Timbal atau Plumbum (Pb) adalah logam berat bahan pencemar utama di lingkungan. Data Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia menyatakan bahwa pemanfaatan timbal pada kendaraan bermotor (70%) merupakan penyebab utama terjadinya pencemaran timbal pada lingkungan di beberapa kota besar di Indonesia. Lebih dari 95% timbal terdapat dalam bahan bakar kendaraan bermotor sebagai anti knocking (anti letup). Timbal yang ditambahkan dalam bahan bakar tersebut tidak turut terbakar pada saat proses pembakaran kendaraan bermotor sehingga jumlah timbal yang teremisi ke udara bisa menjadi sangat tinggi dalam jangka waktu yang lama dan bersifat kumulatif di dalam tubuh.
Timbal juga terdapat di industri aki, cat, karet, baterai, keramik, pelapis kabel, percetakan, pipa air, insektisida dan kosmetik. Timbal dan senyawanya yang masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, pencernaan, dan pemaparan kulit dapat menyebabkan infertilitas pada pria karena timbal dapat mengakitbatkan peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh stres oksidatif.
Timbal yang masuk ke dalam sirkulasi darah akan berikatan dengan enzim delta-Aminolevulinic Acid Dehydratase (ALAD) dan mengakibatkan Aminolevulinic Acid (ALA) meningkat sehingga terjadi peningkatan reactive oxygen species (ROS). ROS yang berlebih menyebabkan simpanan antioksidan dalam tubuh menurun sehingga menimbulkan stress oksidatif. Stress oksidatif dapat terjadi melalui dua mekanisme yaitu mekanisme pratestikuler dan mekanisme testikuler.
Pada mekanisme pratestikuler, timbal melewati sawar darah otak dan mengganggu metabolisme sel-sel saraf melalui penghambatan respirasi mitokondria sel saraf. Hambatan ini menimbulkan gangguan pada poros pada hipotalamus-hipofisis-testis sehingga terjadi penurunan sekresi GnRH yang berpengaruh pada sel Sertoli. Pada mekanisme testikuler, timbal melewati sawar darah testis dan merusak sel Leydig (berperan dalam pembentukan hormon testosteron) atau sel Sertoli (menghasilkan androgen binding protein (ABP) dan mempengaruhi proses spermatogenesis).
Timbal menginduksi terjadinya oksidasi lipid (terutama rantai asam lemak tidak jenuh) dengan menjalani reaksi lanjutan secara berantai membentuk produk radikal seperti radikal bebas peroksil, radikal bebas PUFA, dan radikal bebas superoksida. Peningkatan jumlah radikal ini akan mengakibatkan terjadinya dekomposisi asam lemak tidak jenuh menjadi lipid peroksida yang sangat tidak stabil. Reaksi peroksidasi lipid dapat dihambat dengan penambahan antioksidan, yaitu suatu zat yang dapat mengikat radikal bebas.
Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan sumber antioksidan alami. Kulit buah naga merah (1 mg/kg) mampu menghambat 83,48 1,02% radikal bebas dan memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 43,836 mikrogram/mL yang lebih tinggi dibanding daging buahnya. Kulit buah naga merah mengandung senyawa antioksidan alami berupa senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid dan memiliki aktivitas antioksidan berupa flavon, flavonol, isoflavon, katekin, dan kalkon.
Kulit buah naga merah juga mengandung Betacyanin yang merupakan bagian dari pigmen betalain dan memiliki sifat antioksidan (penetral radikal bebas) dan Betacyanin pada kulit buah naga termasuk senyawa fenolik. Turunan fenolik atau polifenol (sebagai antioksidan) menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan randomized post-test-only control group menggunakan mencit ((Mus musculus) Balb/C jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif (K-) adalah kelompok mencit tanpa perlakuan (tidak diberikan timbal asetat dan ekstrak kulit buah naga merah). Kelompok kontrol positif (K+) adalah kelompok mencit yang diberi timbal asetat 100mg/kgBB per oral hari ke-1 sampai hari ke-14.
Kelompok perlakuan adalah kelompok mencit yang diperlakukan seperti kontrol positif dan dilanjutkan dengan pemberian ektrak kulit buah naga merah per oral hari ke 15 sampai hari ke-39 dengan dosis 250mg/kgBB (P1), 500mg/kgBB (P2), dan 1000mg/kgBB (P3). Analisis statistik menggunakan uji one way ANOVA dan menunjukkan ada perbedaan signifikan pada jumlah sel Sertoli antara kelompok K+ dengan P1, P2, dan P3. Artinya timbal asetat berpengaruh
Salah satu kesimpulan penting yang dapat diambil berdasarkan penelitian ini adalah ekstrak kulit buah naga merah sangat efektif untuk meningkatkan jumlah sel Sertoli mencit yang dipapar timbal asetat dengan dosis optimal dari ekstrak kuit buah naga merah sebanyak 500 mg/kgBB. Hal ini terjadi karena timbal dapat mempangaruhi mikrotubulus sel Sertoli dan menyebabkan kematian sel-sel germinal melalui mekanisme apoptosis. Kulit buah naga merah memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi yang dapat memperbaiki sel atau jaringan jaringan dari stres oksidatif akibat paparan radikal bebas. Hasil akhir penelitian dapat dijadikan pertimbangan bahwa kulit buah naga merah dapat digunakan sebagai salah satu terapi untuk memperbaiki jumlah sel Sertoli.
Penulis : Evy Wulandari, Reny I’tishom, Sri Agus Sudjarwo
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://e-journal.unair.ac.id/FMI/article/view/21228
Wulandari E, I’tishom R, Sudjarwo SA (2020). Therapy Effect of Red Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus) Peel Extract to Increase The Number of Sertoli Cells on Balb/c Mice (Mus musculus) Exposed to Lead Acetate. Folia Medica Indonesiana, Vol 56, No 2; http://dx.doi.org/10.20473/fmi.v56i2.21228