Dalam era globalisasi, krisis finansial global bisa mempengaruhi industri keuangan dengan sangat cepat ke seluruh dunia dikarenakan adanya saling keterkaitan ekonomi antar negara. Sebagai contohnya krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008 yang berakibat jatuhnya harga saham dunia tidak terkecuali saham syariah. Krisis finansial 2008 dimulai ketika Lehman Brothers Holdings Inc yan merupakan salah bank investasi terbesar di Amerika Serikat menyatakan bangkrut dan berimbas keberbagai sektor terutama pasar saham di seluruh dunia. Pada saat itu sektor perbankan juga mengalami kepanikan dengan menahan diri dan sangat berhati-hati dalam memberikan pinjaman karena kekhawatiran macetnya dana. The Federal Reserve (The Fed) sebagai Bank sentral di Amerika juga harus menurunkan bunga pinjaman menjadi 0% untuk menstimulus ekonomi yang mengalami perlambatan dan menggelontorkan dana ke sektor keuangan untuk menggairahkan transaksi yang sedang lesu. Hal ini dikarenakan goncangan keuangan global berdampak negatif terhadap industri keuangan, khususnya pasar saham.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana guncangan keuangan global mempengaruhi korelasi antara Indonesia dan tujuh negara terpilih lainnya (AS, Inggris, Jepang, Kuwait, Arab Saudi, Malaysia, dan Qatar) dari Desember 2004 hingga Desember 2012. Berbeda dengan sebelumnya, studi ini menggunakan metode wavelet untuk mengetahui implikasi guncangan keuangan di pasar saham, selama periode shock dan periode non-shock dalam frekuensi tertentu. Kelebihan wavelet adalah metode ini mampu memvisualisasikan perkiraan korelasi wavelet di skala waktu yang berbeda. Oleh karena itu, hasil penelitian ini akan mampu mengeksplorasi bagaimana strategi diversifikasi portofolio yang tepat dengan mempertimbangkan pengaruhnya terhadap bobot portofolio. Selanjutnya, penerapan metode wavelet dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penting dibanding menggunakan korelasi Pearson dalam membuat keputusan investasi. Selain itu, dengan asumsi bahwa korelasi antar saham akan menunjukkan perilaku dinamis yang bisa ditentukan berapa lama hubungan tersebut berlangsung dan metode wavelet dianggap lebih bisa mengambarkan jangka waktu dengan frekuensi yang berbeda-beda yang tidak bisa diungkapkan oleh autoregressive conditional heteroskedasticity (DCC-GARCH) dan metode konvesnional lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi antar pasar saham Islam dan konvensional cenderung lebih fluktuatif pada skala yang berbeda selama sebelum, selama dan setelah krisis. Wavelet menunjukkan korelasi yang lebih tinggi selama periode krisis, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ketika terjadi korelasi yang tinggi saham antar negara maka sedikit sekali dimungkinkan untuk melakukan diversifikasi pada pasar tersebut. Sebaliknya, ketika korelasi cenderung rendah maka diversifikasi bisa dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan kokohnya sistem keuangan syariah terhadap guncangan keuangan global yang biasanya mempengaruhi sistem keuangan konvensional. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa sistem keuangan Islam bebas dari dampak guncangan keuangan global, mengingat keterkaitannya dengan Amerika, Jepang, dan pasar lainnya. Beberapa pasar saham syariah di beberapa negara tersebut juga ikut terpengaruh krisis global 2008 tetapi dapat disimpulkan bahwa saham Syariah memiliki kinerja yang lebih baik dibanding dengan saham konvesnional.
Hasil dari penelitian ini memiliki implikasi yang signifikan bagi investor untuk mengoptimalkan strategi alokasi saham atau untuk mendiversifikasi investasi global mereka, karena perubahan korelasi pasar saham pada skala frekuensi tinggi dan rendah akan sangat mempengaruhi portofolio investasi pada level internasional.
Penulis: Siti Zulaikha
Link terkait tulisan tersebut: https://www.ijicc.net/images/vol12/iss8/12801_Zulaikha_2020_E_R.pdf