Pembedahan terutama pada bayi beresiko tinggi mengalami sepsis setelah tindak pembedahan, akibat sistem imun yang belum berkembang sempurna. Pembedahan juga menyebabkan inflamasi karena produksi sitokin pro-inflamasi sehingga menyebabkan kerusakan organ dan komplikasi berat bahkan berujung kematian.
Dukungan nutrisi setelah pembedahan gastro-intestinal merupakan hal penting agar proses penyembuhan dan tumbuh kembang bayi dapat berjalan sempurna. Pemberian nutrisi secara parenteral mengandung lemak dalam bentuk emulsi. Dalam proses biokimia tubuh, lemak berperan sangat penting sebagai mediator respon inflamasi dan sistem imun. Lemak konvensional MCT/LCT dengan rasio 50:50, dibuat dari minyak kedelai 100% sehingga kaya omega-6 namun rendah omega-3, diantaranya linoleic acid (LA) dan α-linolenic acid (ALA) yang bersifat pro-inflamasi.
Sementara lemak generasi baru (SMOFlipid) dibuat dari minyak ikan (15%), minyak kedelai (30%), lemak MCT (30%) dan minyak zaitun 25%, yang di dalamnya terdapat lemak omega-3 dosis tinggi dan rendah omega-6 sehingga kaya akan EPA dan DHA. Lemak ini aman digunakan terutama pada bayi dan anak-anak. Karena menyebabkan perubahan positif pada profil asam lemak. Melalui jalur cyclooxygenase dan lipoxygenase, EPA dan DHA dapat menjadi mediator anti-inflamasi sehingga menurunkan respon inflamasi termask menekan produksi sitokin pro-inflamasi, yaitu leukotriene (LT) B5.
Pemberian nutrisi melalui jalur intravena (TPN) bukanlah pemberian yang fisiologis seperti makan secara oral sehingga menimbulkan komplikasi. Pada bayi pasca-pembedahan, pemberian TPN jangka pendek (kurang dari 2 minggu) dapat menyebabkan liver injury, ditandai kondisi hepatic steatosis. Secara biokimia, marker fungsi liver yang tidak normal salah satunya kadar hipertrigliserida yang tinggi atau hipertrigliseridemia, aspartate transaminase (AST) dan alanine transaminase (ALT), terutama bayi yang menerima lemak intravena konvensional, yaitu emulsi lemak minyak kedelai. Kondisi tidak normal ini disebabkan akumulasi lemak di dalam pembuluh darah, baik mikro maupun makro di dalam hepatosis dan diikuti oleh perluasan steatohepatitis akibat penurunan sintesis asam bilus dan kurangnya stimulasi neurohormonal.
Pemberian lipid intravena generasi baru selama 3 hari setelah pembedahan grastrointestinal pada bayi terbukti menurunkan kadar trigliserida pada bayi secara signifikan. Sementara kadar AST dan ALT memang menurun, namun tidak bermakna sehingga menurunkan resiko terjadinya sepsis dan penyakit liver serta menurunkan angka kematian bayi. Penurunan yang tidak bermakna disebabkan jangka waktu pemberian yang pendek. Pemberian minimal 4 minggu menunjukkan penurunan enzim AST dan ALT yang bermakna.
Sepsis dan inflamasi pasca-pembedahan disebabkan produksi berlebih sitokin yang menghambat sekresi bilus. Pemberian lemak MCT untuk memperpendek metabolisme trigliserida sehingga asam lemak yang dihasilkan segera digunakan sebagai sumber energi. Pada emulsi lemak konvensional selain mengandung MCT, juga mengandung LCT. Ketika MCT dimetabolisme, LCT mengalami metabolisme normal sehingga meningkatkan kadar trigliserida normal di dalam serum. Sementara emulsi lemak generasi baru mengandung berbagai komponen yang saling melengkapi sehingga menurunkan kadar enzim liver karena rendahnya kandungan litogenik pada lemak MCT. Selain itu, lemak generasi baru mengandung fitosterol sehingga mampu mengurangi resiko disfungsi liver.
Trauma paska-pembedahan menyebabkan trauma dan menginduksi respons katabolik menjadi hiperkatabolik dan menyebabkan perubahan toleransi lipid. Sintesis triglicerida di dalam liver berhubungan dengan ketersediaan karbohidrat dan asam lemak sebagai substrat sehingga menyebabkan hiperlipidemia. Rendahnya kadar trigliserida pada bayi yang menerima emulsi lemak generasi baru karena omega-3 mengeliminasi dan meregulasi trigliserida dengan tahapan: asam lemak ditransport dalam 2 bentuk teresterifikasi oleh very low-density Lipoprotein (VLDL-TG) dan tidak teresterifikasi diangkut oleh albumin, selanjutnya didistribusikan berdasarkan kebutuhan energi dan status hormonal.
Di jaringan, asam lemak diubah menjadi ATP melalui oksidasi atau mengalami esterifikasi ulang dalam bentuk trigliserida untuk cadangan, bersatu dengan lemak di membran sel dan produksi molekul sinyal. Di dalam hepatosit, omega-3 mengurangi produksi VLDL dan meningkatkan oksidasi, di dalam adiposit omega-3 meningkatkan pengambilan asam lemak dari plasma trigliserid serta menurunkan glikolisis seluler di dalam adiposit dan meningkatkan oksidasi. Hal ini mampu menurunkan produksi sitokin pro-inflamasi di makrofag jaringan adiposa.
Karena itu, pemberian emulsi lemak generasi baru lebih disarankan untuk menekan respons inflamasi tubuh akibat tindakan pembedahan sehingga mencegah insiden sepsis dan kerusakan liver, terutama bagi bayi. Studi ini sangat bermanfaat terutama di Indonesia, dan membantu klinisi memilih emulsi lemak yang tepat dalam formulasi TPN untuk kasus pembedahan yang tepat pula. (*)
Penulis: Meta Herdiana Hanindita, Nur Aisiyah Widjaja, Roedi Irawan, Boerhan Hidayat
Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
Link : https://synapse.koreamed.org/DOIx.php?id=10.5223/pghn.2020.23.1.98&vmode=PUBREADER