Di era modern ini, menurut Amabile (1996), kreativitas sering diartikan sebagai perkembangan ide tentang produk, layanan, praktik, atau prosedur yang baru dan berpotensi bernilai bagi departemen atau organisasi. Perilaku kreatif dianggap penting karena dapat dikonseptualisasikan seperlunya untuk hasil kreatif. Dalam penelitian ini, kreativitas sebagai hasil dan perilaku diukur. Kreativitas dapat dipelajari di tingkat individu, serta di tingkat tim atau organisasi. Menurut Woodman et al., (1993), kreativitas tingkat organisasi diartikan sebagai penciptaan produk, layanan, ide, prosedur, atau proses baru yang berharga dan bermanfaat bagi individu yang bekerja sama. Dengan demikian, tingkat kreativitas organisasi dihasilkan dari perilaku anggota individu dan interaksi sosial antar anggota kelompok yang dapat menghambat atau meningkatkan hasil kreatif. Beberapa penelitian telah membahas kemungkinan hubungan antara perilaku kepemimpinan dan kreativitas di tingkat karyawan atau organisasi (Mumford et al., 2002; Shalley et al., 2004). Misalnya, Wang et al., (2010) menemukan bahwa dukungan pemimpin untuk ide berhubungan positif dengan kreativitas karyawan. Adanya hubungan positif dan negatif antara perilaku kreatif pemimpin dan kreativitas organisasi. Ada bukti bahwa perilaku pemimpin tertentu mendorong dan menghambat. Tidak banyak orang yang tahu mengapa beberapa pemimpin secara alami menunjukkan perilaku terbuka yang memfasilitasi kreativitas sementara yang lain tidak.
Kepribadian adalah fondasi penting dari perilaku pemimpin. Barron dan Harrington (1981) berpendapat bahwa pemimpin dengan kepribadian kreatif dan terbuka juga mempengaruhi kreativitas dalam organisasi mereka. Oleh karena itu penelitian ini mencari inspirasi dari studi tentang hubungan antara kepribadian seseorang dengan tingkat kreativitasnya. Menurut Gough (1979), pemimpin kreatif cenderung terbuka terhadap pengalaman baru dan tidak konvensional. Mereka juga percaya diri, terdorong, ambisius, dominan, dan impulsif. Menurut McCrae dan Costa (1997), individu yang memiliki keterbukaan tinggi akan menghargai ide dan imajinasi yang tidak biasa, ingin tahu, dan berpikiran luas, dan sebagai ragam pengalaman. Sebaliknya, individu yang rendah keterbukaan akan lebih konvensional, memiliki minat tradisional dan lebih memilih pemikiran yang jernih daripada yang baru dan ambigu, dan lebih menyukai keakraban daripada hal baru.
Oleh karena itu, penelitian ini membahas tentang penyesuaian Kesenjangan Riset dengan melihat hubungan langsung antara Perilaku Kreatif Pemimpin dan Kreativitas Organisasi, serta kemungkinan efek mediasi Iklim Kerja dan Berbagi Pengetahuan sebagai hal baru. Menurut Schwepker dan Hartline (2005), dalam industri dengan tren yang berubah dengan cepat dan preferensi serta persaingan yang kuat, semakin banyak bisnis yang berfokus pada faktor-faktor organisasi untuk tetap kompetitif. Salah satu faktor organisasi tersebut adalah Iklim Kerja. Iklim Kerja sangat penting dalam membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Kajian ini penting untuk memperdalam pemahaman kita tentang pengaruh Iklim Kerja dengan organisasi dan komitmen dalam organisasi yang dibagikan oleh karyawannya tentang apa yang penting dalam organisasi dan saling mendukung dalam organisasi. Menurut House & Aditya (1997), pemimpin memegang peranan penting dalam mengelola Berbagi Pengetahuan dalam organisasi. Studi ini menemukan bagaimana pemimpin menumbuhkan Pengetahuan dalam organisasi. Menurut Foss & Pederson (2002), untuk mendapatkan hasil yang efektif dan mendapatkan keunggulan kompetitif, Berbagi Pengetahuan sangat penting dalam organisasi. Brown & Duguid (1991) mengatakan dalam hal ini skill staff, seleksi keahlian, pelatihan knowledge saja tidak cukup. Namun, itu harus mempertimbangkan berbagi keahlian dan Berbagi Pengetahuan dengan orang lain yang membutuhkan. Berbagi Pengetahuan di dalam, antar tim, dan di antara karyawan memungkinkan organisasi untuk mengembangkan dan menggunakan sumber daya berbasis pengetahuan.
Penelitian ini berguna untuk menguji peran Leader Creative Behavior sebagai Prediktor Kreativitas Organisasi. Pemimpin kreatif akan memberikan kreativitas secara langsung sebagai model dan inspirasi bagi pengikut mereka. Penelitian ini dilakukan pada industri furniture di Indonesia. Banyaknya kegiatan produksi tentunya akan mengalami kendala di berbagai sektor. Hal ini dikarenakan banyak karyawan yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Perilaku Kreatif Pemimpin terhadap Kreativitas Organisasi melalui Iklim Kerja dan Berbagi Pengetahuan antara pimpinan dan bawahan. Diantaranya adalah pengaruh Creative Behavior Leader yang menciptakan inovasi produk dan bekal baru yang melatih kreativitas karyawannya, Iklim Kerja antara pemilik dengan kepala produksi dan tenaga kerja produksi sehingga produksi dapat terlaksana, hubungan antara Pekerja produksi dan pekerja menjahit, hubungan pemilik dengan pengemudi, hingga hubungan Owner Knowledge Sharing dengan Salesman (Pemasaran) dalam memasarkan produk agar perusahaan dapat maju dan berkembang.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode Partial Least Square (PLS) pada lima puluh industri furnitur di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Creative Behavior Leader berpengaruh signifikan terhadap Kreativitas Organisasi melalui Iklim Kerja dan Berbagi Pengetahuan.
Penulis: Prof. Dr. Anis Eliyana, S.E., M.Si.
Artikel selengkapnya dapat diunduh pada: http://www.sysrevpharm.org//index.php?mno=9855
Roy Setiawan, Anis Eliyana, Tatik Suryani, Enrico Oktavian Sugiharto (2020) The Roles of Work Climate and Knowledge Sharing: The Effect of Leader Creative Behavior to Organizational Creativity at Furniture Industries in Indonesia. Systematic Reviews in Pharmacy, 11 (11), 306-314. doi:10.31838/srp.2020.11.45