UNAIR NEWS – Sudah 7 bulan lebih, Indonesia merasakan dampak dari Covid-19 yang tak kunjung usai. Dalam situasi tersebut menyebabkan sebagian masyarakat terpaksa bekerja dari rumah (work from home), tidak sedikit juga pekerja yang dirumahkan (atau di-PHK), dan anak-anak terpaksa mengikuti kegiatan belajar mengajar jarak jauh melalui daring. Berbagai hal tersebut membuat perubahan besar pada kehidupan anak termasuk kesehatan. Kesehatan anak dan remaja menjadi sesuatu yang perlu kita perhatikan di masa pandemi ini.
Perihal paparan itu, dalam orasi di acara pengukuhan guru besar Universitas Airlangga (UNAIR) pada Rabu (14/10/20), Prof. Dr. Irwanto, Sp. A (K) menguraikan risetnya mengenai kesehatan anak di masa pandemi Covid-19. Menurut profesor asli Surabaya tersebut, aturan pembatasan sosial meningkatkan potensi angka kekerasan, pelecehan, dan penelantaran pengasuhan anak di rumah ataupun di panti asuhan sebanyak 20-30%.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Irwanto juga menjelaskan bahwa perilaku anak yang saat ini cenderung berdiam diri di rumah, tidak melakukan aktivitas, tidak berinteraksi sosial dan mandiri di lingkungan sebayanya merupakan penghambat dalam stimulasi tumbuh kembang.
“Anak-anak memiliki risiko mengalami gangguan kesehatan mental pada masa pandemi, kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Penyakit itu sendiri dan lingkungan yang diliputi kekhawatiran terhadap penyakit, penghindaran/isolasi anak-anak dari lingkungan sekolah dan teman-teman mereka, akan menimbulkan masalah mental bagi anak,” jelas guru besar bidang ilmu kesehatan anak tersebut.
Anak-anak, sambungnya, cenderung mengalami kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan, kondisi ketakutan yang sangat mirip dialami oleh orang dewasa, seperti ketakutan akan kematian, atau ketakutan saat menerima perawatan medis. Selain itu, keadaan anak-anak yang terlalu lama berada di rumah menempatkan anak sebagai korban kekerasan atau saksi kekerasan di dalam rumah.
Pandemi, tandas Prof. Irwanto, tidak hanya berimbas kepada kesehatan mental anak melainkan juga jadwal imunisasi anak. Prof. Irwanto mengungkapkan, tidak sedikit orang tua yang ragu membawa anaknya ke rumah sakit atau puskesmas untuk melakukan imunisasi karena takut tertular virus Covid-19, padahal kondisi ini akan mengakibatkan dampak wabah yang lain.
“Pada wilayah dengan penularan luas COVID-19, jika tidak memungkinkan imunisasi dapat ditunda 1 bulan, namun segera diberikan apabila situasi memungkinkan. Kegiatan imunisasi juga diberlakukan protokol khusus terkait adanya pandemi dengan prinsip pembatasan social,” tutur guru besar aktif ke-116 Fakultas Kedokteran tersebut.
Peran orang tua, lanjutnya, dalam masa pandemi ini sangat penting untuk dibekali pengetahuan mengenai gejala dan dampak dari infeksi COVID-19 serta aturan pembatasan sosial. Sehingga orang tua dapat memberikan informasi dan mengawasi anaknya, dalam rangka pencegahan penularan dan menghindari takut yang berlebihan pada anak.
“Orang tua melakukan stimulasi yang optimal untuk tumbuh kembang mereka selama masa pandemi, kita tidak ingin bahwa generasi yang kita harapkan, buah hati yang kita cintai mengalami dampak negatif di masa depan ketika pandemi ini berakhir,” pungkas Alumnus UNAIR tersebut.
Penulis: Asthesia Dhea Cantika
Editor: Nuri Hermawan