Pada umumnya, pemegang saham memiliki sedikit informasi mengenai aktivitas dan performa sehari-hari yang dilakukan oleh tim manajemen puncak perusahaan. Karena keterbatasan informasi, pihak luar tidak dapat mengetahui bagaimana eksekutif perusahaan berkinerja dan apakah mereka memaksimalkan kinerja perusahaan atau tidak. Ketika penelitian lain menggunakan berbagai macam pengukuran untuk menilai kinerja perusahaan dari aktivitas manajemen puncak, maka artikel ini mengajukan untuk menggunakan frekuensi rapat manajemen. Artikel ini bertujuan untuk melihat penggunaan rapat tim manajemen puncak sebagai ukuran perilaku manajer perusahaan. Asumsinya dengan lebih banyak pertemuan dapat menunjukkan upaya efektif oleh manajemen puncak untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Sebaliknya, lebih banyak pertemuan rapat mungkin dapat mencerminkan penundaan pekerjaan.
Efektivitas tim manajemen puncak dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: factor input, proses, dan kinerja tugas. Selain itu, tim manajemen yang efektif juga akan lebih fokus untuk mengahabiskan waktu untuk tugas-tugas penting yang berkaitan dengan strategi dan tujuan organisasi. Untuk itu, studi ini ingin melihat apakah semakin banyak frekuensi rapat yang diselenggarakan oleh tim manajemen puncak dapat mengindikasikan usaha yang efektif untuk meningkatkan pengambilan keputusan, dinamika tim, dan pembagian informasi. Pada rapat tim manajemen yang efektif akan menyediakan ruang informasi bagi anggota tim, seperti evaluasi kinerja, motivasi, dan nasihat. Rapat yang efektif akan terjadi apabila tujuan rapat sudah ditentukan secara jelas. Sebab dengan tujuan rapat yang jelas dapat memastikan hasil rapat apakah yang akan dicapai dan anggota tim juga paham dan fokus terhadap isu yang akan dibawa saat rapat. Maka ketika rapat bisa fokus terhadap masalah yang akan dibahas, diskusi bisa berjalan dengan ringkas.
Asumsinya semakin banyak jumlah frekuensi rapat memiliki asosiasi negative dengan kinerja perusahaan. Sebab banyaknya jumlah rapat bisa saja menjadi sinyal untuk melakukan penundaan pekerjaan dan decision paralysis. Hasil rapat tidak akan efektif apabila tujuan rapat tidak jelas, kurang fokusnya dikusi dan komunikasi, dan bisa menjadi masalah paling merepotkan yang harus dihadapi para peserta dalam pertemuan bisnis. Adanya penyimbangan topic dan kurangnya fokus diskusi akan menyebabkan berkurangnya produktivitas pada agenda rapat yang diadakan. Selain itu adanya perilaku politik terselubung yang dilakukan oleh tim manajemen dengan cara menggunakan kekuasaan mereka untuk mempengaruhi keputusan. Maka studi ini mengindikasikan bahwa tim manajemen yang efektif akan dicirikan dengan rendahnya lever perilaku politik manajemen. Maka rapat tim manajemen yang diadakan tanpa tujuan dan fokus komunikasi yang jelas, serta adanya konlik politik dan relasi akan menyiratkan bahwa frekuensi rapat manajemen hanyalah untuk penundaan pekerjaan dan decision paralysis.
Data yang digunakan adalah data rapat tim manajemen puncak yang diungkapkan dalam laporan tahunan pada tahun 2010-2017. Data penelitian diperoleh dari IDX dan ORBIS dengan total sampel sebanyak 1803 observasi tahun-perusahaan. Hasil studi ini menemukan bahwa rapat tim manajemen puncak berhubungan positif dengan kinerja perusahaan, menunjukkan bahwa lebih banyak rapat memang mewakili upaya yang lebih efektif oleh tim manajemen puncak. Sebab semakin banyak rapat, maka aktivitas yang dikerjakan juga semakin banyak untuk meningkatkan kinerja. Untuk mengatasi masalah endogentas, studi ini menggunakan regresi two-stage model, Selanjutnya untuk hasil analisis tambahan, penelitian mengulangi analisis rapat tim manajemen puncak yang disesuaikan dengan industri. Ini dihitung dengan cara rapat tim manajemen perusahaan dibagi dengan jumlah rata-rata industri-tahun rapat tim manajemen. hasil menunjukkan bahwa kinerja perusahaan lebih baik ketika tim manajemen puncak mengadakan lebih banyak pertemuan daripada rata-rata industri (industry peers). Selanjutnya hasil analisis tambahan menemukan bahwa hanya perusahaan yang secara konsisten mengadakan lebih banyak rapat daripada peer industry, yang berkinerja lebih baik, terutama selama periode kinerja yang buruk atau ketika mengalami kerugian.
Penulis: Iman Harymawan, Ph.D.
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
Harymawan, I., Nasih, M., & Nowland, J. (2020). Top management team meetings and firm performance. Accounting Research Journal. https://doi.org/10.1108/ARJ-03-2020-0062