Kerusakan otak seperti Cedera Otak Traumatik (COT), strok, dan tumor otak, menyebabkan kematian yang tinggi. Diperkirakan, setiap tahun sekitar 1,5 juta orang menderita COT di Amerika Serikat dan lebih dari 50.000 orang meninggal setiap tahunnya dan 80.000 orang lainnya mengalami kecacatan. Sedangkan pasien strok berkisar lebih dari 500.000 orang setiap tahunnya dimana 25% di antaranya mengalami kematian. Menurut WHO terdapat lebih dari 5.000 pasien dengan tumor otak dan menyumbang lebih dari 1,5 % dari total populasi pasien kanker di Indonesia.
Pemantauan tekanan intrakranial (TIK) umumnya menggunakan ventricular catheter sebagai standar monitoring. Tindakan pengukuran TIK merupakan teknik invasif yang membutuhkan prosedur operasi, serta berpotensi menimbulkan komplikasi yang fatal termasuk infeksi dan pendarahan. Oleh karena itu, lebih disarankan menggunakan teknik non-invasif untuk pemantauan TIK yaitu menggunakan Transcranial Doppler (TCD). Alat tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi dan memonitor perubahan pada sirkulasi pembuluh darah otak, tes diagnostik subarachnoid haemorrhage (SAH), memonitor vasospasme dan mendeteksi peningkatan TIK.
Indeks Pulsatilitas (IP) adalah parameter yang mengukur perbedaan antara kecepatan aliran sistolik dan diastolik yang dibagi dengan kecepatan aliran rata-rata arteri otak tengah yang didapatkan dari pengukuran TCD. Nilai normal TCD pada orang sehat/TIK normal tergantung pada umur penderita dan penempatan probe (arteri serebral tengah): usia 20-40 tahun (74-81 cm/s), usia 40-60 tahun (72-73 cm/s), usia >60 tahun (58-59cm/s). Kerusakan otak dapat menyebabkan peningkatan TIK sehingga IP juga akan meningkat dan diikuti dengan perubahan Diameter Selubung Saraf Optik (DSSO), yang dapat divisualisasikan menggunakan ultrasound. Saraf optik adalah bagian dari sistem saraf pusat dan dilapisi dengan durameter.
Berdasarkan informasi yang didapat peneliti bahwa hingga saat ini, pemantauan dan pemeriksaan TIK di RSUD Dr. Soetomo masih terbatas pada pemanfaatan intraventricular catheter yang membutuhkan prosedur operasi di kamar operasi. TCD dan sonografi DSSO masih belum berfungsi di Instalasi Rawat Darurat (IRD) untuk manajemen pasien cedera otak, sehingga tidak memungkinkan untuk memeriksa TIK pada pasien di IRD. Belum ada penelitian yang membahas tentang hubungan antara Indeks Pulsatilitas dan DSSO dengan TIK pada pasien Ruang Observasi Intensif (ROI), sehingga penelitian ini perlu dibuat.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional. Sampel pada penelitian ini sejumlah 30 orang berusia antara 17-65 tahun yang mengalami cedera otak dengan memonitoring TIK di ROI RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Instrumen yang digunakan yaitu ultrasonografi (GE vivid Q) dan intraverticular catheter (Phycon ventricular drainage tube [Fuji System Corporation]) dengan ukuran medium (2,0-3,3 mm) dan panjang 40 cm. Prosedur pengumpulan data IP menggunakan TCD, sedangkan pengukuran DSSO menggunakan linear probe 7-10 MHz.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa 30 sampel dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelainan intrakranial dengan trauma 36,7%, strok 50%, dan infeksi 13,3%. Patologi intrakranial berdasarkan trauma didominasi oleh laki – laki 81,8%, dengan rerata usia 37,73±15,96 tahun. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson menunjukkan hasil yang signifikan antara IP dan TIK dengan nilai p=0,0001 dan r=0,639. Hasil uji regresi linear sederhana menunjukkan bahwa secara matematis, nilai TIK 9,23 kali nilai IP plus 4. Berdasarkan kurva Receiver Operating Characteristic (ROC) menunjukkan bahwa sensitivitas IP dalam mendeteksi peningkatan TIK (TIK>15 mmHg) adalah 92,3% (95% CI 79,1 – 98,4, nilai p<0,0001) dan spesifisitas sebesar 75% (95% CI 60,4 – 86,4, nilai p<0,0001). Area Under Curve (AUC) yaitu 0,884 (95% CI, 0,798 – 0,943, nilai p<0,0001).
Uji hubungan antara DSSO dengan TIK menggunakan uji korelasi Pearson menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p=0,0001 dan r=0,746. Sedangkan hasil uji regresi linear sederhana menunjukkan bahwa secara matematis, nilai TIK 7,88 kali DSSO minus 26,84. Berdasarkan kurva ROC menunjukkan bahwa sensitivitas DSSO dalam mendeteksi peningkatan TIK adalah 92,3% (95% CI 79,1 – 98,4, nilai p<0,0001) dan spesifisitas sebesar 95,83% (95% CI 85,7 – 99,5, nilai p<0,0001). AUC yaitu 0,982 (95% CI, 0,927 – 0,999, nilai p<0,0001).
Berdasarkan hasil yang telah kami paparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa IP dan DSSO dapat digunakan untuk mendeteksi dan mengevaluasi TIK pada pasien cedera otak yang tidak dimonitor dengan metode invasif, serta penelitian ini dapat digunakan untuk menentukan nilai normal IP dan DSSO pada orang Indonesia. Namun, masih diperlukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih besar dan homogen.
Penulis: Hamzah
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: