Pada tahun 2004, Baker dan Wurgler mengajukan teori tentang dividen yang dikenal dengan teori dividen catering. Teori baru itu berbeda dengan teori Miller dan Modigliani (1961). Teori itu menjelaskan bahwa manajer akan membayar dividen ketika investor menempatkan harga saham yang tinggi pada perusahaan yang membayar dividen dibandingkan perusahaan yang tidak membayar dividen (Baker dan Wurgler, 2004). Teori catering dividen menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan didorong oleh permintaan investor akan pembayaran dividen, dan manajer akan melayani investor dengan membayar dividen ketika premium dividen tinggi. Premium dividen diukur dengan selisih antara rata-rata market to book ratio perusahaan yang membayar dividen dan yang tidak membayar dividen.
Ruang lingkup penelitian ini tidak hanya terfokus pada pembagian dividen yang diproksikan dengan premium dividen sebagai variabel independen tetapi juga terkonsentrasi pada arus kas bebas. Berdasarkan teori keagenan, dividen dapat menjadi alat untuk meminimalkan biaya keagenan. Hal ini memiliki hubungan dengan variabel independen yang dimunculkan dalam penelitian ini, optimal payout yang terjadi juga disebabkan oleh adanya kebutuhan untuk mendistribusikan arus kas bebas perusahaan (DeAngelo dan DeAngelo, 2006). Menurut hipotesis arus kas bebas, ketika sebuah perusahaan memiliki kelebihan kas, maka diperlukan untuk mendanai proyek yang memiliki Net Present Value (NPV) positif, tetapi manajer lebih baik mengembalikan kelebihan kas tersebut kepada pemegang saham dalam bentuk dividen kepada memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
Dividend Premium dan Kebijakan Dividen
Tangjitprom (2013) menemukan bahwa sejumlah perusahaan akan membagikan dividen jika terdapat insentif catering, dimana premium dividen menunjukkan hasil yang positif. Investor lebih menyukai perusahaan yang membagikan dividen dan memberikan harga premium kepada perusahaan yang membagikan dividen. Premium dividen memiliki peran penting dalam mempengaruhi kebijakan dividen. Premium dividen dapat mencegah manajer memotong pembayaran deviden, apalagi manajer mengabaikan pembayaran deviden ketika jumlah premium deviden tinggi. Manajer dapat melakukan market timing untuk memaksimalkan nilai pasar dengan keputusan pembayaran deviden. Perusahaan dapat menyesuaikan pembayaran dividen berdasarkan insentif catering atau premium dividen. Manajer dapat memutuskan untuk membayar dividen atau melakukan pembayaran dividen ketika premium dividen tinggi (Baker & Wurgler, 2004a; Li & Lie, 2006; Riyanti & Yulianto, 2018; Tangjitprom, 2013).
Arus Kas Bebas dan Kebijakan Dividen
Rosdini (2009) mengemukakan bahwa arus kas bebas dapat menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan arus kas bebas berlebih mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lain karena memperoleh keuntungan dari peluang yang tidak diperoleh perusahaan lain. Perusahaan dengan arus kas bebas yang tinggi akan mendapatkan keuntungan lebih dari pada perusahaan yang memiliki arus kas bebas yang rendah. Ini karena perusahaan dengan arus kas bebas yang tinggi dapat bertahan di masa yang bergejolak. Perusahaan dengan arus kas bebas yang tinggi dapat menghambat masalah keagenan karena perusahaan dengan arus kas bebas yang tinggi cenderung membagikan deviden yang besar kepada pemegang saham. Hal ini dimaksudkan agar arus kas bebas yang ada tidak hanya digunakan untuk proyek-proyek yang menguntungkan. Peningkatan arus kas bebas dapat meningkatkan kebijakan dividen. Perusahaan dengan arus kas bebas yang tinggi dapat mengurangi konflik keagenan dengan pemegang saham melalui pembagian dividen perusahaan.
Metode dan Hasil
Rochmah dan Ardianto melakukan riset di tahun 2019 yang berjudul catering dividend: premium dividen dan arus kas bebas terhadap kebijakan dividendengan melibatkan 186 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2015-2018. Riset ini menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.
Hasil analisis telah mengungkapkan bukti bahwa catering dividend yang diukur dengan premium dividen dan arus kas bebas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Nilai positif ini menunjukkan semakin tinggi premium dividen dan arus kas bebas maka semakin tinggi pula kebijakan dividen perusahaan. Catering dividend menekankan permintaan investor akan dividen yang dipengaruhi oleh sentimen pasar. Manajer akan melayani permintaan investor untuk dividen ketika investor menempatkan harga saham yang lebih tinggi pada perusahaan yang membayar dividen. Hal ini dipengaruhi oleh keinginan investor agar perusahaan membayar deviden yang lebih tinggi, adanya permintaan investor dapat mendorong perusahaan untuk memaksimalkan harga pasarnya. Arus kas bebas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, artinya semakin tinggi arus kas bebas yang dimiliki perusahaan maka semakin besar pula peningkatan kebijakan dividennya. Perusahaan dengan arus kas bebas yang lebih tinggi juga akan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk membagikan dividen kepada pemegang sahamnya.
Penulis: Dr. Ardianto, SE.,MSi. Ak., CA.,CMA.
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/23311975.2020.1812927
Rochmah, H. N., & Ardianto, A. (2020). Catering dividend: Dividend premium and free cash flow on dividend policy. Cogent Business and Management. https://doi.org/10.1080/23311975.2020.1812927