UNAIR NEWS – Sidang Dies Natalis ke-66 Universitas Airlangga menghadirkan Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., untuk memberikan orasi ilmiah. Menggantikan Menteri Riset dan Teknologi, Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional itu memberikan orasi ilmiah yang berjudul “Menuju Ekonomi Indonesia Berbasis Inovasi”.
Dalam sidang yang berlangsung di Aula Garuda Mukti Kampus C UNAIR, Prof. Ali Ghufron menyampaikan beberapa hal seputar percepatan pemulihan ekonomi nasional usai pandemi. Sebelum itu, ia menjelaskan enam hal yang sangat erat dengan kondisi dunia saat ini. Mulai dari pelemahan ekonomi global, adanya Covid-19, kebijakan berbagai negara terkait pandemi, hingga era adaptasi baru.
“Dan itu semua menjadi cara untuk adaptasi kebiasaan baru sebagai lintasan transformasi menuju Less Contact Society dan Less Contact Economy,” tandasnya.
Paparannya selanjutnya, Prof. Ali menjelaskan dampak pandemi terhadap perekonomian global. Menurutnya, 81% tenaga kerja global atau 2.67 milliar dari 3.3 milliar tenaga kerja saat ini terancam pemutusan kerja. Selain itu, juga terjadi pergeseran besar di pasar saham dan peningkatan risiko resesi ekonomi.
“Dampak selanjutnya ada penurunan harga minyak bumi, pariwisata dunia kehilangan $400 milliar, dan sentimen negatif di pasar keuangan,” ungkapnya.
Tidak hanya berdampak bagi dunia global. Di Indonesia, sambungnya, tercatat 1.2 juta pekerja dari 74,430 perusahaan diberhentikan dan di PHK. Tidak hanya itu, pada sektor formal 137,589 pekerja dari 22,753 perusahaan diberhentikan, dan 873,090 pekerja dari 17,224 perusahaan di PHK. Sementara itu, pada sektor informal ada 189.452 pekerja dari 34.453 perusahaan di berhentikan.
“Bahkan, Organisasi Perburuhan Internasional menyatakan bahwa Wabah Covid-19 adalah krisis global dunia terburuk semenjak Perang Dunia II,” ujar Prof. Ali Ghufron.
Adanya pandemi Covid-19, lanjut Prof. Ali Ghufron, menuntut seluruh negara melakukan berbagai cara dan inovasi. Di Indonesia, beragam kerja sama dan inovasi dilakukan untuk mengatasi dampak pandemi yang luar biasa hebat. Tercatat, ada lima kolaborasi Riset dan Inovasi Penanganan Covid-19.
“Selain itu, pemerintah juga mencanangkan Program Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 yang berfokus pada pencegahan, skrining dan diagnosis, obat-obatan dan terapi, alat kesehatan dan pendukung, serta sosial dan humaniora,” jelasnya.
Tidak hanya itu, Prof. Ali Ghufron juga menjelaskan bahwa selama pandemi ini pemerintah telah melakukan peluncuran 61 produk riset dan inovasi Covid-19. Menurutnya, peluncuran produk riset dan inovasi Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 oleh Presiden Republik Indonesia dapat dimaknai sebagai kebangkitan inovasi Indonesia.
“Di masa depan, diharapkan produkproduk hasil riset dan inovasi dalam negeri dapat menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia, tidak hanya selama pandemi tapi juga kebutuhan jangka panjang,” tandasnya.
Pada akhir, guna melakukan percepatan ekonomi nasional, Prof. Ali Ghufron menjelaskan beberapa hal seputar perkembangan transformasi digital 2020-2024, ekosistem ekonomi digital, persiapan pemerintah untuk industri dan menuju bisnis normal baru. Selain itu, sambungnya, ada juga upaya untuk memperkuat ekosistem ekonomi digital dan kesiapan perusahaan Indonesia dalam menghadapi transformasi digital pasca covid-19.
“Bahkan Kemenristek juga mendukung ekosistem startup di Indonesia dan UKM selama pandemi Covid-19,” pungkasnya.
Penulis: Nuri Hermawan