Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang banyak dialami oleh manusia terutama bagi lansia. Hipertensi disebut sebagai pembunuh gelap ( silent killer ) karena penyakit ini adalah penyakit tidak menular tetapi dapat menyebabkan kematian. Hipertensi yang muncul sebagai peringatan awal sering dianggap sebagai gangguan yang biasa, sehingga penderita akan terlambat untuk menyadarinya (Pitriani et al., 2018). Salah satu faktor pencetus hipertensi adalah usia. Orang yang berusia lanjut cenderung tekanan darah sistoliknya akan meningkat. Hal ini disebabkan karena menebalnya dinding pembuluh darah.
Dari hasil RISKESDAS 2018 di Indonesia menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian tertinggi adalah penyakit tidak menular (PTM) yaitu penyakit kardiovaskuler termasuk hipertensi 34,1 %. Hipertensi bisa disebabkan karena adanya gaya hidup yang tidak sehat : merokok, mengkonsumsi alkohol, kurang beraktifitas, obesitas, mengkonsumsi garam yang berlebihan, dan stres. Hipertensi yang tidak terkontrol pada lansia akan menjadi faktor resiko terjadinya stroke, gagal jantung dan penyakit koroner, dimana peranannya lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih muda. Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan secara farmakologi dan nonfarmakologi (Bina et al., 2006).
Secara non farmakologi penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan diit yang seimbang, aktifitas fisik, gaya hidup yang sehat, serta manajemen stress yang baik. Lansia yang kurang aktif dalam latihan fisik sangat berisiko terhadap komplikasi dari hipertensi. Latihan fisik disini yang bisa dilakukan adalah dengan aerobik dan berjalan kaki. Latihan fisik dengan berjalan kaki memiliki risiko cidera yang lebih rendah dibandingkan dengan aerobik pada usia lansia. Latihan fisik berjalan kaki ini dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan dengan biaya yang sangat rendah. Berjalan kaki memiliki efek yang positif yaitu dapat mengurangi tekanan darah, memperbaiki lipid profil, mengurangi rasio lemak tubuh, kesejahteraan emosional dan mental, mengurangi nyeri dan berkurangnya penyakit jantung (Wallis et al., 2017).
Perubahan fisiologi struktur dan fungsi kardiovaskuler akibat proses menua menimbulkan gangguan pada sistem organ kardiovaskuler termasuk penebalan dinding aorta. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat sedangkan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai dengan umur. Perubahan ini menyebabkan menurunnya compliance aorta dan pembuluh darah besar yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah sistolik (Pinna et al., 2012).
Secara teori menunjukkan bahwa Latihan fisik merupakan salah satu pendekatan nonfarmakologi untuk meningkatkan bioavalabilitas NO dan meningkatkann fungsi endotel pada pasien hipertensi (Ahmad et al., 2018). Penderita hipertensi yang mendapatkan terapi tambahan berupa latihann fisik berjalan kaki akan mendapatkan hasil yang lebih signifikan dalam menurunkan tekanan darah dibandingkan dengan penderita hipertensi yang hanya mendapatkan terapi farmakologi. Penderita hipertensi yang mendapatkan terapi tambahan latihan fisik berjalan kaki 30 menit menunjukkan hasil yang signifikan untuk meningkatkan kualitas hidup secara fisik, mental, dan sosial mereka dibandingkan panderita hipertensi yang hanya mendapatkan terapi farmakologi saja.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber acuan dalam peningkatan kualitas hidup lansia yang menderita hipertensi. Peningkatan kualitas hidup lansia yaitu dengan terkontrolnya tekanan darah lansia. Pengontrolan tekanan darah yaitu dengan melakukan latihan berjalan sesuai dengan anjuran dimana secara ilmiah dapat dilihat pada artikel aslinya.
Penulis : Abu Bakar
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :https://www.psychosocial.com/article/PR270725/18660/