Pengaruh L-Arginine pada Level Serum Placental Growth Factor terhadap Hewan Coba Tikus dengan Preeklampsia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh health.detik.com

Preeklamsia merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dengan disertai proteinuria. Hingga saat ini, preeklampsia masih menyumbang angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi terhadap ibu dan masa perinatal, khususnya di negara berkembang. Preeklampsia ditemukan pada sekitar 5–15% dari seluruh kehamilan. Di negara berkembang sendiri, angka mortalitas maternal mencapai 15–20%. Tanda klinis dan tingkat keparahan gejala preeklamsia berkaitan erat dengan ketidakseimbangan faktor angiogenik dan antiangiogenik. Placenta Growth Factor (PlGF) merupakan salah satu faktor angiogenesis, yang berperan dalam implantasi plasenta dan pertumbuhan trofoblas. Pemeriksaan kadar PlGF dapat digunakan sebagai prediktor preeklamsia onset dini. Dalam hal ini, wanita yang mengalami preeklampsia akan cenderung mengalami penurunan ekspresi PlGF, yang dapat mengganggu proliferasi trofoblas selama trimester kedua kehamilan, hingga menyebabkan gangguan pada remodeling arteri spiralis serta implantasi plasenta, sehingga menimbulkan hipoksia dan pertumbuhan janin terganggu. L-Arginine memiliki peran dalam jalur L-Arginine-nitric-oxide pada preeklamsia. Gangguan produksi nitrogen oksida endotel berperan penting dalam memediasi patofisiologi preeklamsia. Penghambatan produksi nitrogen oksida oleh inhibitor spesifik untuk NOS selama kehamilan pada tikus akan menyebabkan peningkatan tekanan arteri, penurunan GFR, proteinuria, IUGR, dan memperlambat peningkatan vasodilatasi ginjal pada pertengahan kehamilan. Efek yang dimediasi oleh nitrogen oksida dapat dinetralkan melalui pemberian L-Arginine. Selain itu, preeklamsia telah ditemukan menurunkan bioavailabilitas nitrogen oksida, yang diduga akibat akumulasi ADMA, penghambat eNOS endogen, karena peningkatan aktivitas arginase endotel.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti dari Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan penelitiannya pada salah satu jurnal internasional, yaitu International Journal of Pharmaceutical Research ISSN: 0975-2366, yang berfokus untuk menganalisis peran L-Arginine dengan perubahan kadar PlGF pada hewan coba mencit hamil dengan preeklamsia. Sampel penelitian menggunakan hewan coba Mus musculus Swiss strain sebanyak 27 ekor yang berusia tiga bulan dengan kriteria sehat, hamil, berat 20–30 gram, dan belum pernah dijadikan hewan percobaan dalam penelitian lain. Sampel kemudian dibagi dalam tiga kelompok dengan perlakuan berbeda. Kadar PlGF serum diambil melalui darah di intrakardiak. Pemeriksaan kadar serum PIGF dilakukan menggunakan metode ELISA.

Kesimpulan penting yang dapat diambil berdasarkan penelitian ini, yaitu kadar serum PlGF pada kelompok mencit preeklamsia lebih rendah daripada kelompok mencit hamil normal, serta kadar serum PlGF pada kelompok mencit preeklamsia dengan pemberian L-Arginin lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok mencit preeklamsia tanpa pemberian L-Arginin. Jika dibandingkan antara nilai rata-rata kadar serum PlGF pada kelompok mencit preeklamsia dengan pemberian L-Arginine, hasil rata-rata kadar PlGF serum pada kelompok preeklampsia lebih tinggi dibandingkan kadar serum mencit dengan kehamilan normal. penderita preeklamsia kadar PlGF lebih rendah dibandingkan pada wanita normal. Meskipun terdapat perbedaan rata-rata antar kelompok, namun hasil uji statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok mencit hamil normal dan mencit preeklamsia tanpa L-Arginine (p=0,346), kelompok mencit hamil normal dengan mencit preeklamsia dengan L-Arginine (p=0.865), serta kelompok mencit preeklamsia dengan dan tanpa pemberian L-Arginine (p=0,202).

Salah satu faktor penyebabnya yaitu pengambilan sampel darah di intrakardiak, yang merupakan salah satu sirkulasi sistemik, sehingga kadar PlGF tidak dapat menunjukkan kondisi sebenarnya. Selain itu, preeklamsia diduga sebagai akibat dari disfungsi plasenta yang dipicu oleh pembentukan AT1-AA (Angiotensin I autoantibody) yang dapat mengaktifkan jalur angiotensin aldosterone renin, faktor genetik melalui mekanisme HLA-C, stres oksidatif, dan lain-lain. Faktor tersebut meliputi usia kehamilan dan adanya faktor anti-angiogenik sFlt-1. Placental growth factor berkontribusi pada invasi trofoblas, meningkatkan proliferasi trofoblas, dan menurunkan apoptosis. Pada trimester kedua kehamilan, konsentrasi PlGF yang rendah terutama terjadi akibat penyerapan PlGF oleh sFlt-1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa L-Arginine mencegah preeklamsia dan peningkatan tekanan darah pada pasien yang berisiko tinggi mengalami preeklamsia. Pemberian L-Arginine menunjukkan hasil yang baik apabila diberikan pada usia kehamilan 19–20 minggu. Terapi L-Arginine bermanfaat pada pasien dengan risiko tinggi preeklamsia yang datang terlambat pada saat kunjungan pertama.

Kesimpulan hasil penelitian ini, yaitu kadar PlGF lebih tinggi pada mencit preeklamsia dengan L-Arginine dibandingkan dengan kelompok mencit preeklamsia hamil tanpa pemberian L-Arginine, namun, tidak terdapat perbedaan kadar PlGF antara kelompok mencit hamil normal dengan mencit hamil preeklamsia dengan pemberian L-Arginine.

Penulis: Aditiawarman, Manggala Pasca Wardhana, Diana Aprilyana Nur, Hermanto Tri Joewono
Informasi lengkap dari artikel ini dapat diakses melalui: http://www.ijpronline.com/ViewArticleDetail.aspx?ID=17319

Berita Terkait

wildan azky

wildan azky

Scroll to Top