yan dan Xie (2016), cara-cara untuk mengatasi stres dapat berasal dari individu itu sendiri, tetapi juga dapat berasal dari perusahaan tempat auditor bekerja. Hal tersebut mengindikasikan bahwa KAP yang mampu memberikan iklim yang suportif dan spiritual, akan membantu para karyawannya (auditor) dalam mengatasi stresnya selama penugasan.
Teori spillover (Diener 1984; Wilensky, 1960) juga menyatakan bahwa sangat penting bagi perusahaan untuk mengembangkan iklim yang suportif (dan spiritual) karena dapat membantu karyawannya (auditor) untuk mengatasi stres mereka. Berdasarkan itu, penelitian ini mengusulkan proposisi bahwa WPS berpengaruh negatif terhadap stres kerja auditor.
Teori penetapan tujuan (Locke, 1968) menjelaskan bahwa individu dengan tujuan yang lebih spesifik (tingkat stres tinggi) akan menghasilkan kinerja yang lebih baik sampai titik tertentu. Ketika tujuannya terlalu spesifik dan lebih tinggi dari poin tersebut, individu akan mengalami stres karena merasa terancam dan tekanan yang menghasilkan pekerjaan yang buruk. Sebagian besar dari auditor di KAP akan mengalami stres berat yang mungkin saja terjadi sehingga mengurangi kemampuan aktual mereka dalam mengaudit.
Dampak stres kerja tidak hanya pada psikologis tetapi juga kesehatan fisiologis (Cooper & Marshall, 1976). Artinya ketika auditor mendapatkan terlalu banyak ancaman dan tekanan, mereka akan stres yang akan menurunkan kondisi kesehatan mereka. Auditor dengan kesehatan mental dan fisik yang rendah akan sulit bekerja dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mengusulkan proposisi bahwa Stres kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja auditor.
Hal terakhir yang dibahas dalam penelitian ini adalah bahwa WPS juga dapat dijadikan sebagai faktor yang dapat meminimalkan dampak negatif dari stres kerja terhadap kinerja auditor. Hal ini disebabkan WPS dapat mengurangi tingkat stres dan juga meningkatkan kinerja auditor. WPS yang disediakan oleh Kantor Akuntan Publik akan membantu auditor untuk mengurangi dampak stres yang mereka hadapi terhadap kinerja mereka. Dalam hal ini, tentunya peran perusahaan sangat besar penting karena menyediakan WPS menjadi salah satu prioritas mereka. Pernyataan ini didukung oleh teori kepemimpinan spiritual (Fry, 2003) dan teori spillover (Diener 1984; Wilensky, 1960) yang memiliki gagasan yang sama. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mengusulkan proposisi bahwa WPS melemahkan pengaruh negatif stres kerja terhadap kinerja auditor.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa WPS sangat penting dietrapkan di KAP karena dapat meningkatkan kinerja auditor serta mengurangi pengaruh negatif dari stress terhadap kinerja auditor.
Penulis: Alfiyatul Qomariyah
Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link jurnal berikut ini:
https://www.ijicc.net/index.php/ijicc-editions/2020/164-vol-11-iss-11
https://www.ijicc.net/images/Vol11Iss11/111127_Qomariyah_2020_E_R.pdf